Tidur di Samping Pasangan Bikin Lebih Nyenyak, Benar Enggak Sih?
kumparanMOM November 22, 2025 12:00 PM
Pasangan suami-istri yang berbagi tempat tidur dilaporkan bisa mengalami peningkatan kualitas tidur. Namun, hasil ini mungkin tidak akan berlaku untuk semua pasangan. Kenapa?
Dikutip dari Healthline, peneliti dari Pusat Psikiatri Integratif dan profesor di departemen psikiatri dan psikoterapi, Henning Johannes Drews, dari Universitas Christian-Albrechts Kiel di Jerman telah mempelajari 12 pasangan yang menghabiskan empat malam di laboratorium khusus.
Ia mengukur kualitas tidur individu yang diteliti bersama dan secara terpisah juga menggunakan teknologi yang merekam gelombang otak, gerakan, ketegangan otot, dan aktivitas jantung. Mereka juga diminta menjawab sejumlah pertanyaan pada kuesioner.
Menurut Drews dan timnya, pasangan yang tidur berdampingan mengalami peningkatan dan gangguan tidur rapid-eye movement (REM) dibandingkan ketika mereka tidur terpisah. Tahap tidur yang baik ini telah dikaitkan dengan pengaturan memori, pengaturan emosi, pemecahan masalah kreatif, dan interaksi sosial.
Selain itu, semakin baik mereka menilai hubungan mereka, maka semakin sinkron pasangan tersebut saat tidur berdampingan.
"Jika Anda ingin berbagi tempat tidur dengan pasangan, tidak ada yang perlu dikritik. Bahkan, mungkin itu sangat baik untuk Anda," ujar Drews.
Kualitas Tidur yang Bisa Berpengaruh
Akan tetapi, tidur bersama mungkin tidak berhasil pada sejumlah pasangan. Sebab, beberapa orang mungkin lebih baik tidur sendiri ketimbang mendapat banyak gangguan.
"Jika pasangan Anda menghalangi untuk tertidur atau mengganggu tidur Anda, dan Anda jauh lebih rileks jika tidur sendirian, itu mungkin pengaturan tidur terbaik yang bisa dilakukan," kata Drews.
Ya Moms, peneliti menyebut REM hanyalah salah satu faktor yang membuat tidur nyenyak.
"Sering kali, kita melihat tidur REM terganggu pada gangguan yang berhubungan dengan stres. Jadi, kesimpulan yang tepat adalah seseorang yang terbiasa tidur dengan pasangannya mungkin mengalami respons stres ketika pasangannya tidak ada," jelas Patricia Haynes, seorang profesor di Mel and Enid Zuckerman College of Public Health, University of Arizona.
Lebih lanjut, penelitian mencatat terdapat beberapa faktor yang dapat mengganggu tidur kita. Misalnya, pasangan yang berisik atau tidur mendengkur kencang. Di sisi lain, berpindah-pindah posisi atau banyak bergerak juga memengaruhi, meskipun dalam eksperimen Drews dan rekan-rekannya tidak mengganggu tidur mereka.
Penderita insomnia mungkin juga tidak cocok untuk berpasangan dengan pasangannya bila ingin mendapatkan tidur nyenyak. Sebab, penderita insomnia cenderung lebih sering menyibukkan diri atau beraktivitas, sehingga rentan menimbulkan gangguan pada pasangannya. Lebih lanjut, masalah lain yang dapat mengganggu istirahat termasuk perbedaan preferensi suhu ruangan.
"Beberapa pasangan juga kesulitan dengan perbedaan jadwal kerja atau kebiasaan tidur, seperti menonton TV di tempat tidur," tutup Haynes.
Jadi, apakah kamu tidur bareng suami atau 'pisah ranjang', Moms?