TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengeklaim, perlambatan ekonomi Indonesia pada awal Januari hingga Agustus 2025 bukan semata-mata disebabkan faktor global, tetapi lebih karena salah urus di dalam negeri yang kini tengah diperbaiki.
Menurut dia, data perdagangan justru menunjukkan kinerja yang kuat sepanjang tahun. Pada periode Januari-September 2025, surplus neraca perdagangan Indonesia masih tinggi, dengan nilai kumulatif 33,48 miliar dolar AS.
"Perlambatan ekonomi kita di sepanjang mungkin 8 bulan pertama tahun ini, bukan karena global saja. Mungkin bukan karena global, mungkin karena salah urus di dalam yang sudah kami perbaiki," katanya, saat Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI, Kamis (27/11).
Bendahara negara itu merinci, nilai ekspor secara tahunan tumbuh 11,4 persen, sementara impor naik 7,2 persen. Purbaya menyebut, peningkatan impor itu menunjukkan aktivitas industri dalam negeri semakin aktif.
Ia menegaskan, perlambatan ekonomi yang terjadi dalam 8 bulan pertama tahun ini karena belanja pemerintah pada dua kuartal awal 2025 berjalan lambat, sehingga menahan laju pertumbuhan ekonomi.
Meski sempat melambat, Purbaya mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III/2025 mencapai 5,04 persen, didorong permintaan domestik, ekspor yang kuat, serta investasi yang tetap tangguh.
"Kalau kita lihat ada belanja pemerintah kelihatan triwulan pertama mengalami kontraksi 1,37 persen, triwulan II masih minus 0,33, triwulan III sekarang tumbuh positif 5,5 persen," ucapnya.
"Jadi di dua triwulan pertama tahun ini pemerintah belanjanya lambat, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi kita. Ini kami perbaiki, dan ke depan kami pastikan di triwulan pertama tahun depan kita akan tumbuh terus. Kami akan cegah belanja yang terlambat dari pemerintah, sehingga ekonominya akan tetap kuat," sambungnya. (Tribunnews/Nitis Hawaroh)