Fakta Lengkap Kasus Pembunuhan EY Dosen di Jambi oleh Bripda Waldi, Motifnya Sakit Hati
Alpen Martinus November 06, 2025 04:30 AM
Ringkasan Berita:1.Kasus pembunuhan dosen muda EY (38) di Kabupaten Bungo, Jambi, akhirnya mulai terungkap setelah pelaku yang juga anggota kepolisian, Bripda Waldi Adiyat (22), mengakui perbuatannya.
 
2.Hasil penyelidikan lebih lanjut, terungkap bahwa Bripda Waldi nekat menghabisi nyawa EY karena merasa dihina dan diperlakukan kasar oleh korban.
 
3.Setelah menghabisi nyawa EY, Bripda Waldi membawa kabur sejumlah barang milik korban

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kasus pembunuhan seorang perempuan dosen di Kabupaten Bungo, Jambi cukup menyita perhatian.

Apalagi pelakunya adalah seorang anggota polisi.

Dosen muda tersebut berinisial EY (38).

Sedangkan pelakunya adalah Bripda Waldi Adiyat (22).

Brigadir Polisi Dua adalah Bintara tingkat satu di Kepolisian Republik Indonesia.

Sebelum tahun 2001, pangkat ini disebut Sersan Dua atau Serda, sama dengan pangkat yang setara di militer.

Tanda kepangkatan yang dipakai adalah satu buah segitiga berwarna perak. Sering digunakan penyebutan BRIPDA untuk pangkat ini.

Bahkan disebut ia sudah mengakui perbuatannya tersebut.

Kasus pembunuhan dosen muda EY (38) di Kabupaten Bungo, Jambi, akhirnya mulai terungkap setelah pelaku yang juga anggota kepolisian, Bripda Waldi Adiyat (22), mengakui perbuatannya.

Pengakuan tersebut mengejutkan publik, terutama karena alasan di balik aksi keji itu ternyata bukan hanya persoalan asmara, melainkan juga rasa sakit hati mendalam akibat ejekan korban.

Awalnya, publik menduga hubungan asmara antara keduanya menjadi penyebab utama tragedi berdarah itu.

Namun, dari hasil penyelidikan lebih lanjut, terungkap bahwa Bripda Waldi nekat menghabisi nyawa EY karena merasa dihina dan diperlakukan kasar oleh korban.

Hal ini disampaikan langsung oleh Kasat Reskrim Polres Bungo, AKP Ilham, yang menegaskan bahwa ejekan korban membuat pelaku kehilangan kendali.

“Motifnya adalah rasa sakit hati akibat penghinaan dan ejekan korban terhadap pelaku dengan kalimat kasar yang terjadi saat keduanya berada di kamar,” kata Ilham saat dikonfirmasi melalui pesan singkat pada Selasa (4/11/2025), dikutip dari Kompas.com.

Meski begitu, pihak kepolisian belum menjelaskan secara rinci seperti apa bentuk ejekan yang dilontarkan korban hingga memicu kemarahan mematikan dari pelaku.

Setelah menghabisi nyawa EY, Bripda Waldi membawa kabur sejumlah barang milik korban, termasuk sepeda motor Honda PCX, mobil Honda Jazz, iPhone, serta perhiasan emas.

Dalam penyelidikan, diketahui bahwa Waldi dan EY memang memiliki hubungan dekat sebelum peristiwa tragis tersebut terjadi.

Namun, setelah perbuatannya, pelaku berusaha keras menghilangkan jejak agar tidak mudah dilacak oleh pihak berwajib.

Kapolres Bungo, AKBP Natalena Eko Cahyono, mengungkapkan bahwa pelaku bahkan mengepel area tempat kejadian perkara (TKP) setelah membunuh korban untuk menghapus sidik jari dan bekas darah.

“Jadi, dia memang ulet dan licik. Sejak awal, dia sudah berusaha menghilangkan jejak, mengepel lokasi, sehingga jejaknya sangat sulit dibuktikan jika hanya berdasarkan TKP,” ujar Natalena kepada wartawan pada Minggu (2/11/2025), dikutip dari Kompas.com.

Tak berhenti di situ, pelaku juga sempat terlihat menggunakan rambut palsu atau wig, agar tidak dikenali warga sekitar saat melarikan diri.

“Jadi, dia juga sempat dilihat warga memakai rambut palsu,” tambah Natalena.

Pihak kepolisian juga menuturkan bahwa pembunuhan ini berkaitan dengan hubungan asmara yang rumit antara keduanya.

“Untuk motif sementara yang bisa kami ungkapkan adalah asmara,” jelas Natalena.

Namun demikian, ia menekankan bahwa penyidikan masih terus berlangsung, dan pihaknya belum dapat mengungkapkan secara gamblang alasan pasti di balik tindakan brutal pelaku.

Sejumlah barang milik korban yang sempat hilang pun berhasil ditemukan oleh polisi di dua lokasi berbeda di Provinsi Jambi.

Mobil Honda Jazz milik EY ditemukan di wilayah Tebo, sekitar 300 meter dari kos pelaku, sedangkan sepeda motor Honda PCX korban ditemukan di area parkir rumah sakit.

Bukti-bukti itu semakin memperkuat dugaan bahwa pelaku dengan sengaja berusaha menutupi keterlibatannya dengan menyebar barang-barang korban ke berbagai tempat.

Lebih mengejutkan lagi, hasil visum sementara dari dokter mengindikasikan adanya dugaan pemerkosaan sebelum korban dibunuh.

“Diduga ada pemerkosaan karena ditemukan sperma di celana korban,” kata Natalena menegaskan.

Selain itu, tubuh korban saat ditemukan juga menunjukkan tanda-tanda kekerasan fisik yang cukup parah, termasuk lebam di wajah, bahu, dan leher, serta luka terbuka di bagian kepala.

Temuan tersebut memperkuat dugaan bahwa korban sempat mengalami kekerasan brutal sebelum akhirnya kehilangan nyawa.

EY sendiri diketahui merupakan dosen sekaligus Ketua Program Studi S-1 Keperawatan di Institut Administrasi dan Kesehatan Setih Setio (IAKSS) Muaro Bungo.

Kematian tragisnya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, rekan kerja, serta para mahasiswa yang mengenalnya sebagai sosok cerdas, ramah, dan berdedikasi tinggi di dunia pendidikan.

Kronologi Pembunuhan 

Mengutip Tribunnewsbogor.com, dosen EY dan Bripda Waldi disebut sempat jalan bersama.

"Berawal dari masih bersamanya antara pelaku dan korban masih makan bareng di Kota Bungo," kata Kapolres Bungo AKBP Natalena Eko Cahyono.

Saat tengah malam, 23.30, keduanya masuk ke dalam rumah korban.

"Jam 11.30 malam mereka berdua masuk rumah korban. Masih tidak ada suatu percekcokan atau perselisihan," ujarnya.

Namun, saat pagi kata Natalena Eko, seorang saksi merasa janggal dengan balasan chat dari nomor Erni.
 
"Sampai dengan pagi itu kita dapatkan komunikasi antara korban dengan teman korban sudah tidak, menurut saksi ini bukan lagi korban yang menjawab," katanya.

Polisi mengungkap bahwa chat tersebut dibalas Waldi.

"Jadi handphone sudah di tangan pelaku," katanya.

Dugaan sementara, pelaku melakukan aksinya lantaran masalah asmara.

Waldi dan korban pernah menjalin hubungan, namun berpisah.

Pelaku diduga kembali mencoba mendekati korban, namun ditolak.

Meski demikian, polisi masih menyelidiki kemungkinan adanya pelaku lain.

Bripda Waldi juga membawa kabur sejumlah perhiasan, iPhone, sepeda motor PCX, hingga mobil Honda Jazz milik korban.

Honda Jazz korban ditemukan polisi di Kabupaten Tebo, 300 meter dari kontrakan Bripda Waldi.

Sementara, sepeda motor PCX ada di parkiran RSUD H Hanafie Muaro Bungo.

Untuk perhiasan, ditemukan di dalam mobil korban, masih dari TribunJambi.com.

Pemeriksaan jenazah yang dilakukan oleh dr. Sepriyedi dari RSUD H Hanafie Muara Bungo menemukan bukti kekerasan yang signifikan.  

Dokter menemukan lebam dan luka di area kepala dan leher, serta tanda-tanda mencurigakan di sekujur tubuh korban. 

Bukti-bukti kekerasan yang ditemukan antara lain: 

1. Luka di Kepala

Terdapat lebam di seluruh wajah dan benjolan besar di kepala bagian belakang dengan dimensi lebar sekitar 13 cm dan panjang 10 cm. 

2. Kekerasan Leher dan Bahu

Ditemukan lebam pada bagian leher dan memar di kedua bahu (kanan dan kiri), yang diduga akibat benda tumpul atau tajam. 

3. Dugaan Kekerasan Seksual

Tim medis juga menemukan adanya cairan pada bagian organ intim korban, yang mengindikasikan adanya dugaan kekerasan seksual. 

Dokter memperkirakan Dosen EY, yang merupakan warga Kecamatan Pelepat Ilir, ini telah meninggal dunia sekitar 12 jam sebelum ditemukan.  

Perkiraan waktu kematian ini didukung oleh temuan darah berwarna gelap yang keluar dari mulut dan hidung korban, yang mengindikasikan proses pembusukan awal.

Dari hasil penyelidikan awal, Waldi dijerat pasal berlapis, yakni pembunuhan dan pencurian yang disertai dengan kekerasan.

"Pasal yang disangkakan kepada pelaku untuk sementara ini pembunuhan dan pencurian yang disertai dengan kekerasan," kata Kapolres AKBP Natalena Eko Cahyono saat pers konpers pada Minggu, (2/11/2025) sore.

Lebih lanjut, Kapolres AKBP Natalena Eko Cahyono menegaskan pihaknya akan melakukan penyelidikan dan mengungkap kasus tersebut secara transparan. 

"Kami menegaskan, meskipun pelaku merupakan oknum anggota Polri, proses hukum dilakukan secara profesional, transparan dan tanpa ada perlakuan khusus," ujar AKBP Natalena Eko Cahyono.

AKBP Natalena Eko Cahyono menyebutkan hal itu juga sesuai dengan perintah Kapolda Jambi.

"Kami tidak akan menyembunyikan atau membuat kasus ini menjadi tidak transparan, saya sudah tekankan ke penyidik untuk ungkap sejelas-sejalasnya, sedetail mungkin, kita harus transparan," ujarnya.

Kapolres menegaskan pihaknya akan melakukan penyelidikan dan mengungkap kasus tersebut secara transparan. 

Pihaknya akan menyelidiki kasus tersebut secara objektif, meskipun yang terlibat adalah oknum polisi.

"Anggota yang bersalah akan diproses pidana umum dan juga kode etik kepolisian, tidak ada toleransi, siapapun dia," tandas Kapolres Bungo.

Pihaknya menegaskan bahwa penyidik Satreskrim Polres Bungo saat ini juga masih mendalami motif lain di balik pembunuhan tersebut.

(TribunNewsmaker.com/ TribunSumsel)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.