Grid.ID- Kasus dugaan keracunan massal terjadi di MTs Al Khalifah, Kepanjen, Kabupaten Malang, pada Kamis (23/10/2025). Sebanyak 24 orang terdiri dari siswa dan guru mengalami gejala mual, muntah, serta nyeri perut. Beginilah kronologi siswaMTs Al Khalifah keracunan.
Gejala itu munculsetelah mengonsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang disediakan sekolah. Dugaan sementara mengarah pada faktor makanan yang sudah tidak dalam kondisi segar karena keterlambatan pengiriman.
Para korban sempat dilarikan ke RSUD Kanjuruhan dan sejumlah klinik terdekat untuk mendapat perawatan intensif. Lebih lengkapnya, berikutronologi siswaMTs Al Khalifah, keracunan setelah makan menu MBG.
Kronologi Siswa MTs Al Khalifah Keracunan
Kepala MTs Al Khalifah, Nur Kholida, menjelaskan secara rinci kronologi siswa MTs Al Khalifah keracunan. Mengutip Surya Malang, Jumat (24/10/2025), ia mengatakan bahwa pada hari kejadian, menu MBG tiba di sekolah sekitar pukul 11.00 WIB, dua jam lebih lambat dari biasanya. Biasanya makanan datang pada pukul 09.00 WIB dan masih dalam kondisi hangat, namun kali ini sudah dalam keadaan dingin.
Sebelum dibagikan kepada siswa, dua guru terlebih dahulu mencicipi makanan tersebut sebagai langkah uji rasa. Karena dianggap aman, makanan kemudian dibagikan kepada 187 siswa di sekolah itu. Menu yang disajikan terdiri dari nasi, ayam katsu, jagung dan wortel kukus, selada, tahu goreng, serta pisang.
Namun, sekitar 15 menit setelah makan, sejumlah siswa mulai mengeluh mual, pusing, sakit perut, dan muntah.Dari total 187 siswa, 24 di antaranya mengalami gejala keracunan, termasuk dua guru. Mereka yang mengalami keracunan berasal beberapa kelas mulai dari kelas 7, 8, dan 9.
Melihat kondisi itu, pihak sekolah langsung mengambil tindakan cepat dengan membawa para siswa ke RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, serta beberapa klinik di sekitar Jalan Regulo, Kelurahan Cepokomulyo. "Setelah itu kami mengabari wali murid dan kemudian mereka datang ke rumah sakit, setelah itu kami antar pulang ketika kondisinya membaik," jelasNur Kholida.
Penanganan Cepat di RSUD Kanjuruhan
Humas RSUD Kanjuruhan, Lukito Condro, membenarkan adanya 18 pasien yang datang ke instalasi gawat darurat (IGD) pada pukul 11.30 WIB. Mereka terdiri dari 16 siswa dan 2 guru MTs Al Khalifah yang mengalami keluhan serupa. "Betul ada pasien dari MTs Al Khalifah dengan keluhan mual, muntah, dan nyeri perut," kata Lukito saat dikonfirmasi Kompas.com.
Ia menjelaskan bahwa seluruh pasien telah mendapatkan penanganan medis dan kondisinya berangsur membaik. Pihak rumah sakit juga melakukan observasi selama tiga hingga enam jam untuk memastikan tidak ada efek lanjutan. Namun, Lukito menegaskan bahwa pihaknya tidak bisa memastikan penyebab pasti keracunan tersebut dan meminta agar hal itu dikonfirmasi ke Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.
Respon Dinas Kesehatan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, drg. Wiyanto Wijoyo, menyatakan pihaknya telah menerima laporan terkait dugaan keracunan tersebut. Ia memastikan timnya akan segera melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap dapur MBG dari SPPG Mangunrejo, pihak penyedia makanan.
Pemeriksaan akan mencakup kondisi higienitas dapur, bahan makanan, serta keberadaan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS)."Nanti kita cek semua, termasuk SLHS. Apakah juga karena masakannya terlalu pagi kan bisa," ujarnya.
Wiyanto menambahkan, sementara ini belum bisa dipastikan bahwa seluruh kasus tersebut berasal dari makanan MBG. "Lalu kenapa hanya 20 orang saja? Kalau misal sampai 100 lebih berarti itu bisa ada hubungannya dengan air. Nah, ini kan sebagian aja. Belum tentu. Kita lihat nanti," pungkasnya.
Setelah kejadian ini, distribusi MBG dari SPPG Mangunrejo sementara dihentikan untuk mencegah kasus serupa. Padahal, sekolah baru mengikuti program MBG selama tiga minggu terakhir.
Kasus ini menjadi pengingat pentingnya pengawasan ketat terhadap distribusi dan penyajian makanan dalam program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis. Meski kronologi siswa MTs Al Khalifah keracunan sudah cukup jelas, penyebab pastinya masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium dan investigasi Dinas Kesehatan.