Wacana Rebranding Pasar Senen Disambut Baik Pelaku UMKM
kumparanBISNIS November 09, 2025 05:00 AM
Rencana pemerintah me-rebranding Pasar Senen, Jakarta, disambut positif pelaku UMKM. Pasar yang selama ini dikenal sebagai pusat penjualan pakaian bekas impor atau thrifting, akan dijadikan pusat brand lokal.
Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumandiri), Hermawati Setyorinny, menilai rebranding Pasar Senen merupakan langkah baik. Praktik jual beli pakaian bekas impor selama ini merugikan pelaku UMKM di sektor fesyen dan konveksi.
"Ya sebenarnya baik-baik aja ya, karena memang thrifting ini juga sangat meresahkan bagi pelaku UMKM. Khususnya di bidang yang sama ya, yang pakaian, konveksi lah, fashion gitu kan, karena mereka itu kan memang sebenarnya satu, ilegal," ujar Hermawati ketika dihubungi kumparan, Sabtu (8/11).
Namun, kata dia, akar masalah bukan berada di tangan pedagang kecil, tetapi pada pihak importir yang membawa barang bekas secara ilegal.
"Sebenarnya sih pedagangnya nggak salah, tapi karena ada peluang untuk untung gede kan, tapi yang pengimpornya ini, ini kan pengimpor yang ilegal harusnya kan, yang disasar itu pengusahanya kan, harusnya, tapi kan nggak pernah nih, pengusahanya ini nanti akan, ini nggak pernah ada loh suara itu," jelasnya.
Hermawati mengakui pemerintah kini telah mendata ratusan ribu pedagang pakaian bekas dan berencana memberikan solusi agar mereka beralih menjual produk lokal. Namun, ia mengingatkan keberhasilan rencana ini sangat bergantung pada minat konsumen.
"Hanya saja, sekarang hanya saja, kalau konsumennya itu mau nggak gitu, membeli produk domestik yang harganya mungkin lebih mahal dari yang thrifting, sebenarnya kan itu. Jadi, sebenarnya berharap selain untuk menjual domestik produk lokal, tapi juga pembelinya itu juga harus didatangkan," ujarnya.
Dia menilai, persoalan harga juga menjadi tantangan karena biaya produksi di Indonesia masih tinggi akibat ketergantungan pada bahan baku impor.
Perbesar
Sejumlah calon pembeli memilih pakaian bekas yang dijual di Pasar Senen, Jakarta. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
"Kalau saya menyambut gembira. Hanya masalahnya tidak hanya itu saja, tapi pembelinya bagaimana gitu," tambahnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Esther Sri Astuti, menilai kebijakan rebranding Pasar Senen akan efektif jika dibarengi dengan edukasi kepada masyarakat.
"Yang pertama itu adalah edukasi ke masyarakat bahwa baju thrifting itu gak higienis, gak sehat. Dan yang kedua itu edukasi ke masyarakat untuk mengenakan produk lokal itu lebih prestis, misalnya saya ini pakai batik gitu ya daripada saya pakai barang-barang thrifting gitu kan," kata Esther.
Esther mengungkap sebenarnya masyarakat membeli pakaian bekas karena ingin tampil stylish dengan biaya murah. Karena itu, pemerintah dan pelaku usaha perlu mengubah citra produk lokal agar lebih menarik dan membanggakan.
"Orang pengin gaya dengan murah tapi pakai produk lokal yang lebih, dan yang terpenting adalah baru gitu loh. Mendingan beli barang baru, murah, gak apa-apa lokal gitu, brandingnya harus di situ," ujarnya.
Selain perubahan perilaku konsumen, Esther juga menyoroti pentingnya restrukturisasi industri tekstil nasional agar bisa menghasilkan produk yang lebih kompetitif.
"Melakukan restrukturisasi industri TPT nasional dengan memperbaiki kualitas sumber daya manusia di bidang tekstil, keberadaan pendidikan tekstil di Indonesia hanya ada 10-12 jurusan tekstil," katanya.