Ringkasan Berita:
- Seorang siswa SMK di Nias Selatan berinisial SB (14) meninggal dunia setelah terlibat perkelahian dengan temannya, AI (14), yang dipicu hinaan "Binatang Kali Kau".
- Perkelahian terjadi saat kelas tanpa guru, di mana korban sempat memukul duluan, namun pelaku membalas dengan pukulan brutal di kepala bagian belakang hingga tak sadarkan diri.
- Pelaku saat ini telah ditahan Polres Nias Selatan, sementara polisi masih terus mendalami motif utama di balik perkelahian maut tersebut.
TRIBUNJATENG.COM, MEDAN – Kasus perundungan yang terjadi di sekolah hingga menyebabkan kematian menjadi kabar duka di dunia pendidikan.
Seorang siswa SMK Negeri Pulau-pulau Batu, Kabupaten Nias Selatan (Nisel), Sumatera Utara, inisial SB (14), meninggal dunia setelah terlibat perkelahian dengan temannya AI (14).
Peristiwa bermula dari cekcok mulut, saat korban menyebut pelaku, “Binatang Kali Kau”.
Kasi Humas Polres Nias Selatan, Aipda Apriadi Ginting, menjelaskan peristiwa terjadi pada Kamis (30/10/2025), sekitar pukul 09.00, saat kelas sedang tidak ada guru.
"Saat itu pelaku sedang makan di meja kelas, kemudian korban mengatakan kepada pelaku 'Binatang Kali Kau', kemudian pelaku menjawab 'Kenapa kau bilang aku binatang?, kau juga binatang'," ujar Apriadi menirukan situasi kejadian saat dihubungi Kompas.com melalui telepon seluler, Minggu (2/11/2025).
Korban kemudian menemui pelaku dan memukul kepala pelaku sebanyak satu kali.
"Tidak terima dengan tindakan korban, pelaku lalu berdiri dari tempat duduk dan memukul pelaku sebanyak 3 kali di bagian kepala. Pelaku lalu mengatakan 'Cuma itu yang kau kasi?'," ujar Apriadi.
Usai menerima pukulan, korban tampak ingin menyudahi perkelahian dan membelakangi pelaku untuk kembali ke mejanya.
"Pelaku lalu memegang tangan korban dan langsung memukul kepala bagian belakang korban dengan brutal, sehingga korban tersungkur di lantai dan tidak sadarkan diri (hingga meninggal dunia)," tambah Apriadi.
Pasca kejadian, polisi langsung mengamankan pelaku. Mengenai motif perkelahian, pihak kepolisian masih mendalaminya.
"Untuk sementara (motifnya) ini seperti yang masih di kronologi itu," kata Apriadi.
Belum lama ini kasus perundungan hingga menyebabkan seorang siswa tewas, juga menimpa Angga Bagus Perwira (12), siswa kelas VII SMP Negeri 1 Geyer, Kabupaten Grobogan.
Penyidik Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Grobogan, Jawa Tengah, masih mendalami kasus tewasnya yang diduga menjadi korban bullying teman-teman sekelasnya pada Sabtu (11/10/2025).
Hasil pemeriksaan sementara mengungkap sebelum meninggal dunia, korban sempat mengalami kekerasan fisik dari teman-temannya.
Kasat Reskrim Polres Grobogan, AKP Rizky Ari Budianto, menjelaskan, dugaan perundungan bermula saat kegiatan bersih-bersih kelas pada pagi hari. Saat itu, siswa perempuan bertugas membersihkan ruang kelas, sedangkan siswa laki-laki berada di luar ruangan.
“Salah satu siswa berinisial F mengejek korban dengan kalimat yang merendahkan, mengatakan ‘Kamu cewek tho, sana bersih-bersih di dalam’. Korban menjawab ‘Aku bukan cewek’ sambil menendang F,” jelas Rizky, Selasa (14/10/2025).
Pertengkaran antara keduanya pun berlanjut menjadi perkelahian fisik hingga akhirnya dilerai oleh teman-teman mereka.
“Terjadi perkelahian kemudian dipisahkan dan selesai,” tambahnya.
Namun, insiden serupa kembali terjadi sekitar pukul 11.00 WIB. Kali ini, korban kembali diprovokasi oleh siswa lain yang menantangnya untuk duel.
“Saat korban akan masuk kelas, ada yang nyeletuk ‘Kamu beraninya sama siapa?’ lalu korban menjawab, ‘Aku berani sama A’. Setelah itu mereka saling mendatangi dan terjadi perkelahian lagi,” ungkap Rizky.
Dalam perkelahian tersebut, Angga terjatuh dan kepalanya terbentur lantai.
“Korban jatuh dan meninggal di situ. Lalu dibawa ke UKS dan Puskesmas, tapi dinyatakan sudah meninggal dunia,” kata Rizky.
Atas kejadian ini, Unit PPA Polres Grobogan turut memberikan pendampingan psikologis kepada siswa-siswi SMPN 1 Geyer agar peristiwa serupa tidak terulang.
“Kami melakukan pendampingan dan mengirimkan tim psikologi dari Polres untuk melakukan trauma healing bagi anak-anak di sana,” tutupnya. (*)