Jakarta (ANTARA) - Di tengah situasi darurat banjir di berbagai wilayah Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menegaskan bahwa keberlanjutan pemberian Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi harus menjadi prioritas utama di pengungsian.

Ketua Satgas Penanggulangan Bencana IDAI, Dr Kurniawan Taufiq Kadafi mengatakan keberlanjutan ASI merupakan benteng perlindungan utama bagi bayi di tengah situasi pengungsian yang penuh risiko kesehatan akibat sanitasi buruk dan keterbatasan air bersih.

“Pemberian ASI dan susu formula mungkin hal yang kelihatannya sepele. Namun kita harus menjamin kebutuhan ibu yang memiliki bayi dalam situasi bencana,” ujar Kadafi pada seminar daring, Senin.

Ia menekankan bahwa para responden bencana harus memastikan ibu menyusui mendapat dukungan penuh, mulai dari pendampingan hingga penyediaan fasilitas privat.

“Tempat yang nyaman dan terjamin privasi untuk menyusui anak itu harus dipikirkan, bekerja sama dengan stakeholder,” tambahnya.

Kadafi mengingatkan bahwa penggunaan susu formula di tengah keterbatasan air bersih dapat sangat berisiko, sehingga perlu monitoring atau pemantauan lebih lanjut setelah susu formula tersebut diberikan.

“Memberikan formula dengan air yang tidak bersih meningkatkan risiko diare, kekurangan gizi pada bayi, dan kematian bayi,” tegasnya.

Kondisi sanitasi di pengungsian yang tidak memadai memperbesar ancaman tersebut, sehingga ASI menjadi pilihan paling aman dan sehat bagi bayi dalam kondisi darurat.

Selain isu ASI, dia juga menyoroti berbagai ancaman kesehatan lain yang harus diwaspadai. Risiko penyakit seperti diare, demam berdarah, leptospirosis, serta infeksi saluran pernapasan dapat meningkat ketika banjir melanda.

Tidak hanya masalah fisik, kesehatan mental anak di pengungsian juga menjadi perhatian penting. Terganggunya aktivitas belajar, tekanan psikologis, hingga kemungkinan anak terpapar kekerasan dari orang tua karena stres bencana adalah hal yang harus diantisipasi.

Lebih jauh, ia menegaskan perlunya dukungan jangka panjang setelah banjir surut. Anak yang kehilangan rumah dan sekolah memerlukan pendampingan dalam proses rehabilitasi agar tumbuh kembang mereka tidak terganggu.

“Ketika anak kehilangan rumah, kehilangan sekolah, itu harus menjadi perhatian buat kita untuk melakukan membantu rehabilitasi buat anak-anak Indonesia yang terdampak seperti ini,” kata Kadafi.

Dengan menempatkan ASI sebagai prioritas dan mengantisipasi ancaman lainnya, IDAI berharap penanganan anak-anak di lokasi banjir dapat dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan.