Jakarta (ANTARA) - Keluarga Besar Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau dikenal sebagai Gus Dur menggelar peletakan batu pertama yang menandai dimulainya pembangunan Pusat Kajian Islam Asia Tenggara KH Abdurrahman Wahid di Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu.

Menurut pernyataan yang diterima di Jakarta, Sabtu, istri dari Gus Dur, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menuturkan bahwa gagasan pembangunan pusat kajian ini berawal dari amanat langsung Gus Dur sebelum wafat.

"Beberapa saat sebelum Gus Dur wafat, beliau pernah mengatakan bahwa tanah yang sekecil ini jangan diapa-apakan, karena akan dipakai sebagai perpustakaan dan Pusat Kajian Islam Asia Tenggara," ujarnya.

Namun, katanya, hingga kepergian Gus Dur, keinginan itu belum terwujud. Sinta mengakui bahwa dirinya sempat merasa tidak berdaya, hingga akhirnya dukungan datang dari sahabat-sahabat Gus Dur.

"Seorang sahabat beliau berkata kepada saya, 'Aku ini sahabatnya Gus Dur, kalau terjadi apa-apa saya juga ikut bertanggung jawab.' Ucapan itu menggebrak hati saya untuk berbuat sesuatu, meski saat itu saya tidak punya uang sedikit pun," tuturnya.

Dari semangat dan dukungan itu, proses perencanaan mulai berjalan. Sinta dibantu oleh sejumlah arsitek muda untuk mewujudkan desain bangunan yang sesuai dengan cita-cita Gus Dur, sebuah pusat pembelajaran Islam yang terbuka, progresif, dan berakar pada nilai-nilai kemanusiaan.

Sinta juga menyampaikan apresiasi kepada para sahabat yang membantu, termasuk dukungan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berkomitmen untuk ikut merealisasikan pembangunan tersebut.

Pusat Kajian Islam Asia Tenggara KH Abdurrahman Wahid diharapkan menjadi ruang dialog dan riset lintas agama, budaya, dan bangsa. Selaras dengan visi Gus Dur untuk menegakkan nilai kemanusiaan, keadilan, dan perdamaian dunia melalui Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Peletakan batu pertama itu juga dihadiri berbagai tokoh nasional antara lain Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno, KH Mustofa Bisri, KH Yahya Cholil Staquf, KH Husein Muhammad, Lukman Hakim Saifuddin, dr. Umar Wahid, serta sahabat dekat dan keluarga.


Baca juga: Prabowo teladani keberanian Gus Dur yang lindungi kelompok minoritas