Jakarta (ANTARA) - Sebuah pameran Usaha Mikro Kecil Menengah bertajuk "Ragam Kriya Nusantara" diselenggarakan dari 26 sampai 30 November 2025 di sebuah pusat perbelanjaan kawasan Cibubur, Jakarta, disertai sesi diskusi interaktif dan lokakarya edukatif yang mengangkat profil produk 20 UMKM yang telah melewati proses kurasi.
Kegiatan tersebut terwujud lewat komitmen yang sama antara pemerintah yang diwakili Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) dan juga sektor swasta (Pendopo) dalam mendorong UMKM naik kelas dengan upaya perluasan jangkauan pasar dan peningkatan profil sektor kriya di Indonesia.
"Kehadiran Kemenekraf di sini adalah upaya kami untuk mempromosikan jenama lokal sektor kriya ke pasar yang lebih luas," ujar Deputi Bidang Kreativitas Budaya dan Desain Kemenekraf, Yuke Sri Rahayu, yang juga menjadi narasumber sesi diskusi interaktif pada pameran tersebut dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin.
Yuke menegaskan pemerintah berkomitmen mengangkat produk UMKM di sektor kriya, karena sektor itu menjadi bagian penting ekosistem ekonomi kreatif berdasarkan data dan peranan ekonomi kreatif dalam total produk domestik bruto (PDB) nasional.
Berdasarkan data yang disampaikan dalam catatan Kepala Badan Ekonomi Kreatif tahun 2017, ekonomi kreatif memberikan kontribusi sebesar 7,38 persen terhadap total perekonomian nasional dengan total PDB sekitar Rp 852,24 triliun.
Dari total kontribusi tersebut, sub-sektor kuliner, kriya dan fashion memberikan kontribusi terbesar pada ekonomi kreatif. Tercatat sub-sektor kuliner berkontribusi sebesar 41,69 persen, disusul sub-sektor fesyen sebesar 18,15 persen dan kriya sebesar 15,70 persen.
Pameran Ragam Kriya Nusantara itu menyajikan banyak produk kriya Indonesia setelah Pendopo melakukan seleksi (kurasi) yang ketat bagi setiap produk pelaku kreatif yang akan dihadirkan.
Pendopo dalam keterangannya mengklaim telah banyak mengurasi produk dari 300 UMKM yang bekerja sama dan dinaunginya, dan jumlahnya mencapai lebih dari 12.000 produk.
Adapun produk yang dibawa ke pameran Ragam Kriya Nusantara meliputi aksesori, dekorasi rumah, dan kerajinan serat alam. Ada juga keramik, fesyen, serta ornamen budaya kontemporer.
Jenama yang tampil di pameran antara lain Faber Instrument Indonesia, yang memproduksi radio kayu modern.
Ada homLiv, menawarkan alat masak dan perlengkapan rumah food grade dari kayu jati.
Kaina Handmade yang fokus pada tas patchwork dari kain dan denim berkelanjutan.
Craftote yang hadir dengan tas handmade yang dibuat dari kombinasi tekstil dan kulit, namun desainnya menonjolkan nilai seni dan motif dari budaya Indonesia.
Sementara Wastraloka menampilkan wastra Indonesia melalui desain modern untuk pelestarian budaya.
Selain pameran, Ragam Kriya Nusantara mengadakan sesi diskusi interaktif bertajuk Bincang Pendopo x EKRAF yang mengulas perkembangan industri kriya di Indonesia.
Pembahasan mencakup cara pelaku usaha menjaga nilai budaya, seperti mempertahankan teknik tradisional. Serta mencakup inovasi yang dibutuhkan pasar global, seperti nilai guna tambahan dan desain kontemporer.
Narasumber meliputi Deputi Kemenekraf Yuke Sri Rahayu, seniman kriya di bidang keramik F Widayanto, dan pelaku usaha ritel kreatif Thio Siujinata. Mereka berbagi wawasan terkait lanskap industri kriya Indonesia, termasuk bagaimana tradisi dan inovasi berjalan seirama.
Rangkaian acara juga menghadirkan berbagai lokakarya kreatif. Sesi Lokakarya Pendopo Berkarya x EKRAF diadakan selama empat hari, dipandu langsung oleh perajin lokal.
Pengunjung diajak berpartisipasi membuat karya kriya. Aktivitas meliputi menghias gantungan kunci dengan Allana Indonesia.
Peserta juga membuat hiasan tas dengan Retota. Ada pembuatan dekorasi dinding mini dipandu Craftote. Serta belajar seni resin bersama Yoshi Art.
Kolaborasi pemerintah dan swasta sebagai katalis perluasan pasar turut dibahas.
Head of Pendopo, Putu Laura, berharap pameran itu dapat menjadi katalis peningkatan ekonomi kreatif sehingga karya pelaku kreatif lebih diapresiasi oleh pasar serta berkesempatan untuk naik kelas.
Lebih luas lagi, ia berharap kolaborasi ini mendorong peningkatan PDB nasional dari sektor ekonomi kreatif Indonesia yang termasuk kelompok usaha padat karya.







