TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebuah ajang kompetisi nasional yang berfokus pada penguatan literasi sains, matematika, dan informatika bagi siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama resmi digelar pada Desember 2025.
Kompetisi bertajuk National Junior Science Technology Olympiad (JSTO) ini merupakan kerja sama antara SMA Unggulan Rushd dan platform asesmen digital Algobash, dan menjadi salah satu inisiatif pendidikan yang menempatkan kemampuan STEM dan computational thinking sebagai fondasi utama.
Pada penyelenggaraan perdananya, JSTO mencatat partisipasi 3.767 peserta dari 1.904 sekolah di seluruh Indonesia.
Para peserta berkompetisi pada tiga bidang: Matematika, Sains, dan Informatika, dengan tingkat soal yang mengacu pada standar Olimpiade Sains Nasional.
Format kompetisi disusun dalam tiga tahap. Seleksi Regional telah berlangsung pada 6–7 Desember 2025, disusul Seleksi Nasional pada 13–14 Desember 2025, dan ditutup dengan Grand Final yang akan dilaksanakan pada 4–5 Januari 2025 di SMA Unggulan Rushd.
Minat peserta datang dari berbagai wilayah, dengan Jawa Barat menjadi provinsi dengan peserta terbanyak (1.139 siswa), diikuti Jawa Tengah (606), Jawa Timur (560), DKI Jakarta (412), Banten (212), serta beberapa provinsi lain di Sumatera, Yogyakarta, dan Sulawesi. Para finalis berkesempatan mendapatkan beasiswa pendidikan dan hadiah apresiasi.
Salah satu pembeda JSTO dibandingkan kompetisi tingkat SMP lain adalah kehadiran bidang informatika, yang menempatkan kemampuan computational thinking, logika, dan problem-solving sebagai elemen kompetitif.
Hal ini menjadikan JSTO salah satu kompetisi nasional pertama di tingkat SMP yang secara khusus menguji kemampuan dasar informatika sebagai bagian dari kompetisi sains.
Penyelenggara menilai kemampuan informatika sebagai kompetensi penting dalam menyiapkan peserta didik menghadapi tantangan global. Dengan memperkuat pondasi STEM sejak dini, kompetisi ini diharapkan dapat mendorong cara berpikir analitis dan kreatif—dua keterampilan yang menjadi dasar inovasi teknologi modern.
Adapun pilihan bidang lomba didominasi Matematika dengan 40,8 persen peserta, disusul Sains 39,2%, dan Informatika 18,2%.
SMA Unggulan Rushd menilai penyelenggaraan kompetisi ini sebagai bagian dari upaya memperluas paparan siswa terhadap ilmu terapan di luar ruang kelas.
Kepala Sekolah, Eko Sugiyanto, menekankan bahwa kemampuan berpikir kritis, problem-solving, serta literasi sains dan teknologi merupakan pilar utama pembelajaran masa depan.
Sementara itu, CEO Algobash, Elfino Sitompu, menjelaskan bahwa penggunaan platform asesmen digital memungkinkan kompetisi berlangsung secara terstandarisasi dan inklusif, sehingga siswa dari berbagai daerah memiliki kesempatan setara untuk berpartisipasi.
Dari komposisi peserta, sekitar 71rusia 13–14 tahun, sementara 15rada di bawah usia 13 tahun, menunjukkan bahwa minat terhadap kompetisi STEM dan teknologi telah berkembang sejak usia sekolah menengah pertama.