Kemendes Ajak Masyarakat Desa Bangun Ekonomi Hijau dari Pewarna Alam Wastra
Content Writer October 27, 2025 07:32 PM

TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) mendorong pengembangan ekonomi hijau berbasis budaya melalui penggunaan pewarna alami pada wastra Nusantara. Upaya ini diwujudkan lewat kegiatan bertajuk “Pelestarian Wastra melalui Pengembangan Usaha Pewarna Alam dan Mini Eco Fashion Show: Kain Tenun/Batik Ready to Wear serta Pameran Indonesia Hijau” yang digelar di Kantor Ditjen PPDT, Jakarta Timur, Senin (27/10/2025).

Acara hasil kolaborasi Kemendes PDT melalui Ditjen PPDT dan Perkumpulan Warna Alam Indonesia (WARLAMI) ini dihadiri berbagai unsur, mulai dari Dharma Wanita Persatuan Kemendes PDT, SERUNI Kabinet Merah Putih, PKK Desa, perwakilan Kedutaan Besar, pelaku usaha hijau, hingga mahasiswa dan masyarakat umum.

Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kemendes PDT Ratu Rachmatuzakiyah mengapresiasi inisiatif pelestarian wastra berbasis lingkungan tersebut.

“Keindahan tidak harus mengorbankan kelestarian alam. Warisan budaya dapat terus hidup melalui cara-cara yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” ujar Ratu Zakiyah.

Ia menyoroti tantangan industri fast fashion yang tidak hanya menurunkan minat generasi muda terhadap kain tradisional, tetapi juga menimbulkan limbah berbahaya dari penggunaan pewarna sintetis.

“Melalui Mini Eco Fashion Show ini, kita tidak hanya menjaga warisan budaya, tapi juga membuka peluang ekonomi baru melalui pemberdayaan masyarakat desa, BUMDes, dan koperasi. Pemanfaatan tanaman pewarna alami dapat menjadi sumber penghidupan bernilai ekonomi sekaligus ramah lingkungan — inilah semangat Green Economy Desa yang berkelanjutan,” jelasnya.

Ratu Zakiyah juga memberikan apresiasi kepada para desainer dan pelaku eco fashion yang berpartisipasi.

“Karya-karya mereka bukan sekadar indah, tetapi juga membawa pesan bahwa menjadi modis tidak berarti harus merusak bumi,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal PPDT Kemendes PDT Samsul Widodo menegaskan pentingnya penerapan konsep keberlanjutan dalam industri kreatif, khususnya sektor fashion.

“Wastra bukan sekadar kain, tetapi jejak identitas bangsa yang lahir dari tangan-tangan terampil masyarakat desa. Namun di tengah arus globalisasi dan industri fast fashion, eksistensinya menghadapi tantangan besar dari sisi regenerasi perajin dan dampak lingkungan,” ujarnya.

Menurut Samsul, penggunaan pewarna alami menjadi solusi konkret dalam mewujudkan industri mode ramah lingkungan. Selain menjaga filosofi budaya Nusantara, pewarna alami juga memiliki nilai ekonomi tinggi bagi masyarakat desa.

“Dari pewarna alami, kita belajar harmoni, kesabaran, dan keberlanjutan. Ini bukan hanya tentang estetika kain, tapi tentang ekonomi hijau yang berpihak pada desa,” imbuhnya.

Ia menambahkan, pengembangan pewarna alami masuk dalam 12 Rencana Aksi “Bangun Desa, Bangun Indonesia”, implementasi dari Asta Cita ke-6 Kemendes PDT, yang mencakup hilirisasi produk unggulan desa, penguatan desa wisata, ekspor, serta kemitraan investasi berorientasi lingkungan.

Mini Eco Fashion Show menampilkan busana ready to wear berbahan tenun dan batik berpewarna alami, hasil kolaborasi WARLAMI dengan pengrajin dan pelaku usaha lokal.

Selain peragaan busana, acara juga menghadirkan Pameran Indonesia Hijau yang menampilkan berbagai produk ramah lingkungan dari kementerian, koperasi, UMKM, dan komunitas. Di antaranya WARLAMI, Penenun Kampung Baduy, Dekranasda Kabupaten Belu, Koperasi Berkah Jaya Lestari (Lampung), Lolini, Da’poza, serta pelaku bisnis hijau seperti Kopi Tirto, Surplus Indonesia, Tokyo8, dan Armada Kemasan.

Kegiatan ini turut melibatkan Universitas Indonesia dan World Wide Fund for Nature (WWF) yang menghadirkan sesi edukasi “Pahlawan Cilik Menjaga Bumi” untuk siswa sekolah dasar agar mengenal pentingnya menjaga alam sejak dini.

Sebagai penutup, digelar talkshow bertema “Batik dan Tenun: Mewujudkan Warisan Budaya dalam Fashion Ready to Wear” bersama Myra Widiono (Ketua WARLAMI) dan Suroso (Sekjen WARLAMI).

“Pewarna alami bukan sekadar tren, melainkan gerakan budaya yang mempertemukan keberlanjutan, kearifan lokal, dan tanggung jawab sosial,” tegas Myra.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Sekjen Kemendes Taufik Madjid, Kepala BPSDM Agustomi Masik, Staf Ahli Sugito, serta sejumlah pejabat tinggi di lingkungan Kemendes PDT.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.