TRIBUNNEWS.COM – Pada buku Antropologi siswa kelas 11 SMA halaman 166 ada pelajaran tentang ragam bahasa.
Pada materi Antropologi kelas 11 halaman 166 kali ini, siswa diminta untuk mengidentifikasi ragam bahasa dalam masyarakat multikultur.
Buku pelajaran Antropologi Kelas 11 Kurikulum Merdeka merupakan karangan Tri Joko Sri Haryono dkk. terbitan Kemdikbudristek tahun 2024 edisi Revisi.
Berikut Tribunnews sajikan kunci jawaban buku Antropologi kelas 11 halaman 166 pada soal 'Lembar Kegiatan Peserta Didik 4.4'.
1. Buatlah sebuah skenario drama terkait dengan ragam bahasa dalam masyarakat multikultur dengan kelompokmu yang sama dengan Lembar Kegiatan Peserta Didik 4.3!
2. Praktekkan skenario drama yang sudah dibuat dalam sosio drama.
3. Rekam drama yang kamu buat dengan kelompokmu dengan menggunakan VR!
4. Presentasikan VR yang sudah dibuat di depan kelas, dan carilah temuan yang berbeda dari kelompok yang lain!
5. Buatlah catatan dari temuanmu tersebut!
Tokoh-tokoh:
Dita – Siswi asal Jawa Tengah, sopan dan halus dalam berbicara
Rian – Siswa asal Betawi, ceria dan suka bercanda
Sinta – Siswi asal Makassar, tegas dan lantang
Bima – Siswa asal Papua, penuh semangat dan jujur
Lia – Siswi asal Medan, berbicara cepat dan lugas
Bu Ratna – Guru Bahasa Indonesia
Adegan 1: Di ruang kelas
(Semua siswa sedang berdiskusi untuk tugas kelompok tentang budaya daerah.)
Dita: (lembut) Teman-teman, ayo kita mulai ya. Kita bahas dulu tentang tarian daerah masing-masing.
Rian: (bersemangat) Siap, Dit! Tapi sebelum itu, kita ngopi dulu kali, ya? Biar nggak tegang!
Lia: (tertawa) Eh, Rian, kau ini! Baru mulai udah mikir kopi aja!
Sinta: (agak keras) Iya, fokus dulu ki’! Jangan mi’ ngelantur!
Bima: (bingung) Ehh… saya belum paham, tadi dibilang apa itu “ki’”?
Sinta: (tersenyum) Oh, “ki’” itu sapaan khas Makassar, artinya “kamu.”
Bu Ratna: (masuk kelas) Nah, itu contoh yang bagus. Setiap daerah punya ragam bahasa sendiri, yang disebut dialek daerah. Tapi dalam komunikasi antardaerah, kita pakai bahasa Indonesia supaya semua paham.
Adegan 2: Kesalahpahaman kecil
Rian: (bercanda) Lah, Lia, jangan galak-galak amat, kayak mau marah aja!
Lia: (tersinggung sedikit) Hah? Siapa galak? Aku ngomong biasa aja, ini memang logat Medan!
Dita: (menengahi) Sudah-sudah, jangan salah paham. Di tempat Lia memang begitu caranya ngomong, tapi bukan berarti marah.
Bu Ratna: Tepat! Itulah pentingnya memahami ragam bahasa dalam masyarakat multikultur. Gaya bicara berbeda, tapi maknanya bisa sama.
Adegan 3: Kesimpulan
Bima: Jadi… kalau kita dari daerah berbeda, bukan berarti nggak bisa akur, ya?
Sinta: Betul! Justru kita bisa belajar banyak bahasa dan budaya dari teman-teman.
Rian: (tersenyum) Yang penting saling menghargai, jangan baperan.
Dita: (menutup) Bahasa boleh beda, tapi tujuan kita sama—menyatukan Indonesia.
Bu Ratna: Nah, itulah makna keragaman bahasa dalam masyarakat multikultur. Bahasa adalah jembatan persaudaraan.
(Semua tersenyum dan saling menyapa dengan logat daerah masing-masing.)
Semua: “Salam dari Indonesia yang beragam!”
Pesan moral:
Perbedaan bahasa dan dialek dalam masyarakat multikultur bukan penghalang untuk bersatu. Dengan memahami dan menghargai ragam bahasa, kita memperkuat persaudaraan dalam kebhinekaan.
Disclaimer:
(Oktavia WW)