Poin penting:
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Fikri Firmansyah
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Transformasi digital di sektor keuangan membuat akses pinjaman kini semakin mudah, cepat, dan tanpa batasan jarak.
Melalui layanan pinjaman daring atau digital lending, masyarakat dari berbagai lapisan, termasuk generasi muda dan pelaku usaha keci, kini dapat memperoleh pembiayaan tanpa harus datang ke bank.
Hal itu diungkapkan Kuseryansah, CEO KrediOne, dalam bincang eksklusif bersama Tribun Jatim Network. Rabu (22/10/2025).
KrediOne merupakan salah satu penyelenggara financial technology (fintech) yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sekaligus penerima penghargaan Customer Centric Transformation and High Growth Award tahun ini.
“Kami ingin menghadirkan solusi finansial yang cepat, aman, dan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian. Semua proses di KrediOne bersifat contactless, yakni cukup lewat ponsel, dana bisa cair dalam hitungan menit,” ujar Kuseryansah.
Menurutnya, layanan pinjaman digital saat ini menjadi jembatan bagi masyarakat yang tergolong unbankable, terutama generasi muda yang baru memulai karier atau usaha. Melalui sistem algoritma dan credit scoring, penilaian kemampuan finansial peminjam dilakukan secara objektif dan real-time.
Namun, kemudahan ini bukan berarti tanpa risiko. Kuseryansah menegaskan pentingnya literasi finansial dan disiplin dalam mengelola pinjaman.
“Akses pinjaman yang mudah itu bagus, tapi jangan digunakan secara konsumtif. Gunakan untuk hal produktif atau kebutuhan mendesak. Kalau terlambat satu hari saja, nilai kredit bisa turun,” jelasnya.
Di era digital, setiap aktivitas keuangan terekam dalam jejak digital (digital footprint). Nilai kredit positif tak hanya memengaruhi kemampuan pinjam di masa depan, tetapi juga mencerminkan reputasi seseorang.
Bahkan, di beberapa negara, credit score menjadi pertimbangan sosial, hingga calon mertua bisa mengecek skor keuangan calon menantunya.
Sejak berdiri pada 2019, KrediOne telah diunduh lebih dari 30 juta kali, dengan 15 juta pengguna terdaftar. Meski begitu, Kuseryansah mengingatkan bahwa menjadi pengguna tidak berarti wajib meminjam.
“Daftar dulu boleh, tapi pinjam kalau memang perlu dan mampu bayar. Prinsipnya, pinjam harus siap membayar,” tegasnya.
Sebagai perusahaan fintech yang berizin OJK dan anggota Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), KrediOne menerapkan standar penagihan humanis. Semua petugas penagih wajib memiliki sertifikasi resmi, dan proses penagihan dibatasi hanya sampai pukul 20.00 malam.
“Kami tidak mentoleransi tindakan intimidatif atau teror. Penagihan dilakukan dengan sopan, membantu nasabah tetap disiplin membayar,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kuseryansah juga menyoroti maraknya akun palsu dan tautan penipuan (fraud) yang mengatasnamakan lembaga keuangan resmi. Ia mengimbau masyarakat agar selalu memeriksa legalitas lembaga melalui situs resmi OJK (www.ojk.go.id) atau situs asosiasi fintech (afi.id) sebelum mengunduh aplikasi atau mengklik tautan.
“Di dunia digital, beda satu huruf bisa beda alamat. Jadi harus hati-hati. Jangan klik tautan sembarangan karena bisa mencuri data pribadi,” pesannya.
KrediOne juga turut berpartisipasi dalam Bulan Inklusi Keuangan 2025 yang digelar OJK di Tunjungan Plaza 1 Surabaya pada 23–26 Oktober 2025. Di sana, masyarakat dapat berkonsultasi langsung mengenai pinjaman digital dan literasi keuangan.
“Kami ingin mengedukasi publik bahwa pinjaman daring bukan untuk menjerat, tapi menjadi solusi. Dengan pemahaman yang benar, masyarakat bisa menikmati manfaat finansial digital secara sehat dan bertanggung jawab,” tutup Kuseryansah.(ADV)