TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) menghadirkan inovasi budaya melalui proyek “Wacinwa Panggung Baru: Revitalisasi Wayang Cina-Jawa melalui Buku Cerita Anak”.
Proyek ini didukung Program WIBAWA UNS, yang setiap tahun melahirkan ide kreatif dan wirausaha muda dari lingkungan kampus.
Inisiatif ini digagas oleh tim lintas program studi yang dipimpin oleh Tiara Nanda P. (S1 Bisnis Digital 2023) bersama Krisna Ramadhan (S1 Pendidikan Seni Rupa 2023), Anis Kusumaningrum Damayanti, Nova Aditya, Fernando Palim (S1 Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok 2023), Aini Firna N. (S1 Ekonomi Pembangunan), dan Aulia Aurora A. (S1 Seni Rupa).
Proyek ini berada di bawah bimbingan Dewanti Cahyaningsih, SE., M.RECH, yang menekankan pentingnya inovasi budaya yang adaptif terhadap minat generasi muda.
Wacinwa atau Wayang Cina-Jawa merupakan kesenian akulturasi yang memadukan unsur Tionghoa dan Jawa.
Dalam perkembangannya, kesenian ini semakin jarang ditemui dan bahkan mendekati kepunahan.
Saat ini, Wacinwa hanya dapat dilihat secara fisik di Museum Sonobudoyo Yogyakarta sebagai salah satu koleksi utama.
Minimnya pementasan dan kurangnya dokumentasi membuat seni ini semakin terpinggirkan dari ingatan masyarakat.
Berangkat dari kondisi tersebut, tim mahasiswa UNS berupaya menghidupkan kembali Wacinwa melalui media yang lebih dekat dengan keseharian anak-anak, yaitu buku cerita.
Alih-alih pentas panggung tradisional, mereka menyajikan karakter Wacinwa melalui ilustrasi bergaya chibi yang ceria dan relatable bagi pembaca muda.
Pendekatan visual ini dinilai mampu menjembatani nilai tradisional dengan estetika populer masa kini.
Buku cerita yang dikembangkan menggunakan dua bahasa, Mandarin dan Indonesia.
Penggunaan bahasa ganda ini memberikan pengalaman membaca yang lebih kaya sekaligus memperkenalkan unsur budaya Tionghoa secara natural dalam alur cerita.
Narasinya dibuat sederhana, ringan, namun tetap memuat nilai moral dan wawasan budaya bagi pembaca anak-anak.
Untuk memperluas jangkauan edukasi budaya, tim juga mengembangkan berbagai merchandise bertema Wacinwa.
Produk tersebut terdiri dari pin pack berisi tiga karakter, sticker pack berisi empat ilustrasi, serta gantungan kunci yang menampilkan tokoh Wacinwa.
Seluruh merchandise dirancang untuk menarik minat anak-anak maupun kolektor budaya.
Melalui proyek ini, mahasiswa UNS berharap generasi muda dapat kembali mengenal kesenian Wacinwa yang nyaris hilang.
Mereka meyakini bahwa pelestarian budaya harus mengikuti perkembangan zaman, sehingga nilai-nilai budaya dapat disampaikan dengan cara yang relevan, menarik, dan mudah dijangkau.
Proyek ini menjadi bukti bahwa kreativitas mahasiswa dapat menjadi motor penggerak revitalisasi budaya di era digital.(***)