Sulaman Tapis Perempuan Desa Lampung Dorong Ekonomi Kreatif Berbasis Tradisi
Acos Abdul Qodir November 09, 2025 01:31 AM
Ringkasan Berita:
  • Ibu-ibu desa Lampung sulam tapis manual, hasilnya masuk ekosistem fashion berkelanjutan.
  • Produk tapis berkembang jadi dompet, busana muslim, hingga tampil di panggung internasional.
  • Tradisi tapis dorong ekonomi keluarga dan UMKM perempuan berbasis budaya lokal.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sulaman tapis yang dilakukan secara manual oleh perempuan Desa Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran, Lampung, kini menjadi bagian dari ekosistem ekonomi kreatif berbasis tradisi. 

Aktivitas yang dulunya hanya untuk kebutuhan adat, kini berkembang menjadi sumber penghidupan keluarga dan produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menjangkau pasar nasional hingga internasional.

Sejak 1980-an, pembuatan tapis telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Negeri Katon. 

Hampir setiap rumah melibatkan ibu-ibu dan remaja putri dalam proses menyulam benang emas dan perak di atas kain. Teknik sulam tangan yang masih dipertahankan membuat tapis memiliki nilai estetika dan ekonomi tinggi.

Produk tapis yang semula berbentuk sarung dan selendang kini dikembangkan menjadi busana muslim, dompet, taplak meja, hingga hiasan dinding. Motifnya pun beragam, mulai dari gunung, lereng, hingga bukit, mencerminkan lanskap dan filosofi lokal.

Transformasi tapis menjadi produk fashion berkelanjutan yakni sistem produksi pakaian yang mempertimbangkan dampak lingkungan dan sosial tidak lepas dari peran Nola Marta, penggerak komunitas dan penerima SATU Indonesia Awards 2019 di bidang kewirausahaan. 

Sekitar 75 persen proses produksi masih dilakukan secara handmade, menjaga keaslian tradisi sekaligus menghadirkan desain yang adaptif terhadap pasar modern.

Karya tapis dari Negeri Katon telah tampil di Indonesia Fashion Week, International Fashion Week di New York, dan terbaru di Fashion Nation 2025 di Jakarta ajang pameran mode nasional yang menampilkan karya desainer dan UMKM dalam ekosistem fashion berkelanjutan.

Pemberdayaan komunitas ini berlangsung melalui program Kampung Berseri yang hadir sejak 2019, dengan fokus pada penguatan kapasitas warga di bidang budaya, keterampilan, dan kemandirian ekonomi.

“Kami mendorong pemberdayaan masyarakat di berbagai bidang agar memberikan manfaat jangka panjang,” ujar Chief of Corporate Affairs Astra, Boy Kelana Soebroto, dalam keterangannya, dikutip Sabtu (8/11/2025).

Menurut data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, subsektor kriya yang mencakup kerajinan seperti tapis menyumbang sekitar 14,9 persen terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif Indonesia.

Kontribusi ini menunjukkan potensi besar produk berbasis budaya dalam memperkuat ekonomi lokal.

Produksi tapis di Negeri Katon menjadi bagian dari aktivitas ekonomi komunitas yang berbasis pelestarian budaya. 

Perempuan desa yang sebelumnya menenun untuk kebutuhan adat, kini berperan aktif dalam rantai produksi UMKM yang mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yang dicanangkan pemerintah Indonesia.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.