Ringkasan Berita:
- Pelengsengan Gatot Subroto ambrol dan material menghantam rumah warga.
- Rumah Dasuki rusak berat dan dipenuhi lumpur.
- Warga menduga terkait perbaikan jalan baru-baru ini.
SURYA.CO.ID - Hujan yang mengguyur kawasan Jalan Gatot Subroto, Malang, Jawa Timur pada Selasa (25/11/2025) malam membawa dampak serius bagi warga di Kelurahan Kesatrian.
Sebuah pelengsengan trotoar di ruas jalan tersebut ambrol, membuat material tanah, air, dan batu-batu besar meluncur ke permukiman warga di bawahnya.
Salah satu rumah yang terdampak adalah milik Dasuki, warga yang telah tinggal lebih dari 30 tahun di lokasi tersebut.
Tribun mewawancarai langsung Dasuki di depan rumahnya yang masih dipenuhi lumpur setinggi hampir setengah meter.
Dasuki menceritakan, peristiwa terjadi sekitar pukul 18.30 WIB.
Saat itu ia berada di ruang tamu, sementara istrinya menyiapkan makanan di dapur.
“Tiba-tiba ada benturan dari atas, air dan lumpur spontan langsung turun dari atap rumah saya, dari lantai dua turun ke bawah. Batu-batu, air, dan segala macam masuk ke dalam,” ujarnya.
Suara keras yang terdengar sempat ia kira sebagai kecelakaan mobil.
“Awalnya saya kira mobil kecelakaan dari atas turun, tapi ternyata material tanah, air, dan batu-batu besar,” kata dia.
Listrik padam seketika.
Dalam kondisi gelap dan panik, ia dan istrinya bergegas keluar rumah sambil berteriak meminta pertolongan warga.
Rumah dua lantai milik Dasuki mengalami kerusakan di seluruh bagian.
Lumpur memenuhi ruang di lantai satu dan dua.
Batu-batu besar juga masuk hingga petugas harus memecahnya terlebih dahulu untuk memindahkannya.
“Semuanya terdampak. Lumpur masuk ke lantai satu dan dua, tingginya sekitar setengah meter. Batu-batu besar juga masuk,” tuturnya.
Beruntung, dokumen penting seperti KK, ijazah anak, dan surat nikah bisa diselamatkan.
Setelah kejadian, Dasuki dan keluarga mengungsi sementara ke rumah kosong milik pelanggan dari desa.
Menurut Dasuki, kejadian besar seperti ini baru pertama terjadi sejak ia tinggal di lokasi tersebut lebih dari tiga dekade.
Ia menduga longsoran ada kaitannya dengan perbaikan jalan yang dilakukan dua minggu lalu.
“Ada paralon besar yang dipasang. Katanya orang-orang, paralon itu cuma ditanam atau disontek, saya tidak tahu prosesnya. Setelah itu hanya ditutup, lalu atasnya diaspal. Tapi air dari paralon itu mengalirnya tidak tahu ke mana,” jelasnya.
Dasuki menyebut sebelumnya memang sering terjadi banjir, namun tidak pernah sebesar ini.
Petugas BPBD sempat datang untuk pendataan.
Sejumlah petugas dinas terkait juga telah meminta identitas dirinya sebagai bagian dari proses assessment.
“Saya berharap secepatnya diperbaiki, direnovasi, supaya bisa layak ditempati lagi,” ujarnya.
Dasuki juga sempat bertemu Wali Kota Malang saat pejabat itu meninjau lokasi, meski tidak sempat berbincang banyak.