TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Spanduk bernada sensitif yang dikaitkan dengan salah satu SD negeri di Kota Pekalongan memicu kehebohan di masyarakat.
Spanduk ini viral di media sosial di Kota Pekalongan, seperti yang diupload oleh akun Instagram @beritapekalongan1.
Spanduk tersebut bertuliskan 'Bermodal Tampan Berbadan Atletis Oknum Kepala Sekolah Sering Merusak Rumah tangga Orang Lain'.
Selain itu, dalam spanduk juga ada tulisan berbahasa Jawa, dengan narasi 'Dikeloni dan Diutangi Duit'e. Kasihan Anak-anak Korban Selingkuhane Menjadi Anak Broken Home'.
Pada spanduk juga diakhiri kalimat ' TURUNKAN KEPALA SEKOLAH BERMENTAL BOBROK'.
Dindik Kota Pekalongan telah bergerak setelah menerima laporan dan melihat ramainya pembahasan di media sosial terkait foto spanduk sensitif yang mencatut salah satu SD negeri.
Plt Kepala Dindik Kota Pekalongan, Mabruri menyampaikan, pihaknya telah mendatangi sekolah tersebut dan meminta keterangan secara langsung.
"Tidak ada satu pun yang mengetahui soal spanduk itu. Tidak terlihat kapan dipasang, tidak tahu kapan dilepas, bahkan penjaga sekolah yang datang paling pagi pun tidak menemukannya."
"Jadi ini benar-benar spanduk misterius," ujar Mabruri, Rabu (19/11/2025).
Menindaklanjuti situasi tersebut, Dindik bersama Bhabinkamtibmas, kepala sekolah, guru, dan pihak kelurahan menggelar pertemuan untuk menentukan langkah yang tepat.
Menurut Mabruri, isu yang menyasar lingkungan sekolah ini sangat sensitif karena berdampak langsung pada ketenangan anak-anak dan kepercayaan orangtua.
"Kami berharap kondisi cepat mereda. Citra sekolah itu dibangun dengan susah payah."
"Apalagi sekolah ini sedang berkembang, jumlah siswanya meningkat."
"Situasi seperti ini tentu bisa berpengaruh," ucapnya.
Saat ini Dindik terus berkoordinasi dengan pihak kelurahan, aparat keamanan, dan sekolah sembari tetap membuka ruang komunikasi dengan masyarakat.
Mabruri menegaskan, jika memang ada pihak yang tidak puas terhadap kepala sekolah, seharusnya penyampaian dilakukan secara resmi.
"Kami sangat terbuka. Jika ada aspirasi atau ketidakpuasan, sampaikan langsung ke dinas."
"Jangan memasang spanduk di fasilitas pemerintah dengan konten sensitif, apalagi tanpa legalitas dan tidak jelas siapa yang memasang," tegasnya.
Terkait kemungkinan adanya aduan terhadap kepala sekolah, Mabruri menyebut bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan BKPSDM sebagai langkah antisipasi.
"Jika ada laporan resmi, tentu prosedur kepegawaian akan dijalankan."
"Untuk saat ini, kami pasang telinga dulu," pungkasnya.
Terpisah, Alimin (53), warga RT 04 RW 03 Kalibaros yang tinggal paling dekat dengan lokasi sekolah mengatakan, tidak ada satu pun warga yang melihat proses pemasangan spanduk tersebut.
"Tidak ada yang tahu sama sekali. Lingkungan sini memang sepi, jalannya juga sepi."
"Pada Sabtu pekan lalu di sekolah ada kegiatan sampai sore hari, Minggu di sebelah SD ada acara hajatan, jadi warga ramai di situ."
"Tapi soal pemasangan spanduk, tidak ada yang mengetahui," ujar Alimin.
Dia menuturkan, informasi terkait munculnya spanduk itu justru pertama kali dia dapatkan dari penjaga sekolah pada Senin (17/11/2025) sekira pukul 10.00.
"Saya baru tahu dari penjaga sekolah. Itu pun setelah dikonfirmasi."
"Saya sebagai warga dekat sekolah tidak mendapat informasi apa pun sebelumnya," katanya.
Menurutnya, warga justru mengetahui keberadaan spanduk tersebut setelah melihat unggahan di media sosial.
"Saya juga baru dengar tadi dari penjaga sekolah, lalu melihat dari di Instagram."
"Jadi heran saja, kok aneh, kok tidak ada yang tahu sama sekali," tambahnya. (*)