Pengakuan Pelajar SMA di Jambi Anggota Geng Motor: Didoktrin Tak Takut Polisi
Glery Lazuardi October 27, 2025 02:32 PM
Ringkasan Berita:Geng motor Jambi rekrut pelajar sejak usia 13 tahun, regenerasi berlangsung cepat.
 
Senjata tajam dibeli patungan, anggota baru didoktrin tak takut polisi.
 
Sweeping antargeng sering menyasar warga, aksi terekam dan viral di media sosial.

TRIBUNNEWS.COM - Seorang pelajar SMA berinisial RF (17) mengungkap praktik perekrutan geng motor di kalangan remaja Jambi. 

Dalam pengakuannya, anggota baru didoktrin untuk tak takut siapa pun, termasuk aparat kepolisian, serta dibekali senjata tajam yang dibeli patungan.

Geng motor adalah kelompok sosial informal yang terdiri dari remaja atau pemuda yang mengidentifikasi diri melalui aktivitas bermotor, sering kali disertai perilaku menyimpang seperti konvoi liar, tawuran, hingga tindak kriminal. 

Di Indonesia, fenomena ini kerap dikaitkan dengan pencarian identitas, solidaritas kelompok, dan ekspresi perlawanan terhadap norma sosial.

Fenomena ini sedang ramai di Jambi. Sejumlah remaja direkrut menjadi anggota geng motor.

Seorang pelajar SMA di Kota Jambi, berinisial RF (17), menuturkan bagaimana kelompoknya terbentuk dan beroperasi di kalangan pelajar.

Menurut RF, banyak remaja bergabung ke kelompok-kelompok itu bukan karena ingin menjadi preman, tetapi hanya ingin diakui dan mencari jati diri. 

"Awalnya cuma nongkrong di warung, satu sekolah, atau satu lingkungan. Lama-lama bikin kelompok baru dari nongkrong, jadi kayak geng motor," tuturnya saat diwawancarai Tribun Jambi.

Anggota kelompok RF ini tidak hanya berasal dari satu wilayah. Ada yang dibentuk karena satu sekolah, ada juga yang karena satu tempat nongkrong. 

"Kadang rumah mereka jauh-jauh. Tapi punya satu basecamp, biasanya warung atau tempat nongkrong," ujar RF.

Usia para anggota gengnya bervariasi, mulai dari 13 tahun anak SMP, SMA, bahkan ada yang sudah berusia 20 tahunan.

"Anak-anak kecil pun sudah diajak gabung, dijadikan penerus. Regenerasinya cepat, Bang," ungkap RF.

Doktrin dan Asal Senjata Tajam

Dalam keseharian, mereka juga ada yang memiliki senjata tajam (sajam). 

Senjata dalam kelompoknya, kata RF, dibeli secara online, ada juga yang beli ke orang perorangan.

"Biasanya patungan. Kalau yang murah beli sendiri. Tapi, kalau yang agak mahal, kayak celurit Rp400 ribuan, biasanya urunan," ujarnya.

Ironisnya, dalam kelompok tersebut ada doktrin dari anggota senior ke yang lain. 
RF mengaku para anggota baru kerap didoktrin untuk berani dan tidak takut polisi. 

"Sudah ditanamkan dari awal, bang, jangan takut siapa pun, bahkan polisi sekali pun," ungkapnya.

Di Kota Jambi, kelompok bermotor ini kerap muncul, secara konvoi di jalan bahkan melakukan tawuran sambil membawa sajam. 

Peristiwa itu kerap disaksikan oleh warga, ada juga yang videonya muncul di media sosial.

Pengakuan dari RF, motif kelompok melakukan penyerangan, karena ingin pengakuan dari kelompok kelompok remaja lain agar memiliki pengaruh. 

Selain itu mendapat validasi dengan nama kelompok yang semakin membesar.

RF bilang tidak ingin menjadi preman, hanya mau dianggap paling hebat saja. 

Tapi, meski awalnya hanya ingin beradu pengaruh antarkelompok, aksi mereka kerap menyasar warga biasa.

"Harusnya sesama geng saja. Tapi, kadang kalau sweeping di daerah lawan, warga di situ dianggap musuh juga," terang RF.

Pengakuan RF, anggota geng motornya banyak yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis dan kategori ekonomi sulit. 

"Orang tua tahu, tapi banyak yang enggak peduli. Sebagian masih sekolah, sebagian lagi nganggur," katanya.

Disekap Geng Lain Selama Tiga Hari

RF bercerita, memiliki teman yang menjadi korban kekerasan antargeng. 

Temannya disekap selama tiga hari di suatu tempat, lalu dipulangkan hingga akhirnya masuk rumah sakit.

"Kawan saya pernah diculik kelompok lain, disiksa sampai disundut rokok dan masuk rumah sakit. Kejadiannya awal 2025, waktu dia masih kelas 11," ceritanya.

Kelompok geng motor, menurut RF, telah memahami bahwa aksi-aksi yang dilakukan sulit untuk ditindak secara pidana, jika tidak melukai orang lain.

"Mereka tahu, kalau enggak ada luka berat, paling cuma nginep semalam di kantor polisi, terus dijemput orang tua," tambah RF.

Saksi Mata: Usia Masih Belasan

Aksi geng motor di Kota Jambi membuat keresahan warga yang tinggal di kawasan rawan. 

Seorang pengusaha warung kelontong di kawasan Rajawali, Dalil Harahap, menuturkan bagaimana ia dan keluarganya sempat mengalami kejadian saat sekelompok remaja geng motor melarikan diri ke rumahnya.

"Kalau diserang langsung sih enggak pernah. Tapi, terganggu, iya. Kadang takut juga dengan aktivitas anak-anak yang seperti itu," ujar pria yang enggan disebutkan namanya, kepada Tribun Jambi, Rabu (23/10).

Dia mengisahkan peristiwa yang terjadi sekitar 2024. 

Saat itu, dua kelompok geng motor terlibat bentrok di sekitar kawasan Rajawali. 
Dalam situasi panik, beberapa orang dari kelompok tersebut berlarian ke arah rumahnya.

"Mereka ribut antar geng motor, terus lari ke rumah saya. Ada yang sampai naik ke lantai dua, bawa parang. Ada juga yang luka di tangannya. Kami sekeluarga ketakutan, karena mereka sempat masuk ke dalam rumah untuk berlindung," ceritanya.

Menurutnya, para pelaku masih remaja berusia sekitar 15 hingga 17 tahun.

"Masih sekolah. Wajahnya juga bukan kayak anak nakal, tapi ngomongnya kasar. Kalau dilihat, ya seperti anak biasa aja," katanya.

Dia menambahkan, kejadian saat itu berbeda dengan beberapa tahun lalu karena kelompok semacam ini lebih berani. 

Bahkan melakukan penjarahan ke warung kelontong.

"Kalau dulu, antargeng saja. Tapi, yang sekarang ini sudah berani menjarah warung-warung. Biasanya mereka pakai helm, masker, datang tiga sampai lima motor. Kadang sampai belasan motor juga kalau ramai," ujarnya.

Dalil mengungkapkan, aksi geng motor yang viral di kawasan Simpang Kawat baru-baru ini juga menimpa keluarganya. 

"Warung yang viral kemarin itu punya adik saya. Jadi kami memang takut," katanya.

Meski belum ada korban luka, warga tetap merasa waswas. 

"Enggak ada yang dilukai, tapi kalau salah bacok kan bahaya juga," ucapnya.

Dukung Langkah Penertiban

Terkait langkah Pemerintah Kota Jambi yang membentuk tim patroli malam, ia menyambut baik, namun berharap penanganannya tidak sekadar razia. 

“Saya setuju. Mudah-mudahan bisa tuntas sampai ke akar-akarnya, biar enggak ada lagi geng-geng motor. Tapi jangan cuma ditangkap terus dilepas. Kalau cuma begitu, nanti balik lagi mereka,” tegasnya.

Dia juga mengeluhkan dampak ekonomi akibat ketakutan warga untuk keluar malam. 

"Kalau situasi enggak aman, ekonomi juga ikut terganggu. Biasanya orang berani keluar malam buat belanja, sekarang enggak. Warung saya buka 24 jam, tapi pendapatan malam jadi turun," tuturnya.

Dalil berharap pemerintah lebih serius menanggulangi aksi geng motor di Jambi. 

"Semoga pemerintah serius jaga keamanan. Karena kalau kota enggak aman, ekonomi juga enggak jalan,” pungkasnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.