Sebulan Tak Makan, Kakak Adik di Kendal Ditemukan Lemas Tunggui Jasad Ibu di Rumah
M Syofri Kurniawan November 04, 2025 09:30 AM

TRIBUNJATENG.COM, KENDAL - Seorang ibu rumah tangga bernama Setianingsih (51) ditemukan meninggal di rumahnya, Dukuh Somopuro RT 7 RW 7, Desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, Sabtu (1/11/2025).

Dua anak Setianingsih, Putri Setia Gita Pratiwi (23) dan Intan Ayu Sulistyowati (17), terkulai lemas menahan lapar di dalam rumah.

Keduanya tak mengetahui jika ibu mereka telah meninggal.

Saat diketahui oleh warga, rumah Setianingsih terkunci dari dalam dan diganjal menggunakan kursi.

Kepala Desa Bebengan, Wastoni mengatakan sosok Setianingsih dikenal sebagai orang yang mudah bergaul dan aktif dalam kegiatan desa.

Namun, sejak beberapa hari terakhir, Wastoni menemukan gelagat berbeda dari kedua anaknya.

Setianingsih mulai jarang keluar rumah.

"Kalau keluarga itu warga melihatnya sebagai orang mampu. Karena biasanya sebulan sekali beli bahan makanan satu becak dibawa ke rumah," katanya ditemui, Senin (3/11/2025) sore.

Selang beberapa hari kemudian, Wastoni mendapati laporan warga bahwa Setianingsih telah meninggal dalam kondisi jenazah yang sudah membusuk.

Kejadian itu terungkap setelah warga mencium aroma busuk dari dalam rumah.

Warga juga melihat kerumunan lalat berada di dekat jendela kaca rumah.

Namun saat akan masuk, ternyata pintu rumah dikunci dan diganjal menggunakan kursi.

Setelah dibuka perlahan, warga kemudian bertanya ke Putri Setia Gita Pratiwi untuk melihat ibunya yang diduga mengalami sakit.

"Ditanya sama warga, ibunya di mana. Terus dijawab itu di dalam, tapi pas dilihat itu ibu Setianingsih sudah meninggal dan membusuk," terangnya.

Wastoni pun langsung memanggil pihak kepolisian serta warga untuk mengevakuasi jenazah.

Setelah dievakuasi, kedua anak Setianingsih juga kini dirawat di RS PKU Muhammadiyah Boja Kendal dengan kondisi tubuh yang terkulai lemas kekurangan nutrisi.

"Itu langsung saya panggil pak polisi, dan ramai," imbuhnya.

Ditemui di RS PKU Muhammadiyah Boja, Putri Setia Gita Pratiwi mengaku keluarganya hanya mengkonsumsi air putih sejak 4 Oktober hingga Setianingsih ditemukan meninggal.

Dia mengatakan, tetangganya juga tidak ada yang tahu kondisi rumah dalam rentang waktu tersebut.

"Minum air putih direbus pakai kompor sampai ibu meninggal. Tetangga tidak tahu, tahunya ya itu tanggal 1 November. Saya sama adik minum air," katanya.

Diterangkannya, Putri tidak meminta bantuan ke warga karena dilarang oleh ibunya.

Dia bercerita, agar tidak ada yang mengetahui kondisi keluarganya dengan alasan tidak mau merepotkan tetangga.

"Enggak bilang ke tetangga, ibuk enggak ngebolehin. Dan harus nurut ibu. Karena ya enggak mau ngerepotin tetangga, gitu," paparnya.

Putri menuturkan, ayahnya telah lebih dulu meninggal sejak tahun 2017 di Kalimantan.

Sejak saat itu, ia beserta keluarga yang awalnya tinggal di Semarang, kemudian pindah rumah ke Boja Kendal pada 2019.

"Ibu di Semarang ga kerja cuma masak bantu Budhe. Kalau ayah sudah meninggal," tuturnya.

Hingga kini, putri dan adiknya Intan Ayu Sulistyowati masih menjalani perawatan di RSI Boja Kendal.

Alami masalah psikis

Dokter di RS PKU Muhammadiyah Boja, Arfa Bima Firizqina mengungkapkan kondisi Putri Setia Gita Pratiwi dan Intan Ayu Sulistyowati yang terkulai lemas setelah tak makan hampir sebulan. 

Kedua kakak beradik itu, sebelumnya tak makan sesuap nasi pun dan hanya meneguk air sumur yang direbus di rumahnya. 

Aktivitas itu dilakukan sampai ibunya bernama Setianingsih (51) ditemukan meninggal membusuk pada Sabtu (1/11/2025).

"Iya, keduanya mengalami kekurangan berupa kesadaran psikiater," katanya ditemui di RS PKU Muhammadiyah Boja Kendal, Senin (3/11/2025) sore.

Dokter Arfa mengungkapkan, saat pertama kali dibawa ke RS PKU Muhammadiyah Boja, keduanya dalam kondisi lemas.

Adiknya, Intan bahkan sudah tidak sadarkan diri. Sedangkan Putri masih sadar namun terkulai lemas.

Setelah dilakukan pemeriksaan awal, kedua korban tak mengalami kekurangan kadar gula meskipun sudah tidak makan nasi hampir sebulan. 

"Tidak ada tanda kurang gula tapi mengalami dehidrasi. Dan tim medis menemukan kedua pasien lemas saat dibawa ke sini pada Sabtu kemarin," ujarnya.

Dia menerangkan, pihaknya masih kesulitan untuk proses asesmen karena keterangan dari Putri selalu berubah. Sedangkan Intan mengalami kesulitan berbicara.

"Waktu dianalisa jawabannya selalu berubah," imbuhnya.

Saat ini, pihaknya masih fokus untuk memulihkan kondisi fisik kedua kakak beradik yang kini telah ditinggal ibunya tersebut.

Di sisi lain, pihaknya juga akan terus memantau kondisi psikiater keduanya, dan berkoordinasi dengan dokter psikiater.

"Dirawat sampai sini untuk pemulihan fisik sekitar seminggu. Tapi untuk kejiwaan, kami konsultasikan dengan dokter lain di bidangnya," tambahnya.

Respons bupati

Pemerintah Kabupaten Kendal langsung bergerak cepat memberikan bantuan jaminan masa depan bagi Putri Setia Gita Pratiwi dan Intan Ayu Sulistyowati. 

Bupati Kendal, Dyah Kartika Permanasari pun langsung menjenguk kedua kakak beradik itu yang kini masih menjalani perawatan di RS PKU Muhammadiyah Boja.

Bersama rombongan, bupati yang akrab disapa Tika datang didampingi Kepala Dinas Sosial Kendal, Muntoha.

Tika mengaku prihatin atas kejadian ini. Dia mengatakan, kondisi fisik sang kakak (putri) berangsur membaik meskipun terkadang kondisi psikisnya masih belum stabil.

"Setelah masuk ke sini, itu berangsur membaik. Kemarin kakanya susah diajak komunikasi, sekarang sudah bisa meski kadang-kadang meski masih berubah-ubah,"

"Karena mungkin psikis dan fisik belum bisa menerima keadaan yang menimpanya." katanya, Senin (3/11/2025).

Tika menambahkan, langkah pertama yang dilakukan ialah melakukan pendataan kepesertaan BPJS aktif. Hanya butuh waktu sehari, BPJS keduanya kini telah aktif dan sudah bisa digunakan.

"Sudah didaftarkan desa setempat dan sudah aktif dari kemarin. Kebetulan Kendal kan BPJS UHC. Alhamdulillah ini sudah bisa digunakan," sambungnya.

Selain pendataan kepesertaan BPJS, pihaknya juga akan menjamin kehidupan keduanya pasca menjalani perawatan di RS Muhammadiyah Boja.

Kedua kakak adik itu akan ditempatkan di Panti Margi Utomo di Kecamatan Tembalang Kota Semarang.

"Untuk yang Intan karena mengalami keterbelakangan mental, nanti ada perlakuan khusus, beda penanganan,"

"Sedangkan kakaknya nanti sambil diberi pelatihan khusus di sana untuk masa depannya. Misal menjahit atau bagaimana. Kita sudah koordinasi dengan Dinsos Jawa Tengah." ungkapnya. (Agus Salim Irsyadullah)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.