Grid.ID- Sejumlah penumpang LRT Jabodetabek berjalan kaki sejauh 800 meter di atas rel dengan ketinggian. Hal ini diketahui lantaran kereta alami gangguan.
Light Rail Transit (LRT) Jabodetabek dikabarkan mengalami gangguan, pada Sabtu (26/10/2025) sekitar pukul 09.41 WIB. Hal ini mengakibatkan 5 rangkaian (trainset) LRT Jabodetabek berhenti di petak jalur.
Lima rangkaian tersebut meliputi TS 28 dengan nomor perjalanan SN 62 yang berhenti di petak jalur Kuningan–Pancoran, TS 07 dengan nomor perjalanan SN 45 di petak jalur Taman Mini–Kampung Rambutan, dan TS 17 dengan nomor perjalanan SN 64 di petak jalur Bekasi Barat–Cikunir 2. Selanjutnya, ada TS 31 dengan nomor perjalanan SN 60 di petak jalur Cawang–Halim, serta TS 29 dengan nomor perjalanan SN 63 di petak jalur Halim–Cawang.
Melansir dari Tribunnews.com, dalam akun Instagram resmi LRT Jabodetabek, terungkap penyebab kereta mengalami kendala perjalanan ini. Pengelola LRT Jabodetabek menjelaskan, terdapat permasalahan pada kelistrikan yang berdampak pada seluruh perjalanan kereta.
"KAI memohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi akibat adanya gangguan pada perjalanan LRT Jabodebek di semua lintas pelayanan pada Sabtu, 25 Oktober mulai pukul 08.41 WIB," tulis akun @lrt_jabodetabek.
"Gangguan disebabkan oleh kendala pada sistem third rail yang berfungsi sebagai penyuplai listrik bagi kereta, sehingga seluruh perjalanan di semua lintas pelayanan untuk sementara tidak dapat dioperasikan," tambahnya.
Tim KAI kemudian melakukan proses evakuasi terhadap para pengguna yang berada di dalam rangkaian LRT Jabodebek yang terhenti. Proses evakuasi tersebut dilakukan melalui jalur walkway menuju stasiun terdekat, antara lain Stasiun Kuningan, Halim, Cawang, Kampung Rambutan, dan Bekasi Barat.
Seluruh penumpang yang terjebak di rangkaian LRT pada petak jalur berhasil dievakuasi dengan aman sekitar pukul 10.06 WIB. Total sebanyak 653 pengguna berhasil dievakuasi tanpa adanya laporan korban luka.
Adapun, proses evakuasi ini kemudian menjadi viral lantaran sejumlah penumpang diketahui terpaksa berjalan kaki di jalur layang. Salah seorang penumpang, yaitu Aida (25), menceritakan pengalamannya saat menumpang LRT dari Stasiun Kuningan menuju Stasiun Harjamukti.
“Pas berhenti itu berasa mulus kayak berhenti biasa, enggak ada rem mendadak,” kata Aida, dilansir dari Kompas.com.
Dia naik sekitar pukul 08.00 WIB dan memperkirakan akan tiba di tujuan sekitar 45-50 menit, namun kemudian kereta yang ditumpanginya mendadak berhenti saat hampir tiba di Stasiun Kampung Rambutan. Awalnya, Aida mengira hanya ada keterlambatan sementara.
Setelah menunggu 30 menit, petugas lalu mengumumkan bahwa seluruh penumpang akan dievakuasi. Mereka lalu diminta keluar dari gerbong dan berjalan kaki melalui jalur setapak di sisi rel menuju stasiun terdekat.
“Untuk jarak enggak gitu apal, tapi kalau dilihat dari smartwatch yang tadi dipake kayaknya kurang lebih 800 meter,” ujarnya.
Sementara itu, penumpang LRTJabodetabek ini mengaku proses evakuasi itu berlangsung cukup menegangkan lantaran jalur yang dilalui sempit, terjal dan berada di ketinggian. Hal ini membuat penumpang harus berjalan perlahan sambil menjaga keseimbangan, apalagi banyak juga anak-anak yang ikut di antara rombongan itu.
“Karena saya di rombongan depan, jadi sesekali kita menunggu rombongan belakang, biar enggak ketinggalan. Pas jalan berasa lama banget (saking takutnya), tapi dari pihak KAI ada petugasnya yang memimpin jalan,” jelasnya.
Sekitar pukul 09.33 WIB, Aida dan penumpang lainnya akhirnya tiba di stasiun tujuan evakuasi. Di sana, mereka diberikan air mineral serta pengembalian uang tiket (refund) oleh petugas.
Selanjutnya, tak lama usai proses penanganan gangguan telah selesai, layanan LRT Jabodetabek itu kembali beroperasi normal di seluruh lintasan pelayanan. Manager Public Relations LRT Jabodetabek, Mahendro Trang Bawono menyampaikan permintaan maaf dan meminta agar pengguna yang terdampak untuk melakukan pembatalan perjalanan pada loket stasiun terdekat.
"KAI mengucapkan terima kasih atas pengertian dan kepercayaan masyarakat, serta memohon maaf atas ketidaknyamanan yang sempat terjadi selama proses penanganan," ucap Mahendra.