Laporan Adim Mubaroq
TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 3,1 mengguncang wilayah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, pada Minggu (9/11/2025) sekitar pukul 10.01 WIB.
Getaran terasa cukup jelas di beberapa wilayah, terutama di sekitar Babakan Jawa dan Majalengka Wetan.
Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa terkini di Majalengka ini berada di darat.
Tepatnya di koordinat 6,84 Lintang Selatan dan 108,22 Bujur Timur, atau sekitar 0 kilometer di barat daya Majalengka, dengan kedalaman 14 kilometer.
Gempa ini termasuk gempa dangkal dan diduga dipicu oleh aktivitas sesar lokal di sekitar Majalengka. Wilayah ini memang berdekatan dengan zona Sesar Baribis, meski tidak menutup kemungkinan adanya struktur patahan lain yang belum terpetakan,” tulis analisis BMKG dalam keterangannya.
BMKG mencatat intensitas gempa berada pada skala III MMI (Modified Mercalli Intensity).
Guncangan terasa di dalam rumah dan sempat membuat warga kaget. Beberapa warga mengira getaran berasal dari kendaraan berat yang melintas.
“Kaca jendela sempat bergetar, tapi tidak lama. Sekitar 2–3 detik saja,” kata Aminudin (54), warga Majalengka Kulon.
Hingga siang hari, tidak ada laporan kerusakan bangunan maupun korban jiwa akibat gempa ini. BMKG meminta masyarakat tetap tenang dan tidak mudah percaya terhadap informasi yang tidak jelas sumbernya.
“BMKG terus memantau perkembangan aktivitas seismik di wilayah Majalengka dan sekitarnya,” tulis lembaga tersebut dalam keterangan resmi.
Wilayah Majalengka Masuk Jalur Aktif Tektonik
BMKG juga mengingatkan bahwa meski gempa kecil seperti ini umumnya tidak berpotensi menimbulkan kerusakan, masyarakat perlu waspada karena wilayah selatan Majalengka berada di jalur aktif tektonik.
Data Gempa BMKG Majalengka:
Waktu: Minggu, 9 November 2025, pukul 10.01 WIB
Magnitudo: 3,1
Lokasi: 6,84 LS – 108,22 BT (0 km Barat Daya Kabupaten Majalengka)
Kedalaman: 14 km
Dirasakan: III MMI (Majalengka)
BMKG menegaskan, gempa dengan magnitudo kecil seperti ini merupakan fenomena alam yang wajar terjadi di wilayah dengan struktur sesar aktif, namun tetap perlu menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan bencana di daerah rawan gempa.