Masalah kesehatan mental sering kali dipahami hanya dari sisi psikologis atau pengaruh lingkungan eksternal, misalnya dari gaya asuh orang tua hingga pergaulan.
Rupanya, masalah kejiwaan juga dapat berkaitan erat dengan kondisi fisik otak seseorang. Salah satu contoh yang sering dipertanyakan adalah: mungkinkah kepribadian seseorang tiba-tiba berubah secara drastis setelah mengalami trauma atau gangguan pada otak akibat kecelakaan?
Spesialis bedah saraf dr Dimas Rahman Setiawan, SpBS, berpendapat hal tersebut mungkin saja terjadi. Ia menjelaskan bahwa perubahan kepribadian dasarnya bersifat multifaktorial, dan kondisi fisik organik otak adalah faktor penentu nomor satu.
"Jadi tidak hanya dari lingkungan saja, tapi nomor satu itu adalah kondisi organik atau kondisi tubuhnya. Jadi kondisi secara fisik atau juga misalkan habis operasi yang berat, operasi otak berat, itu bisa terjadi kondisi seperti itu," kata dr Dimas.
Tergantung Area Otak yang Terkena Trauma
dr Dimas menambahkan bahwa meskipun ada risiko terjadi perubahan karakter pasca trauma atau operasi otak berat, hal-hal tersebut dapat diminimalisir seiring kemajuan teknologi canggih yang kini tersedia untuk mengurangi dampak pasca cedera.
Di sisi lain, perubahan yang terjadi pada sikap, kepribadian, atau kondisi psikologis pasien gangguan otak akan sangat bergantung pada area spesifik otak yang dipengaruhi oleh trauma tersebut.
Dalam dunia bedah saraf, terdapat istilah 'eloquent' yang merujuk pada bagian otak yang memiliki fungsi vital. Area eloquent ini adalah bagian yang sangat penting dan harus dihindari dari kerusakan karena mengontrol fungsi-fungsi dasar manusia.
Contoh area penting ini meliputi pusat bahasa, gerak, sensasi, penglihatan, atau memori.
"Dan seperti contohnya kita di bagian frontal, di lobus frontal kiri itu yang mempengaruhi kita untuk bicara, untuk kita mengerti percakapan," ungkap dr Dimas.
Jika trauma mengenai bagian-bagian ini, perubahan kepribadian bisa sangat nyata.
"Misalkan terkena di bagian amigdala atau hipokampus atau bagian mengingat. Jadi itu (perubahan kepribadian) sangat berpengaruh bagian otak mana yang terkena," tandasnya.







