Jakarta (ANTARA) - Badan Informasi Geospasial (BIG) mendorong agar geospasial masuk ke dalam kurikulum di jenjang sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) sebagai upaya meningkatkan pemahaman geografis dan aspek keruangan sejak dini.
"Bagaimana kurikulumnya memasukkan tentang geospasial mulai dari tahap awal. Pendidikan dasar, menengah, atas dapat (materi tentang geospasial). Kadang-kadang tidak semuanya ternyata sekarang ini ada pelajaran geografi," kata Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi Informasi Geospasial (PPKIG) BIG, Ratna Sari Dewi di Jakarta, Selasa.
Ratna yang menjadi narasumber dalam acara Bicara Kota bertema “Membaca Kota Lewat Peta: Peran Geospasial dalam Pembangunan Kota” yang diadakan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta mengatakan, masih menemukan siswa yang bahkan tak tahu letak kota dan bahkan ibu kota provinsi tertentu.
"Ada anak mau magang di tempat kami. Karena kami dari geospasial, saya tanya peta di ruangan saya, meminta anak itu tunjuk kota Surabaya. Anak itu tidak bisa bisa menunjukkan. Saya tanya, ibu kota Jawa Barat, juga dia tidak tahu," kata dia.
Menurut Ratna, kondisi ini mengkhawatirkan sehingga BIG perlu mendorong agar kurikulum sekolah memasukkan materi terkait geospasial.
Selain di sekolah, sambung dia, BIG juga mendorong adanya pelatihan-pelatihan terkait geospasial di jajaran organisasi perangkat daerah (OPD).
"Kami mendorong jika ada daerah juga menyelenggarakan pelatihan geospasial, silahkan. Kami nanti mengakreditasi, memastikan pelatihan yang diberikan itu sesuai dengan kurikulum yang sudah ada, sehingga menjadi lebih luas lagi pelaksanaannya," jelas Ratna.







