Prof Ani Kurniawati: Agronomi Kunci Sediaan Bahan Baku Industri Kosmetik Alami
Berita IPB October 28, 2025 04:40 AM
Guru Besar Fakultas Pertanian , Prof Ani Kurniawati, menegaskan bahwa agronomi menjadi kunci dalam penyediaan bahan baku tanaman yang aman, berkualitas, dan berkelanjutan bagi industri kosmetik alami. Hal ini disampaikannya dalam Sidang Terbuka Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University, Sabtu (25/10) di Kampus Dramaga.
Prof Ani menjelaskan, sumber daya hayati Indonesia menyimpan potensi besar karena menyediakan berbagai senyawa bioaktif yang dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk pangan dan obat tradisional, tetapi juga sebagai bahan kosmetik.
“Pemanfaatan tanaman dalam bidang kosmetik harus melestarikan kearifan lokal dan membuka jalan bagi produk hilir bernilai ekonomi tinggi,” ujarnya.
Menurutnya, tren kosmetik berbahan alami atau cosmeceutical saat ini berkembang pesat secara global. Pasar kosmetik alami diperkirakan terus tumbuh positif hingga 2027.
“Indonesia punya peluang besar untuk menjadi pemain utama karena keanekaragaman hayati kita luar biasa,” jelas Prof Ani.
Ia memaparkan bahwa efektivitas kosmetik alami ditentukan oleh kandungan senyawa bioaktif tanaman seperti antioksidan, antiinflamasi, antibakteri, anti-aging, hingga agen pencerah kulit.
Namun, ketersediaan bahan baku tanaman menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya produksi yang masih bergantung pada alam, fluktuasi kandungan bioaktif, serta keterbatasan budi daya terstandar.
“Sebagian besar bahan baku tanaman kosmetik masih diambil langsung dari alam. Ini menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem dan variasi kualitas bahan,” tutur Prof Ani.
Ia menambahkan bahwa pengelolaan faktor agronomi seperti pemupukan, kondisi lingkungan, dan waktu panen berperan besar dalam menentukan kadar bioaktif tanaman.
Prof Ani mencontohkan hasil risetnya terhadap melati, kenanga, jinten hitam (Nigella sativa), kulit manggis, hingga bengkuang.
“Kami menemukan bahwa waktu panen dan fase pertumbuhan sangat berpengaruh terhadap kandungan senyawa aktif. Misalnya, kenanga asal Kediri menghasilkan minyak atsiri tertinggi pada fase pembungaan akhir,” paparnya.
Menjawab pertanyaan tentang rendahnya dominasi Indonesia di pasar kosmetik global, Prof Ani menilai bahwa lemahnya kolaborasi lintas bidang masih menjadi tantangan utama.
“Untuk menghasilkan produk kosmetik alami, diperlukan sinergi antara ahli agronomi, kimia, farmasi, hingga industri. Rantai ini harus terhubung kuat agar produk kita bisa bersaing di pasar dunia,” jelasnya.
Prof Ani menekankan bahwa penerapan prinsip agronomi yang baik akan memastikan bahan baku tanaman tidak hanya produktif, tetapi juga aman bagi konsumen, petani, dan lingkungan.
“Agronomi bukan hanya tentang hasil panen, tetapi juga tentang keberlanjutan ekosistem dan keamanan semua pihak yang terlibat,” ucapnya. (dr)