Toyota Riset Etanol Ramah Lingkungan dari Limbah Tanaman
kumparanOTO November 01, 2025 07:00 AM
Toyota konsisten untuk mengambil strategi multi-pathway untuk mencapai netralitas karbon. Selain pengembangan elektrifikasi hingga hidrogen, pabrikan asal Jepang ini juga mengeksplorasi pengembangan biofuel.
Dalam hal riset biofuel, Toyota bahkan bukan cuma memanfaatkan sumber dari pangan yakni pemanfaatan tebu dan jagung tapi juga melakukan pendalaman dalam pengembangan etanol generasi terbaru yang berasal dari tanaman non-pangan.
“Ke depan, ada kemungkinan etanol akan digunakan secara lebih luas sebagai bahan bakar mesin di berbagai wilayah. Karena itu, kami melihat potensi besar dalam pemanfaatan etanol secara langsung sebagai bahan bakar,” ujar Takashi Uehara, President Powertrain Company Toyota dalam sesi wawancara di sela-sela gelaran Japan Mobility Show 2025.
Menurut Uehara, riset etanol kini tidak hanya difokuskan pada pengganti bensin konvensional, tetapi juga pada optimalisasi hidrogen beroktan tinggi sebagai pelengkap.
Toyota melihat dua jalur ini sebagai bagian penting dari strategi multi-pathway, yang menyesuaikan teknologi dengan kebutuhan dan kesiapan di masing-masing negara.
Namun, penggunaan etanol di mesin tidak bisa dilakukan tanpa kesiapan teknis. Keiji Kaita, President Neutral Engineering Development Center, menegaskan bahwa sifat kimia etanol memang memerlukan perhatian terhadap material dan ketahanan komponen. Meski demikian, sebagian besar mesin bensin Toyota aman menggunakan bahan bakar campuran etanol.
(ki-ka) Kenji Kaita President Carbon Neutral Engineering Development Center, Takashi Uehara President Powertrain Company, Hiroki Nakajima Chief Technology Officer, Mitsumasa Yamagata President Hydrogen. Foto: Gesit Prayogi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
(ki-ka) Kenji Kaita President Carbon Neutral Engineering Development Center, Takashi Uehara President Powertrain Company, Hiroki Nakajima Chief Technology Officer, Mitsumasa Yamagata President Hydrogen. Foto: Gesit Prayogi/kumparan
“Artinya, setiap negara dapat menyesuaikan penerapannya sesuai dengan kondisi iklim, infrastruktur, dan kebijakan energinya masing-masing,” ujar Kaita.
Selain kesiapan mesin dan kebijakan, sumber bahan baku biofuel juga menjadi fokus penting dalam riset Toyota. Hiroki Nakajima, Executive Vice President Toyota Motor Corporation, menjelaskan bahwa pergeseran menuju etanol non-pangan menjadi langkah logis untuk menjawab dilema global: antara ketahanan pangan dan kebutuhan energi.
“Biofuel saat ini banyak diproduksi dari jagung atau tebu. Namun, muncul perdebatan global terkait etika penggunaan bahan pangan untuk energi. Karena itu, kami juga meneliti cara memproduksi etanol dari tanaman non-pangan --misalnya tanaman yang dapat tumbuh tanpa pupuk khusus atau bisa dipanen dua hingga tiga kali dalam setahun,” ungkap Nakajima.
Toyota Corolla Cross E100 di GIIAS 2023.  Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Toyota Corolla Cross E100 di GIIAS 2023. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
Toyota bahkan telah memiliki lembaga riset yang mengembangkan teknologi produksi etanol dari selulosa -- bahan alami yang bisa diperoleh dari limbah tanaman. Meski masih dalam tahap eksperimental, langkah ini menunjukkan keseriusan Toyota untuk menghadirkan biofuel yang lebih ramah lingkungan tanpa mengganggu rantai pangan dunia.
Adapun pendekatan ini mempertegas filosofi Toyota: Mobility for All -- mobilitas yang inklusif bagi setiap negara, tanpa meninggalkan realitas energi lokal. Di kawasan Asia, terutama Indonesia dan Thailand, ia menilai bahwa riset biofuel menjadi salah satu jalan penting untuk mencapai netral karbon yang realistis dan terjangkau.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.