Pengamat Nilai Seskab Teddy Bangun Kepemimpinan Publik Berbasis Empati
Acos Abdul Qodir November 18, 2025 12:33 AM
Ringkasan Berita:
  • Pengamat menilai gaya kepemimpinan Seskab Teddy berbeda dari pola birokrasi modern.
  • Kehadiran langsung pejabat di masyarakat disebut memberi dampak psikologis bagi publik.
  • Pendekatan empatik dinilai relevan di tengah skeptisisme terhadap pejabat negara saat ini.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Pengamat politik Universitas Nasional (Unas), Amsori Baharudin Syah, menilai Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya menunjukkan pola kepemimpinan publik yang berbeda dari birokrasi modern.

Menurut Amsori, Teddy hadir langsung di masyarakat untuk mendengar aspirasi. Dalam beberapa kesempatan, ia terlihat di lingkungan warga, termasuk saat mengunjungi sekolah rakyat. Amsori menilai kehadiran pejabat di ruang publik dapat memberi dampak psikologis karena masyarakat merasa diperhatikan.

“Apa yang dilakukan Teddy Indra Wijaya adalah bentuk pelayanan publik. Ia hadir bukan sebagai pejabat, tetapi sebagai manusia yang mau mendengar,” ujar Amsori, Senin (17/11/2025).

Amsori menekankan, dalam birokrasi modern pejabat kabinet umumnya berfungsi sebagai pengambil keputusan strategis di balik rapat. Teddy, kata dia, memindahkan sebagian ruang kerjanya ke tengah masyarakat.

Ia menilai gaya kepemimpinan Teddy berbeda dari pola birokrasi yang cenderung administratif, dengan menekankan kehadiran langsung di masyarakat.

Menurutnya, pendekatan ini sejalan dengan konsep empathetic governance, yakni kepemimpinan publik yang menekankan kehadiran emosional, bukan hanya struktural. Ia juga merujuk teori Hannah Arendt tentang power as acting in concert, yang menyebut kekuasaan politik muncul ketika pemimpin berada bersama rakyat dan membangun kepercayaan melalui tindakan nyata.

“Teddy tidak sedang menunjukkan kuasa administratif, tetapi kuasa moral. Ia membangun legitimasi dengan mendengarkan, bukan memerintah,” kata Amsori.

Langkah Teddy mengunjungi sekolah rakyat disebut sebagai simbol state nurturing, yaitu negara hadir untuk merawat dan menguatkan warganya. Gestur sederhana seperti duduk bersama anak-anak atau berbincang dengan orang tua dinilai sebagai bentuk pelayanan publik yang nyata.

Ia menilai, banyak pejabat berbicara soal pelayanan publik, namun kehadiran langsung di masyarakat masih jarang dilakukan.

Amsori menambahkan, pendekatan ini memperkuat citra kabinet sebagai institusi yang tidak hanya membuat kebijakan, tetapi juga memahami realitas lapangan. Menurutnya, gaya kepemimpinan seperti ini relevan di tengah tingkat skeptisisme publik terhadap pejabat negara.

Teddy Indra Wijaya lahir di Manado, 14 April 1989, dan sejak Oktober 2024 menjabat Sekretaris Kabinet RI setelah sebelumnya menjadi ajudan Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Lulusan SMA Taruna Nusantara dan Akademi Militer 2011 ini meraih gelar magister kajian terorisme dari Universitas Indonesia pada 2021. Karier militernya dimulai di Kopassus, kemudian menjadi asisten ajudan presiden (2016–2019), ajudan Menhan (2020), Wakil Komandan Yonif 328 (2024), serta lulusan Sekolah Ranger Angkatan Darat Amerika Serikat (2020). Ia resmi naik pangkat menjadi Letnan Kolonel pada Maret 2025.

Adapun Amsori Baharudin Syah adalah dosen dan pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas), Jakarta. Ia berasal dari Batujaya, Karawang, Jawa Barat, dan dikenal aktif memberikan analisis terkait kepemimpinan publik, birokrasi, serta kebijakan pemerintah.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.