BPS Bicara Produksi Padi RI Naik, Harga Beras Turun, sampai Risiko Gagal Panen
kumparanBISNIS December 02, 2025 05:00 AM
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut produksi padi Indonesia mengalami peningkatan luas panen sepanjang 2025. Kendati begitu, Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, di balik proyeksi yang terlihat positif, ia mengingatkan bahwa ancaman gagal panen masih nyata, terutama karena gangguan pertanaman yang terus terjadi di sejumlah wilayah.
BPS mencatat, data potensi panen dan produksi padi terbaru menunjukkan adanya koreksi dari rilis sebelumnya. Koreksi ini sangat dipengaruhi oleh kondisi pertanaman yang tidak stabil di wilayah-wilayah sentra produksi.
“Secara umum, koreksi disebabkan oleh perkembangan terkini dari kondisi pertanaman padi di lapangan. Seperti adanya potensi gagal panen, waktu realisasi panen petani, serta adanya serangan hama OPT (organisme pengganggu Tanaman) dan lain sebagainya,” kata Pudji dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Senin (1/12).
Sejumlah wilayah di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat hingga kini masih terisolasi akibat banjir dan tanah longsor. Kementerian Pekerjaan Umum terus berupaya membuka akses jalan di daerah-daerah tersebut. Kondisi ini berpotensi mengganggu masa panen petani dan merusak area tanaman padi yang sedang tumbuh.
Gangguan akses dan genangan berkepanjangan dapat memicu penurunan produktivitas, sementara wilayah Sumatera merupakan salah satu kontributor panen pada November 2025 hingga Januari 2026.
“Selanjutnya saya akan menekankan kembali bahwa angka potensi dan angka sementara luas panen dan produksi padi yang dirilis bulan sebelumnya ini akan terkoreksi oleh amatan terkini dari survei KSA dan survei Ubinan,” kata dia.
Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid saat panen padi di Desa Jetak, Sidoharjo, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (5/11/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid saat panen padi di Desa Jetak, Sidoharjo, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (5/11/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparan

Luas Panen Diproyeksikan Naik 13,03 Persen

BPS mencatat luas panen padi pada Oktober 2025 mencapai 0,86 juta hektare, tumbuh 4,44 persen dari tahun sebelumnya. Sepanjang Januari–Desember 2025, potensi luas panen diproyeksikan mencapai 11,36 juta hektare, atau meningkat 1,31 juta hektare.
Kenaikan terbesar terjadi pada periode Januari–April 2025 yang melonjak 25,82 persen. Namun, sejumlah variabel seperti banjir, kekeringan, hama, hingga mundurnya waktu panen masih dapat mengubah angka tersebut.
Potensi panen terbesar pada November 2025–Januari 2026 berada di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Di Sumatera, daerah seperti Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang sebagian tengah terdampak banjir termasuk penyumbang utama.
Di tingkat kabupaten/kota, wilayah seperti Subang, Indramayu, Karawang, Demak, Ngawi, hingga Aceh Utara menjadi sentra panen terbesar.

Produksi Padi Diperkirakan Tumbuh 13,61 Persen

Kenaikan luas panen mendorong naiknya produksi padi. BPS memperkirakan produksi pada Oktober 2025 mencapai 4,72 juta ton GKG, naik 3,53 persen dari tahun sebelumnya.
Sepanjang 2025, total produksi padi diproyeksikan mencapai 60,37 juta ton GKG, meningkat 13,61 persen dibandingkan 2024. Lonjakan terbesar juga terjadi pada periode Januari–April 2025 yang tumbuh 26,57 persen.
Produksi beras untuk konsumsi masyarakat mencapai 2,72 juta ton pada Oktober 2025. Sementara potensi produksi beras sepanjang 2025 mencapai 34,79 juta ton, atau naik 13,60 persen secara tahunan.
Petugas mengecek gabah yang dikeringkan di Sentra Penggilingan Padi (SPP) Bulog di Karawang, Jawa Barat, Senin (20/5/2024). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengecek gabah yang dikeringkan di Sentra Penggilingan Padi (SPP) Bulog di Karawang, Jawa Barat, Senin (20/5/2024). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO

Harga Beras Turun di Penggilingan

Di tengah kenaikan produksi, harga beras di tingkat penggilingan pada November 2025 justru mengalami penurunan. Beras kualitas premium turun 0,66 persen menjadi Rp 13.550 per kg.
Beras medium turun 0,97 persen menjadi Rp13.195 per kg, submedium turun 0,79 persen menjadi Rp13.142 per kg, dan beras pecah turun paling dalam 2,38 persen menjadi Rp13.389 per kg. Penurunan harga ini didorong oleh mulai masuknya hasil panen akhir tahun.
Meski produksi domestik diperkirakan naik, Indonesia masih mengimpor beras, terutama untuk kebutuhan industri. Pada Oktober 2025, impor beras mencapai 40,7 ribu ton dengan nilai USD 19,1 juta.
“Pada Oktober 2025 impor beras sebesar 40,7 ribu ton dengan nilai USD 19,1 juta,” ungkapnya.
Secara kumulatif, sepanjang Januari-Oktober 2025, impor beras mencapai 364,3 ribu ton senilai USD 178,5 juta. Sumber impor utama berasal dari Myanmar, Thailand, dan India. “Negara utama asal impor beras Januari–Oktober 2025 dari Myanmar, Thailand dan India,” ujar Pudji.
Jenis beras yang paling banyak diimpor adalah broken rice (HS 10064090) yang umumnya digunakan sebagai bahan baku industri, bukan konsumsi rumah tangga.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.