Kemenkes Ungkap Situasi HIV di RI 2025, Masih Banyak Pengidap Tak Berobat
GH News December 01, 2025 02:09 PM

Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Ketua Tim Kerja HIV-AIDS Kementerian Kesehatan RI, dr Tiersa Vera Junita, M Epid, mengatakan pada 2025, diperkirakan terdapat 564.000 Orang dengan HIV (ODIHV). Namun, baru 68 persen atau sekitar 385.000 orang yang mengetahui status HIV.

Dari kelompok yang mengetahui statusnya, baru sekitar 260.000 pasien yang sudah mengakses pengobatan antiretroviral (ARV). Kondisi ini menunjukkan adanya kesenjangan besar, karena masih ada sekitar 37 persen pengidap yang sudah mengetahui statusnya tetapi belum masuk ke pengobatan.

"Kemudian dari ODIHV dalam pengobatan, ada 56 persen atau lebih kurang 155.000 ODIHV yang hasil pemeriksaan viral load-nya tersupresi," ucapnya dalam acara Peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) Tahun 2025, Senin (1/12/2025).

"Jadi memang ODIHV yang sudah dalam pengobatan pun, baru sekitar 60 persen yang melakukan pemeriksaan viral load," lanjutnya.

Meski demikian, dr Tiersa mengatakan rendahnya cakupan pemeriksaan viral load dan masih terbatasnya jumlah pengidap yang memulai terapi menunjukkan masih banyak celah atau gap yang harus diperbaiki. Gambaran ini menunjukkan bahwa HIV masih menjadi catatan penting dalam kesehatan masyarakat Indonesia.

Pasien takut berobat karena stigma

Di sisi lain, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, menegaskan tantangan lain yang tak kalah besar dalam penanganan HIV adalah persoalan stigma. Menurutnya, stigma masih menjadi hambatan utama dalam proses pengobatan maupun evaluasi pasien HIV.

Wamenkes menjelaskan stigma yang berkembang di masyarakat membuat banyak orang enggan melakukan tes, takut datang ke rumah sakit atau fasilitas layanan kesehatan, serta khawatir status mereka diketahui orang lain, termasuk di lingkungan kerja.

Rasa takut inilah yang pada akhirnya menghalangi pengidap HIV untuk mendapatkan diagnosis dini maupun pengobatan yang seharusnya mereka terima.

"Stigma menjadi salah satu disrupsi yang berkembang di masyarakat," ucapnya dalam acara yang sama.

Karenanya, Wamenkes menekankan stigma harus diluruskan dan diubah, karena persepsi yang salah di masyarakat dapat berdampak langsung pada keberhasilan program penanggulangan HIV.



 
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.