UKSW Jalin Kerja Sama dengan BRIN: Kolaborasi Riset Lestarikan Wastra Nusantara
abduh imanulhaq December 13, 2025 10:14 AM

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Sebagai kampus Entrepreneurship Research University, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) terus memperkuat jalinan kolaborasi risetnya dengan berbagai pihak.

Salah satunya melalui Pusat Unggulan Batik-Tenun Creative Innovation Hub (PUI BaTeCH) UKSW yang telah menjalin kerja sama dengan 14 universitas yang ada di Indonesia dan 10 pelaku usaha terkait inovasi peningkatan daya saing dan keberlanjutan Wastra Nusantara. 

Tak hanya menjalin kerja sama dengan berbagai universitas dan pelaku usaha, PUI BaTeCH UKSW juga mengokohkan kolaborasinya dengan Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra Badan Riset Nasional (BRIN) melalui penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) pada Jumat (6/12/2025) di ruang Grha Kartini Kampus UKSW. 

PKS tentang Ekspedisi Tenun Ikat dan Tenun Pahikung di Empat Kabupaten Pulau Sumba dalam Pelestarian Wastra Nusantara ini ditandatangani oleh Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Kewirausahaan (RIK) UKSW Profesor Eko Sediyono dan Kepala Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan Dr. Sastri Sunarti, M.Hum.

Dialog Nasional   

Acara dilanjutkan dengan seminar nasional Wastra Nusantara yang dikemas dalam dialog nasional bersumber dari hasil penelitian, pengabdian masyarakat, dan advokasi kebijakan dari lembaga lembaga, pemerintah, serta pelaku usaha.

Kegiatan yang dilaksanakan secara hybrid yakni melalui zoom meeting ini diikuti oleh puluhan insan dikti, rektor dari universitas mitra, mahasiswa, asisten peneliti, dan pelaku usaha. 

Dalam sapaan hangatnya, Rektor UKSW Profesor Intiyas Utami mengapresiasi kolaborasi riset antar lembaga ini.

Baginya, kegiatan ini bukan sekadar kewajiban, tetapi sebuah upaya agar setiap daerah terus mengembangkan potensinya.

“Kolaborasi ini dapat dilakukan bersama, karena memiliki jejaring kolaborasi antar bangsa yang terus berkembang. Banyak hal yang sudah dicapai, termasuk pengembangan wastra,” katanya. 

Rektor Intiyas juga berharap kolaborasi ini dapat melibatkan berbagai pihak yang memiliki kompetensi wastra di berbagai daerah di Indonesia.

“Kami ingin memastikan bahwa aset budaya dan kreativitas bangsa dapat dirawat, dibesarkan, dan dikembangkan secara berkelanjutan,” terangnya. 

Memperkuat Jaringan Kolaborasi

Pemrakarsa PUI BaTeCH UKSW Dr. Ir Arianti Ina R. Hunga, M.Si., menerangkan seminar nasional dan penandatanganan PKS ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat jaringan kolaborasi, menjalankan sinergi dan menyatukan sumber daya untuk menindaklanjuti upaya pelestarian kain tradisional.

“Kekayaan yang kita miliki jangan sampai hilang, tetapi justru menjadi kekuatan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia, yang dapat kita banggakan dan bawa dalam dialog dengan bangsa lain. Mari kita terus mengawal kreativitas dan warisan budaya,” imbuhnya.

Di samping itu, Dr. Ir Arianti Ina R. Hunga juga menjelaskan bahwa WastraNusa-Hub diusulkan sebagai Pusat Kolaborasi Riset Industri (PKR Industri) yang berorientasi pada pengembangan inovasi teknologi dan prototipe ekotekstil regeneratif berbasis kearifan lokal. 

“Inisiatif ini merespons urgensi penyelamatan, revitalisasi, dan pengembangan wastra nusantara seperti tenun, batik, dan ragam kain tradisional yang kini menghadapi tekanan industrialisasi tekstil, komodifikasi budaya, serta melemahnya regenerasi pengetahuan lokal,” jelasnya. 

Ketua umum Asosiasi Pusat Studi Wanita/Gender dan Anak Indonesia (ASWGI) ini juga menyampaikan WastraNusa-Hub dirancang untuk mengatasi fragmentasi tersebut melalui pembangunan ekosistem inovasi regeneratif yang memadukan sains, teknologi, budaya, dan industri secara terstruktur dan kolaboratif. 

“WastraNusa-Hub menempatkan industri sebagai penggerak utama inovasi, didukung oleh universitas sebagai pusat riset dan BRIN sebagai mitra ilmiah setara. Model ini berkembang melalui strategi Hub, yaitu struktur jaringan yang memungkinkan integrasi fungsi riset, pengembangan teknologi, validasi mutu, replikasi prototipe, dan adopsi terbatas oleh industri,” katanya. 

Melestarikan Wastra

Kerja sama ini juga mendapatkan tanggapan positif dari berbagai pihak, di antaranya Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra Profesor Dr. Herry Yogaswara, M.A.

“Saya berharap kerja sama antar lembaga bisa kita implementasikan bersama. Kemudian dalam satu pusat kolaborasi riset ini kita bersama-sama membuat proyek untuk melestarikan wasta nusantara ini,” katanya. 

Kegiatan ini merupakan salah satu kontribusi nyata UKSW untuk mendukung program Diktisaintek Berdampak yang selaras dengan Asta Cita ke 4 yaitu memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, dan pendidikan.

Acara ini juga menegaskan kiprah UKSW dalam mendukung pencapaian SDGs, ke-4 yaitu pendidikan berkualitas, ke-5 yaitu kesetaraan gender, ke-8 yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, ke-9 yaitu inovasi dan infrastruktur industri, ke-12 yaitu konsumsi dan produksi berkelanjutan, ke-13 yaitu penanganan perubahan iklim  serta ke-17 yaitu kemitraan untuk mencapai tujuan. 

Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 34 Prodi Unggul dan A.

Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah.

Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. Salam Satu Hati UKSW!(***)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.