Grid.ID - Dua putra mendiang Pakubuwono XIII sama-sama dinobatkan sebagai Pakubuwono XIV. Dua raja Keraton Solo tertangkap kamera menunaikan salat Jumat di Masjid Agung KeratonKasunananSurakarta, Jumat (21/11/2025).
Dualisme kepemimpinan kini tengah melanda Keraton Solo. Purbaya dan Hangabehi sama-sama mengklaim dan menobatkan diri sebagai Pakubuwono XIV.
Peristiwa ini pun seolah mengulang perseteruan takhta yang pernah terjadi sebelumnya saat suksesi Pakubuwono XIII. Kubu Purbaya mengklaim legitimasi berdasarkan kesepakatan dan penunjukan putra mahkota, sementara kubu Hangabehi berpegangan pada status putra tertua dan dukungan dari Lembaga Dewan Adat.
Sementara itu, dua raja Keraton Solo tertangkap kamera menunaikan salat Jumat di Masjid Agung KeratonKasunananSurakarta, Jumat (21/11/2025). Hal tersebut terjadi di tengah upaya penyelesaian konflik internal.
Melansir Surya.co.id, diberitakan sebelumnya, KGPHHangabehi dan KGPHPurboyo, dua sosok yang saling menyatakan diri sebagai sebagai penerus tahta Keraton Kasunanan Surakarta, pengganti PakubuwonoXIII. Pada Rabu (5/11/2025), KGPAA Hamangkunegoro atau KGPHPurboyo menyatakan dirinya sebagai Pakubuwono XIV di depan jenazah ayahnya sebelum diberangkatkan.
Kemudian, pada Kamis (13/11/2025), Lembaga Dewan Adat (LDA) menobatkan KGPHHangabehi sebagai Pakubuwono XIV di Sasana Handrawina.Penobatan KGPHHangabehi dihadiri Maha Menteri KG Panembahan Agung Tedjowulan.
Sebelumnya, Tedjowulan menyatakan dirinya sebagai pelaksana tugas (ad interim). Ia bertugas menggantikan mendiang Sinuhun Pakubuwono XIII.
Sementara itu, dilansir dari Tribunsolo.com, dua raja KeratonSolo, PakubuwonoXIVHangabehi dan PakubuwonoXIVPurbaya, menunaikan salat Jumat di Masjid Agung KeratonKasunananSurakarta, Jumat (21/11/2025). Pakubuwono XIV Hangabehi berjalan kaki dari keraton menuju masjid, setelah memarkirkan kendaraannya di depan Kori Kamandungan.
Sedangkan PakubuwonoXIVPurbaya datang dengan mobil Pajero putih hingga ke depan masjid. Keduanya tiba lebih awal dan menempati saf paling depan.
Hangabehi tampak mengenakan blangkon, sedangkan Purbaya tidak. Usai salat Jumat, Purbaya lebih dulu meninggalkan ruang utama.
Ia disambut Penghulu TafsirAnom KeratonSolo, Muhammad Muhtarom, dan dipersilakan menuju ruangan takmir. Hangabehi sempat menunaikan salat sunnah sebelum berjalan kaki kembali ke Kori Kamandungan.
Hangabehi menegaskan dirinya tidak ingin memberikan komentar“Ini saya cuma mau menjalankan ibadah Jumat saja. Belum berkeinginan komentar apa pun,” ujarnya.
Sementara itu, Purbaya menyebut masih menjalin komunikasi baik dengan sang kakak.“Baik komunikasi saya adiknya. Saya berkeluarga dengan baik,” terangnya.
Purbaya juga membagikan uang kepada sejumlah warga di sekitar masjid melalui utusannya.Warga pun sempat berebut untuk mendapatkannya.
Penghulu TafsirAnom, Muhammad Muhtarom, menyebutkan kedua raja dari kubu berbeda telah menunaikan salat Jumat di Masjid Agung.Menurutnya, hal ini merupakan bagian dari syarat menjadi raja KeratonKasunananSurakarta.
“Sinuhun Pakubuwono XIV baik dari Purbaya maupun Mangkubumi kebetulan melaksanakan salat di Masjid Agung. Karena salat di Masjid Agung menjadi syarat untuk menjadi raja,” tutur Muhtarom.
Muhtarom menjelaskan, terdapat perbedaan pendapat mengenai berapa kali seorang raja harus menunaikan salat Jumat di MasjidAgung.
“Berapa kali ada multitafsir. Dari pihak dalem ada yang mengatakan 7 kali berturut-turut. Maha Menteri Tedjowulan 40 kali. Sinuhun Pakubuwono XIV Mangkubumi kalau bisa tidak hanya 40 tapi seterusnya,” jelasnya.
Sama-sama Bagian Keraton
Muhtarom menilai kedua raja sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap Masjid Agung, yang merupakan bagian dari keraton.
“Masjid Agung ini kan milik keraton. Kita melayani toh mereka beliau-beliau merasa memiliki. Luar biasa. Beda kalau merasa memiliki. Punya kewajiban, punya tanggung jawab untuk mengawal Masjid Agung kembali. Masalah politik internal bukan urusan kami,” katanya.
Muhtarom berharap perseteruan internal keraton dapat diselesaikan dengan baik.
“Di keraton ada teknik secara politik di internal punya kiat tersendiri. Kita melayani institusi keraton dengan sukarela. Alhamdulillah keduanya punya motivasi yang sama. Kita bangun komunikasi yang intens. Politik keagamaan dulu bukan tidak ada, ya ada. Tapi ketika ada sistem saling tabayun bisa menyelesaikan dengan cara yang elegan. Harapan kita ke depan keraton bisa diselesaikan dengan cara yang elegan,” tuturnya.