Jakarta (ANTARA) - PT Astra Agro Lestari Tbk (Astra Agro) berkomitmen untuk menjaga transparansi dan ketertelusuran seluruh rantai pasokan hingga ke tingkat perkebunan, baik yang dikelola oleh petani swadaya maupun petani asosiasi, sesuai dengan kebijakan keberlanjutan.
Presiden Direktur Astra Agro Djap Tet Fa mengatakan fokus perusahaan tidak hanya pada peningkatan hasil produksi, tetapi juga pada efisiensi, inovasi, dan keberlanjutan jangka panjang.
"Oleh karena itu kami berkomitmen menjaga kesinambungan dan efisiensi operasional di seluruh lini sekaligus menjaga ekosistem lingkungan di sekitarnya melalui sistem yang transparan dan memiliki ketertelusuran," ujar dia dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan komitmen tersebut, lanjutnya, yakni melalui transformasi digital serta ketertelusuran seluruh rantai pasokan.
"Melalui digitalisasi, kami berupaya mengintesifikasikan lahan sekaligus memperkuat praktik perkebunan yang berkelanjutan," ujar dia.
Berbagai inovasi teknologi yang diterapkan di PT Gunung Sejahtera Ibu Pertiwi (GSIP) salah satu inovasi utama adalah Plantation Information Management System (PIMS), yaitu sistem manajemen kebun berbasis data digital yang dikembangkan secara internal oleh perusahaan.
Sistem itu mendukung pengelolaan operasional perkebunan sawit secara terintegrasi, akurat, dan realtime, mencakup seluruh kegiatan dari
perkebunan, transportasi hasil panen, hingga pabrik pengolahan minyak sawit mentah (CPO).
Selain PIMS, juga telah dikembangkan sistem terintegrasi lainnya seperti Astra Agro Mandiri Data Analytics (AMANDA) dan Digital Integrated Data Application (DINDA). Kedua sistem itu memungkinkan analisis produktivitas harian serta deteksi dini terhadap anomali operasional di kebun.
Sementara itu, untuk memperkuat pemantauan lapangan, dimanfaatkan drone monitoring dan digital field mapping berbasis citra satelit. Teknologi ini digunakan untuk memantau kondisi tanaman, mendeteksi area rawan, serta melakukan penjadwalan pemeliharaan tanaman secara lebih presisi dan efisien.
Selain untuk penggunaan internal, perseroan pun mengembangkan aplikasi SISKA 2.0 yang merupakan sistem pelacakan berbasis aplikasi yang memungkinkan penelusuran tandan buah segar (TBS) hingga ke sumbernya, untuk mempermudah transaksi TBS dari pihak ketiga, meningkatkan transparansi, dan efisiensi.
"Kami ingin memastikan setiap hektar lahan yang dikelola memberikan hasil optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan sosial dan lingkungan. Dengan inovasi dan komitmen, kami ingin menunjukkan bahwa keberlanjutan dan profitabilitas dapat berjalan beriringan,” ujar Djap Tet Fa.
Sementara itu, Direktur Astra Agro Lestari Bandung Sahari menambahkan digitalisasi pada sektor perkebunan untuk memperkuat ekosistem agribisnis yang inklusif, pasalnya, cakupan keberlanjutan kini semakin luas yang disertai dengan tuntutan yang semakin beragam, termasuk dalam aspek rantai pasokan.
"Oleh karena itu, penting bagi Astra Agro untuk terus menunjukkan komitmen dengan memastikan bahwa seluruh sumber pasokannya berasal dari sumber yang bertanggung jawab," katanya saat kunjungan ke area operasional PT Gunung Sejahtera Ibu Pertiwi (GSIP), anak perusahaan Astra Agro di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Hal itu, katanya, dilakukan melalui langkah-langkah seperti penilaian risiko, penelusuran sumber pasokan, pemantauan, serta pemberian dukungan kepada para pemasok.
Perusahaan bertekad untuk menjaga transparansi dan ketertelusuran seluruh rantai pasokan hingga ke tingkat perkebunan, baik yang dikelola oleh petani swadaya maupun petani asosiasi, sesuai dengan Kebijakan Keberlanjutan, katanya, menegaskan.
Sampai dengan akhir tahun 2024, pihaknya tetap konsisten mencapai 100 persen ketertelusuran TBS yang diperoleh dari semua kategori pemasok yang memasok ke pabrik milik sendiri.
"Kami berharap pendekatan kolaboratif ini diharapkan mampu menciptakan rantai pasok sawit yang tangguh, transparan, dan bertanggung jawab," ujar Bandung.







