KPAI Temukan 25 Kasus Bunuh Diri Anak Sepanjang 2025
kumparanNEWS October 31, 2025 03:40 PM
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat 25 anak di Indonesia mengakhiri hidupnya sepanjang tahun 2025. Sebagian kasus disebabkan oleh bullying, termasuk yang terjadi di lingkungan sekolah.
Pernyataan ini disampaikan menyusul kasus bunuh diri tiga siswa yang bersekolah di Sukabumi, Jawa Barat dan Sawahlunto, Sumatera Barat.
Komisioner KPAI Diyah Puspitarini mengatakan, pihaknya awalnya mencatat 22 kasus sebelum dua peristiwa baru itu terungkap.
“Jujur saya kaget yang di Sawahlunto, data laporan yang kami hitung ada 22 kasus bunuh diri anak sepanjang 2025 sampai tanggal 12 Oktober, jadi ini terlewat,” ujar Diyah saat dihubungi kumparan, Kamis (30/10).
“Jika ditambah ini (kasus Sawahlunto dan Sukabumi) jadi 25 anak di seluruh Indonesia,” ucapnya.
Perbesar
Komisioner KPAI Dr. Diyah Puspitarini Foto: Dok KPAI
Jumlah ini memang turun dibanding tahun 2023 yakni 46 anak dan 2024 sebanyak 43 anak. Tapi, kondisi ini tak bisa dibiarkan. Terlebih, data menunjukkan anak-anak bunuh diri karena bullying.
“Sebagian data yang kami himpun penyebab anak mengakhiri hidup adalah karena bullying,” kata Diyah.
“Kami sangat prihatin sekali jika terjadi lagi anak mengakhiri hidup disebabkan oleh bullying, dan sebagian terjadi di sekolah,” tandasnya.
Kasus Bunuh Diri Siswi di Sukabumi
Ajeng (14 tahun), siswi MTs Negeri (setara SMP) di Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, ditemukan tewas dalam kondisi leher tergantung menggunakan sarung, di rumahnya, pada Selasa (28/10).
Bersamaan dengan itu, ditemukan juga wasiat berbahasa Sunda yang ditulis tangan Ajeng, di sebuah buku tulis.
Pertama-tama, Ajeng menuliskan bahwa ia meminta maaf ibu dan bapaknya, kemudian ke guru-gurunya.
Sedangkan untuk teman-temannya, Ajeng hanya bisa bilang maaf ke empat teman yang tidak pernah menyakitinya.
Lalu Ajeng mulai menyinggung soal teman-temannya yang membuatnya bunuh diri. Dalam wasiat tersebut, Ajeng menyatakan bahwa ia sudah berusaha memaafkan, tapi teman-temannya sering bikin sakit hati, entah dari perkataan atau perilaku.
“Seperti kejadian tadi, bilang ‘Mati saja kamu’,” demikian tercantum dalam surat wasiat berbahasa Sunda itu.
Perbesar
SMPN 2 Kota Sawahlunto. Foto: Dok. kumparan
2 Siswa SMP di Sawahlunto Bunuh Diri Pada Oktober Ini
Kepala Dinas Pendidikan Kota Sawahlunto, Asril, mengatakan telah ada dua kasus pelajar SMP bunuh diri di sekolah.
Peristiwa pertama terjadi pada 6 Oktober 2025. Korban adalah siswa kelas IX SMPN 2 Kota Sawahlunto berinisial ANJ (15 tahun).
"Yang pertama ini kejadiannya malam hari pukul 21.00 WIB di ruangan OSIS sekolah. Ruangan ini terkunci, anak ini masuk dari belakang," kata Asril, Rabu (29/10).
Peristiwa kedua terjadi pada Selasa, 28 Oktober 2025. Korban adalah siswa kelas IX SMPN 7 Kota Sawahlunto berinisial BE (15 tahun).
BE diduga bunuh diri di ruangan kelasnya dengan kondisi leher terikat dasi di jendela.