TRIBUNJATENG.COM, JEPARA - Ketua Barisan Suporter Persijap Sejati (Banaspati), Agus Supriyanto menyuarakan kegelisahan yang sudah lama menggumpal di tribun.
Kekalahan beruntun Persijap Jepara sebanyak delapan kali tanpa jeda kemenangan menjadi beban berat yang kini menghantui tim, suporter, hingga manajemen.
“Pusing, tapi bagaimana lagi. Bursa transfer belum dibuka,” kata Agus kepada Tribunjateng.com, Jumat (28/11/2025).
Menurutnya, kondisi Persijap sudah berada pada titik dimana opsi perbaikan makin sempit.
“Memang harus dimaksimalkan, sudah tidak ada cara lain."
"Kalau ingin bertahan, harus ada perombakan. Kalau tidak, pulang ke Liga 2," tuturnya.
Agus menegaskan, harapan suporter sederhana namun krusial, menghentikan rangkaian kekalahan dan kembali pada pola permainan awal yang sempat memberi optimisme.
Dia menilai sejak awal kompetisi, Persijap Jepara tak kunjung menemukan konsistensi, terutama dalam formasi dan strategi.
“Dari pertandingan awal sampai sekarang selalu berbeda terus."
"Mengapa tidak konsisten seperti saat menghadapi PSM Makassar atau Persib Bandung?"
"Setelah lawan Persis Solo kalah, langsung ganti formasi, lalu ganti lagi."
"Gonta-ganti terus, tidak konsisten,” ucapnya.
Bukan hanya pola permainan, penentuan pemimpin di lapangan pun disebut serba berubah.
“Captain saja ganti-ganti terus, sampai berapa kali?"
"Siapa leader di lapangannya? Jadi bingung,” tambahnya.
Menurut Agus, situasi mental pemain semakin sulit dipulihkan seiring rentetan kekalahan.
“Siapapun pelatihnya, kalau tujuh kali kalah beruntun, mengangkat mental itu sulit," ungkapnya.
Dia menyinggung pelatih Mario Lemos yang datang dengan rekam jejak positif di liga sebelumnya.
Namun kondisi saat ini membuat segala rencana strategi seperti kehilangan pijakan.
“Dia pun sudah bingung, strategi apa yang mau diterapkan," ucapnya.
Agus juga mempertanyakan rangkaian kartu merah dan keputusan kontroversial yang muncul dalam beberapa pertandingan terakhir.
Pada pekan ke-13, dia menilai banyak kejanggalan dari pihak wasit.
“Kami bertanya-tanya, pemimpin lapangan banyak human error," tuturnya.
Dia mencontohkan insiden pada laga terakhir ketika pemain asing Persijap, Franca mendapat kartu kuning kedua.
“Dia protes, kami tidak tahu protesnya apa. Tapi tiba-tiba kartu kuning lagi," jelasnya.
Di tengah situasi yang makin berat, suporter berharap manajemen segera mengambil langkah tegas sebelum semuanya terlambat.
“Kalau amunisinya kemarin dia yang milih sendiri. Pelatih enggak milih sendiri."
"Kalau full pelatih, itu berhak memilih,” tutup Agus.
Suporter kini menanti keputusan penting yang bisa mengembalikan arah perjalanan Persijap Jepara, sebelum badai kekalahan benar-benar menyeret tim kembali ke Liga 2. (*)