Pengasuhan Anak Berkebutuhan Khusus Butuh Kolaborasi Lintas Pihak, Tak Bisa Secara Parsial
Whiesa Daniswara November 04, 2025 10:33 PM
Ringkasan Berita:
  • Pengasuhan anak berkebutuhan khusus tidak bisa dilakukan sendiri oleh keluarga atau sekolah, melainkan memerlukan kolaborasi lintas profesi dan dukungan banyak pihak.
  • Guru dan orang tua berperan penting membangun lingkungan inklusif dengan komunikasi terbuka dan pendekatan yang menyesuaikan kebutuhan anak.
  • Pendampingan harus berfokus pada potensi anak, bukan keterbatasannya, agar tumbuh kembang mereka berjalan optimal dan penuh empati.

TRIBUNNEWS.COM – Pengasuhan anak berkebutuhan khusus (ABK) tidak bisa dilakukan secara parsial.

Anak memerlukan dukungan lintas pihak - mulai dari keluarga, guru, hingga tenaga profesional - agar tumbuh kembangnya berjalan optimal.

Pesan itu menjadi sorotan utama dalam Kuliah Pakar bertema "Pengasuhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah" yang digelar Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN Raden Mas Said Surakarta, Senin (3/11/2025).

Dalam forum tersebut, narasumber Intan Herlinawati, fisioterapis sekaligus Founder Rumah Tumbuh Kembang IFA Boyolali, menegaskan bahwa keberhasilan pendampingan ABK sangat bergantung pada sinergi lintas profesi.

"Pengasuhan anak berkebutuhan khusus bukan hanya urusan keluarga atau sekolah semata, tetapi tanggung jawab kolaboratif berbagai pihak."

"Anak tidak bisa tumbuh optimal hanya dengan satu bentuk dukungan. Ia memerlukan lingkungan yang memahami, mendampingi, dan menstimulasi setiap aspek tumbuh kembangnya secara menyeluruh," ujar Intan.

Menurutnya, keterlibatan berbagai profesi seperti dokter anak, perawat, fisioterapis, terapis okupasi, psikolog, hingga guru PAUD merupakan fondasi utama pendidikan inklusif.

Ketika seluruh pihak bekerja bersama, bukan hanya anak yang berkembang, tetapi juga keluarga dan sekolah akan memahami cara terbaik untuk mendampingi mereka.

Intan menekankan, pengasuhan yang efektif tidak berhenti pada pemberian terapi, melainkan menciptakan lingkungan yang konsisten dan empatik.

Guru diharapkan mampu memahami kebutuhan anak dan menyesuaikan pendekatan belajar, sementara orang tua perlu terlibat aktif di rumah.

"Komunikasi terbuka antarprofesional menjadi kunci agar setiap kemajuan anak dapat dipantau secara holistik," tambahnya.

KULIAH PAKAR -  Fisioterapis sekaligus Founder Rumah Tumbuh Kembang IFA Boyolali, Intan Herlinawati, memaparkan materi dalam Kuliah Pakar bertema “Pengasuhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah”, yang digelar UIN Raden Mas Said Surakarta, Senin (3/11/2025).
KULIAH PAKAR - Fisioterapis sekaligus Founder Rumah Tumbuh Kembang IFA Boyolali, Intan Herlinawati, memaparkan materi dalam Kuliah Pakar bertema “Pengasuhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah”, yang digelar UIN Raden Mas Said Surakarta, Senin (3/11/2025). (Istimewa)

Fokus pada Potensi, Bukan Kekurangan

Pandangan senada disampaikan oleh Dr. Khasan Ubaidillah, dosen yang berpengalaman dalam pengasuhan anak berkebutuhan khusus.

Ia menekankan bahwa pendampingan seharusnya berorientasi pada potensi anak, bukan keterbatasannya.

"Pengasuhan ABK harus membantu mereka menemukan kekuatan dan potensi uniknya. Setiap anak punya keistimewaan yang perlu dihargai," ujar Khasan.

Ia menambahkan, pengasuhan anak adalah panggilan kemanusiaan yang menuntut empati dan konsistensi.

"Setiap tindakan kecil dari kita bisa menjadi langkah besar dalam perjalanan tumbuh kembang anak," tuturnya.

Bangun Budaya Inklusi Sejak Usia Dini

Kegiatan tersebut juga menegaskan pentingnya menumbuhkan budaya inklusi di dunia pendidikan anak usia dini.

Ketua Prodi PIAUD, Tri Utami, M.Pd., menyebut bahwa calon pendidik perlu memiliki kepekaan terhadap keberagaman sejak masih di bangku kuliah.

"Kami ingin mahasiswa memahami bagaimana mengasuh dan membimbing anak berkebutuhan khusus dengan penuh empati."

"Budaya inklusi harus tumbuh sejak awal agar tercermin dalam praktik pendidikan di lapangan," ucap Tri Utami.

Harapannya, calon pendidik muda mampu menjadi bagian dari perubahan, menciptakan ruang belajar yang ramah, menghargai perbedaan, dan menumbuhkan semangat kebersamaan di sekolah-sekolah PAUD di masa depan.

(Tio)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.