Ringkasan Berita:
- Siswa tertidur saat khutbah, terbangun oleh ledakan saat iqamah salat Jumat.
- “Saya gebuk api pakai sepatu,” ujar saksi mata yang selamat dari kobaran.
- Tiga ledakan mengguncang masjid sekolah, 96 korban dirawat, dua masih di ICU.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Suasana khusyuk salat Jumat di Masjid SMAN 72, Jakarta Utara, pada Jumat siang, 7 November 2025, berubah mencekam dalam hitungan detik. Saat iqamah—seruan pendek yang menandai dimulainya salat berjemaah dalam tradisi Islam—berkumandang, ledakan keras mengguncang ruangan dan menyebabkan 96 orang terluka seketika, sebagian di antaranya mengalami luka bakar serius.
Sabtu siang, sehari setelah ledakan, suasana di SMAN 72 masih diselimuti ketegangan.
Pantauan Tribunnews.com pukul 12.00 WIB menunjukkan sejumlah anggota kepolisian dan TNI berjaga di sekitar sekolah. Penjagaan dilakukan mulai dari gerbang masuk hingga bagian dalam kompleks. Garis polisi masih terpasang di sekitar masjid, yang diduga menjadi titik utama ledakan.
Setelah insiden terjadi, sejumlah siswa dan guru diperiksa oleh pihak kepolisian untuk dimintai keterangan.
Salah satu siswa yang menjadi saksi kunci adalah Nino (nama disamarkan), siswa kelas XII yang berada di dalam masjid saat ledakan pertama terjadi.
Kepada Tribunnews.com, Nino menceritakan secara rinci apa yang ia alami, mulai dari suasana sekolah sebelum kejadian hingga detik-detik ledakan saat salat Jumat akan dimulai.
Nino menceritakan, mulanya aktivitas di sekolahnya pada Jumat pagi berjalan seperti biasa.
Namun, sebagian siswa kelas XII tidak mengikuti kegiatan belajar karena baru menyelesaikan Tes Kemampuan Akademik (TKA) sehari sebelumnya.
Sekitar pukul 11.30 WIB, Nino diajak temannya menuju masjid sekolah untuk melaksanakan salat Jumat.
Ia memilih duduk di shaf belakang, agak jauh dari titik ledakan yang berada di bagian tengah masjid. Imam dan khatib saat itu adalah guru agama sekolah, Fadillah. Nino sempat tertidur saat khutbah kedua berlangsung, dan baru terbangun saat iqamah dikumandangkan.
“Pas doa udah selesai, udah mulai iqamah nih. Allahuakbar, Allahuakbar, duarrr. Meledak pas banget kita tuh udah siap berdiri. Mau berdiri, mau sholat,” ujar Nino kepada Tribunnews.com, Sabtu (8/11/2025).
“Saya enggak expect. Bayangin saya baru bangun tidur, tiba-tiba ada ledakan kayak gitu,” katanya.
Ledakan pertama menyebabkan sejumlah siswa mengalami luka parah.
Nino berhasil selamat dan segera keluar dari masjid, lalu kembali membantu korban.
“Saya ketemu tuh, lihat korbannya tuh bilang, ‘tolongin, tolongin’. Bajunya kebakar. Saya ambil sepatu, saya gebuk apinya. Sempat padam, tapi apinya numbuh lagi,” ungkapnya.
Ia mencoba melepaskan baju korban agar api tak terus membakar tubuh mereka.
Awalnya ia mengira ledakan berasal dari perangkat masjid, namun kemudian melihat benda yang diduga bekas bom.
“Saya yakin itu bom. Setelah korban aman, saya lari ke lapangan,” jelasnya.
Tak lama berselang, dua ledakan susulan terjadi.
Nino mendengar ledakan kedua saat berada di lapangan, dan ledakan ketiga terjadi di dekat pintu belakang sekolah.
“Kurang dari semenit ya. Meledak lagi. Itu jelas di bagian belakang, di pintu kecil dekat tempat sampah,” tambahnya.
FN, 17 tahun, siswa yang diduga sebagai pelaku, menurut Nino tidak mengikuti salat Jumat dan mengenakan pakaian berbeda dari seragam sekolah.
“Dia enggak salat Jumat. Pakai baju lain,” ucapnya. “Kelasnya FN cuma lima orang yang masuk. Termasuk dia juga,” tambahnya.
Setelah tiga ledakan terjadi, FN ditemukan terkapar di dekat pintu belakang sekolah.
Nino menduga FN melakukan percobaan bunuh diri, karena di dekat tubuhnya terdapat tulisan “die” yang dibuat dengan cairan merah.
“Dia kayak bunuh diri gitu. Di sampingnya ada tulisan ‘die’. Bukan darah sih,” jelasnya.
Siswa lain, Reki (nama disamarkan), yang duduk di bagian tengah masjid, juga menjadi korban selamat. Ia mengalami luka di kepala dan sempat dirawat.
“(Ledakan) setelah khutbah, lagi doa, mau salat,” ucap Reki.
“Jaraknya 10–15 menit antara ledakan pertama dan kedua,” katanya.
Siswa lain, Arman, menyebut ledakan terdengar dari arah belakang masjid dan disertai bau menyengat.
“Kondisi pas abis ledakan langsung semua, bau petasan, bau bahan-bahan kimia,” ucap Arman.
Ia memperkirakan sekitar 15 siswa dan lima staf mengalami luka bakar.
Mereka sempat ditangani di ruang kesehatan sekolah sebelum dievakuasi menggunakan ambulans ke RS Yarsi dan RS Islam Jakarta.
Guru SMAN 72 Jakarta, Totong Koswara, yang berada di lokasi menyebut ada tiga titik ledakan: di dalam masjid, dekat pintu belakang, dan di area tempat sampah.
Aparat kepolisian langsung memasang garis polisi, sementara tim Gegana Brimob Polri melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan penyisiran di sekitar masjid.
Beberapa saksi juga menyebut sempat melihat orang mencurigakan masuk ke masjid sebelum ledakan terjadi.
Polisi masih mendalami laporan tersebut dan mengumpulkan keterangan saksi di lokasi.
Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa pihaknya telah mengantongi identitas terduga pelaku dan tengah mendalami motif di balik insiden ini.
Ia memastikan proses hukum berjalan, namun menekankan bahwa fokus utama saat ini adalah pemulihan korban.
“Kami sudah mengetahui identitas terduga pelaku. Saat ini yang bersangkutan masih dirawat akibat luka ledakan. Kami akan terus dalami motifnya dan akan kami sampaikan ke publik setelah proses penyelidikan selesai,” ujar Listyo di Jakarta, Sabtu (8/11/2025).
“Selain proses hukum, kami juga fokus memberikan pelayanan terbaik bagi para korban. Posko sudah dibuka, dan sebagian korban mulai pulih,” tambahnya.
Menurut data resmi Polri yang dirilis Sabtu malam, jumlah korban mencapai 96 orang, dan dua di antaranya masih dirawat intensif di ruang ICU (Intensive Care Unit). Para korban tersebar di tiga rumah sakit berbeda di Jakarta.
Insiden ini memicu kekhawatiran orang tua dan masyarakat sekitar soal keamanan lingkungan pendidikan.