Sosok Sarno, Suami Dewi Astutik Gembong Narkoba Internasional Asal Ponorogo yang Kerja Kuli Batu
Musahadah December 03, 2025 04:33 PM

 

SURYA.CO.ID - Inilah sosok Sarno, suami Dewi Astutik yang disebut-sebut sebagai gembong narkoba internasional dan telah ditangkap Badan Narkotika Nasional BNN) di Kamboja pada Senin (1/12/2025). 

Bukan seperti suami gembong narkoba pada umumnya yang hidup mewah bergelimpangan harta, Sarno justru hidup serba pas-pasan di rumahnya, Lingkungan Jepun, Desa/Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Jatim. 

Tak ada yang mencolok dari rumah itu, bahkan barang-barang berharga seperti mobil atau barang elektronik mewah tak terlihat. 

Sarno mengaku pernah memiliki mobil, namun sudah dijual lama demi menutupi kebutuhan hidup sehari-hari. 

Pekerjaan Sarno pun tidak tetap, kadang dia menjadi kuli bangunan, kadang-kadang menjadi tukang servis alat seperti diesel. 

Dua anak Sarno dan Dewi  yang kembar saat ini tengah menuntut ilmu di sebuah pondok pesantren di Ponorogo. 

Kabar ditangkapnya sang istri yang memiliki nama asli Pariyatin itu membuatnya syok. 

“Saya syok, tapi saya pasrah. Lihat di foto benar itu istri saya (Dewi Astutik alias Pariyatin),” ungkap Sarno, saat ditemui di rumahnya, pada Rabu  (3/12/2025). 

Sarno pun mengurai perjalanan hidup sang istri.  

Diceritakan, Pariyatin bekerja ke luar negeri sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI)  dari masih single.

Kemudian menikah dengan dirinya tahun 2009 dan berangkat lagi ke Taiwan tahun 2013.

“Berangkat tahun 2013 itu menggunakan identitas adiknya yang bernama Dewi Astutik. Nah kok bisa itu saya gak tahu gimananya,” kata Sarno.

Kemudian 2023 Dewi kembali ke Indonesia. 

Kemudian pada 2024 dia kembali pamit berangkat ke Taiwan untuk bekerja ke majikannya.

“Ya pamitnya kayak gitu, aku ngga tau sama sekali. Katanya ke rumah majikan yang dulu. Sudah itu gak tau kemana-mana,” tambah Sarno.

Sarno mengaku syok ketika muncul berita ditangkapnya Dewi Astutik. Diyakinkan lagi dengan foto yang ada.

“Di media ada fotonya, saya syok dan kaget. Tapi saya pasrah. Di rumah saja susah didiknya. Tapi ya gimana,” paparnya.

Ditanya perihal sepak terjang istrinya tentang Gembong Narkoba Internasional? Sarno mengklaim tidak mengetahui apa-apa.

“Soal gembong narkoba? Saya tidak tahu, soal sepak terjangnya gak tahu saya. Tahunya kerja sebagai TKW, pembantu rumah tangga,” pungkasnya.

Ketua RT, Purnomo membenarkan Dewi Astutik yang merupakan Gembong Narkoba Internasional adalah warganya. Namun namanya bukan Dewi Astutik melainkan Pariyatin.

“Nama aslinya kan paryatin, Dewi Astutik itu adiknya,” papar Purnomo saat ditemui Tribunjatim Network.

Menurutnya, tetangga dan dirinya hanya mengetahui bahwa Dewi Astutik alias Pariyatin bekerja sebagai PMI di luar negeri. Namun tidak diketahui pasti negara tujuannya.

“Tujuan kerja selama ini dari rumah tidak ada yang tahu, tidak ada pamit yang jelas. Cuman ya berangkat lagi. Kalau kejelasan itu yang tahu mungkin suami,” urainya.

Kondisi keluarga Dewi Astutik alias Pariyatin, jelas dia, pasca ramai pemberitaan menurutnya syok. Namun saat ini, sudah terkondisikan.

“Kaget juga. Tadinya gak ada apa-apa, tahunya ada berita seperti itu,” pungkasnya.

Diketahui, Dewi Astutik ditangkap berkat kerjasama antara BNN, Kepolisian Kamboja, KBRI Phnom Penh, Atase Pertahanan RI di Kamboja, serta Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.

Perempuan asal Ponorogo, Jawa Timur ini adalah aktor intelektual di balik penyelundupan dua ton sabu jaringan Golden Triangle yang digagalkan pada Mei 2025, serta sejumlah kasus besar pada 2024 yang terkait jaringan Golden Crescent.

Dikutip dari kompas.com, Dewi diringkus di Sihanoukville, Kamboja, melalui operasi senyap lintas negara yang dipimpin oleh Direktur Penindakan dan Pengejaran BNN, Roy Hardi Siahaan. 

Gembong narkoba yang juga menjadi buronan otoritas Korea Selatan ini ditangkap saat hendak menuju lobi sebuah hotel di Sihanoukville.

Usai ditangkap, Dewi dibawa ke Phnom Penh untuk proses verifikasi identitas dan penyerahan resmi antarotoritas.

Setibanya di Indonesia, Dewi akan menjalani pemeriksaan intensif guna mengungkap alur pendanaan, logistik, dan pihak-pihak yang terlibat.

BNN menegaskan, penindakan tidak akan berhenti pada penangkapan ini, tetapi berlanjut pada pembongkaran seluruh struktur jaringan yang selama ini beroperasi secara masif dan terorganisasi.

Rekrut Ratusan WNI Jadi Kurir 

BURONAN NARKOBA - Foto paspor Dewi Astutik WNI asal Jawa Timur yang malang melintang sebagai gerbong narkoba di sejumlah negara. Dia menguasai segitiga emas peredaran narkoba di Asia Tenggara. /Foto tangkapan layar 
BURONAN NARKOBA - Foto paspor Dewi Astutik WNI asal Jawa Timur yang malang melintang sebagai gerbong narkoba di sejumlah negara. Dia menguasai segitiga emas peredaran narkoba di Asia Tenggara. /Foto tangkapan layar  (Tribunnews / tangkapan layar)

Menurut Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Marthinus Hukom, Dewi Astutik ternyata telah merekrut ratusan orang Indonesia untuk menjadi kurir narkoba di luar negeri.

Pada kasus terakhir, penyelundupan 2 ton sabu senilai Rp 5 triliun dari KM Sea Dragon Tarawa di perairan Karimun, Kepulauan Riau, pada 20 Mei 2025, kurir-kurir ini tiketnya juga dipesan orang yang berhubungan dengan Dewi Astutik. 

"Maka saya pada kesimpulan, Dewi Astutik memainkan peran penting dalam proses rekrutmen kurir," kata Marthinus Hukom dikutip dari tayangan Rosi Kompas TV pada Kamis (29/5/2025). 

Dikatakan Marthinus, Dewi Astutik tidak hanya menjadi master mind di kasus penyelundupan 2 ton sabu di kapal Sea Dragon Tarawa, tapi juga di kasus-kasus besar lainnya. 

Seperti, akhir tahun 2024, saat ada 2 orang terbang dari Kamboja, masuk ke Medan dengan menggunakan pesawat membawa narkoba, mereka juga hasil rekrutmen Dewi Astutik. 

"Kita hari ini berhadapan dengan sindikasi besar seluruh dunia, dikendalikan oleh Dewi Astutik," tegas Marthinus. 

Marthinus bahkan membuka data mencengangkan, dimana ada 110 orang Indonesia (WNI) yang diangkap di luar negeri seperti Brasil, INdia, Kamboja hingga Korea, ternyata mereka juga hasil rekrutmen Dewi Astutik. 

"Itu ketika kita bertanya, mereka bagian dari Dewi Astutik," ujarnya. 

Menurut Marthinus, Dewi Astutik  sudah menjadi pimpinan jaringan ini. 

Namun, dia yakin Dewi bukan pimpinan tertinggi karena hasil analisisnya, dia terhubung dengan sindikasi di Afrika yang beroperasi di wilayah Thailand dan semenanjung Malaya.

Beroperasi di wilayah Golden Triangle

Dewi Astutik selama ini diketahui kerap beroperasi di wilayah negara Golden Triangle.

Golden Triangle atau segitiga emas merupakan istilah untuk lokasi tiga negara yakni Laos, Myanmar, dan Thailand.

Kawasan ini dikenal sebagai Segitiga Emas karena merupakan penghasil utama opium dan heroin di Asia Tenggara. 

"Dari hasil analisa jaringan internasional, dia (Dewi Astuti) adalah Warga Negara Indonesia bergabung dengan jaringan Afrika dan sangat mungkin orang-orang yang ditangkap di Adis Ababa (Ethiopia) bagian dari sindikatnya dia," jelasnya.

Marthinus meyakini, di atas Dewi Astutik atau Fredy Pratama, ada sindikat besar dengan milisi-milisinya.  

Menurutnya, kartel narkoba di dunia, baik di Afhanistan, Meksiko atau negara-negara Amerika Latin,  selalu menggunakan milisi bersnejata untuk mengamankan jalur-jalur perdagangan narkotika. 

"Jangan kita mengkhayal seperti menangkap pencuri biasa, atau pengedar biasa. Tetapi ketika kita menyentuh kepala, puncak operasional. Ini kita berhadapan denagn satu kekuatan bersenjata dan kekuatan finasial yang kuat," katanya. 

Marthinus yakin dengan dukungan pemerintah saat ini, programnya untuk memberantas narkoba di Indonesia akan terwujud. 

Sumber: https://nasional.kompas.com/read/2025/12/02/10512971/bnn-interpol-tangkap-gembong-narkoba-internasional-dewi-astutik.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.