Jakarta (ANTARA) -
Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno meminta agar kasus perundungan (bullying) yang terjadi di SMAN 72 Jakarta yang diduga mengakibatkan adanya aksi ledakan di sekolah itu diusut tuntas agar hal serupa tak terjadi di kemudian hari.
“Harus dicari akar masalahnya apa dan saya sudah perintahkan kepada Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan mengusut tuntas agar hal ini tidak terjadi lagi,” kata Rano saat "Kick Off Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Tahun 2025" di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, apa yang sudah terjadi harus menjadi contoh bagi semua dan semua harus lebih waspada karena ledakan bom rakitan yang dilakukan oleh salah satu siswa di SMAN 72 tidak pernah diduga sebelumnya.
Hingga saat ini, kata dia, anak tersebut dipisahkan tempat perawatannya di RS Polri, sementara anak lainnya dirawat di Rumah Sakit Islam Jakarta.
Rano mengaku sedih dengan apa yang terjadi di SMAN 72 Jakarta tersebut. Bahkan, saat kejadian Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung langsung datang ke sekolah, sementara dirinya datang ke rumah sakit untuk melihat korban ledakan.
“Kami akan membiayai anak-anak yang menjadi korban hingga sembuh, termasuk bagi siswa yang berobat jalan akan dibiayai," ujarnya.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya menyebutkan anak berhadapan dengan hukum (ABH) yang melakukan peledakan di SMAN 72 Jakarta sebelumnya diduga membeli bahan-bahan peledak secara daring atau online.
Fakta tersebut disampaikan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Budi Hermanto dalam keterangannya, Jumat (21/11), setelah melakukan pemeriksaan terhadap ayah ABH.
"Iya, seperti itu (beli online), karena kan orang tuanya yang menerima (paket)," kata Budi.
Dia menjelaskan jika orang tuanya tidak menaruh curiga terhadap paket tersebut karena ABH mengakui paket itu untuk kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
"Kalau barang-barang paket yang diterima itu, itu kan untuk ekstrakurikuler sekolah. Jadi, tidak ada kecurigaan dari keluarga juga," ujar Budi.







