Lima Anak Muda Ubah Akses Kesehatan, Pendidikan, dan Lingkungan di Lima Wilayah Indonesia
Acos Abdul Qodir November 06, 2025 12:32 AM
Ringkasan Berita:
  • Anak muda ubah nasib warga lewat teknologi, edukasi, dan lingkungan.
  • Dari Sumut hingga NTT, solusi lokal hadir untuk masalah nasional.
  • Medis, sampah, kekerasan, domba, hiu—semua dijawab oleh generasi muda.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Lima anak muda dari berbagai daerah menerima penghargaan atas kontribusi mereka dalam memperluas akses layanan dasar bagi masyarakat. Apresiasi tersebut diberikan dalam ajang SATU Indonesia Awards 2025 yang diselenggarakan di Jakarta pada Rabu (5/11/2025), sebagai bagian dari rangkaian kegiatan memperingati Hari Sumpah Pemuda.

Dipilih dari 17.708 pendaftar yang meningkat 5,5 persen dibanding tahun sebelumnya, para penerima dinilai berhasil menghadirkan solusi nyata di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi.

Pendekatan mereka berbasis komunitas, berdampak sosial, dan menjangkau wilayah yang selama ini menghadapi keterbatasan akses.

Di bidang kesehatan, Alvin Henri dari Sumatera Utara mengembangkan Medsense Your Study Buddy, platform edukasi medis digital yang telah digunakan oleh lebih dari 200 ribu tenaga kesehatan.

Inisiatif ini menyediakan ruang belajar inklusif dari Papua hingga Nusa Tenggara Timur (NTT), menjembatani kesenjangan akses pendidikan medis.

Imelda Riris Damayanti dari DKI Jakarta menerima apresiasi di bidang pendidikan melalui Never Okay Project (NOP), gerakan pencegahan kekerasan seksual di ruang kerja dan pendidikan.

Selama delapan tahun, NOP telah melibatkan 3.582 peserta pelatihan di 12 kota, bekerja sama dengan 53 institusi, serta mendampingi 117 penyintas dengan dukungan hukum dan psikologis.

Di bidang lingkungan, Hanzalah Rangkuti dari Sumatera Utara mendirikan Sumatera Trash Bank, inisiatif ekonomi sirkular yang mengubah sampah menjadi aset bernilai melalui konsep tabungan sampah.

Program ini melibatkan lebih dari 400 rumah tangga dan institusi, menghasilkan produk seperti ecobrick (bata ramah lingkungan dari limbah plastik) dan kerajinan upcycle, sekaligus menjaga kebersihan kawasan wisata Bukit Lawang.

Tatag Adi Sasono dari Jawa Timur menerima apresiasi di bidang kewirausahaan melalui sistem peternakan domba terintegrasi berbasis digital. Program ini memberdayakan desa dengan melibatkan lebih dari 300 mitra aktif dan melayani 500 ekor domba untuk kebutuhan aqiqah dan qurban. Peserta program juga berasal dari luar negeri, termasuk Malaysia dan Singapura.

Di bidang teknologi, Oka Bayu Pratama dari Jawa Timur mengembangkan SeeShark, aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) yang mampu mengidentifikasi spesies hiu dengan akurasi 95 persen. Teknologi ini telah diterapkan di Banyuwangi, Lamongan, dan Lombok Barat sejak 2023 untuk mendukung konservasi laut berbasis data.

Setiap penerima penghargaan memperoleh dana bantuan sebesar Rp65 juta dan pembinaan kegiatan yang dapat dikolaborasikan dengan program sosial perusahaan penyelenggara, seperti Desa Sejahtera dan Kampung Berseri.

Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro menyampaikan bahwa penghargaan ini merupakan bentuk dukungan terhadap peran aktif generasi muda dalam pembangunan sosial.

“Generasi muda merupakan pencipta masa depan dengan inovasi dan kreasi. Program ini berupaya menjadi jembatan agar semangat, kepedulian, dan karya anak muda dapat bertemu dengan kebutuhan masyarakat, menciptakan perubahan yang bukan hanya terasa hari ini, tetapi juga berarti bagi masa depan bangsa,” ujarnya.

Rangkaian kegiatan berlangsung pada 3–6 November 2025, meliputi galeri publik yang menampilkan workshop kreatif dan pameran karya para penerima apresiasi, serta diskusi lintas bidang yang menghadirkan pembicara dari berbagai sektor. Puncak acara ditutup dengan penampilan musik dari Bottle Smoker dan Juicy Luicy.

Dewan juri tahun ini terdiri dari akademisi, aktivis, pakar teknologi, dan pegiat seni, termasuk Prof. Nila Moeloek, Prof. Fasli Jalal, Ir. Tri Mumpuni, Onno W. Purbo Ph.D., Arif Zulkifli, Dian Sastrowardoyo, Billy Boen, Raline Shah, Diah Suran Febrianti, dan Windy Riswantyo.

Meski kelima inisiatif menunjukkan dampak sosial yang terukur, tantangan tetap menyertai proses di lapangan. Beberapa program menghadapi keterbatasan pendanaan, resistensi lokal, hingga kebutuhan adaptasi teknologi di wilayah terpencil. Penyelenggara menekankan pentingnya pendampingan berkelanjutan agar inovasi anak muda tidak berhenti pada apresiasi, melainkan terus berkembang dan menjangkau lebih banyak komunitas secara inklusif dan relevan.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.