Pemulihan Pendidikan Pascabencana di Sumatra: dari Kelas Berlumpur hingga Kampus Ruang Solidaritas
Erik S December 14, 2025 02:38 AM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mengirim tim verifikasi faktual ke titik-titik yang paling parah terdampak bencana banjir bandang dan longsor di Sumatra. 

Mereka berjalan melewati jalan berlumpur, menembus sisa-sisa reruntuhan, dan memetakan kebutuhan sekolah secara rinci mulai dari ruang kelas darurat, paket belajar, alat peraga, hingga layanan pemulihan psikososial yang sangat dibutuhkan siswa dan guru yang masih berada dalam tekanan emosional.

Kemendikdasmen memperkirakan dampak kerusakan pada sekolah tidak bisa dipulihkan hanya dengan membersihkan ruang kelas.

Banyak sekolah membutuhkan perbaikan struktural, pembaruan perangkat belajar, dan dukungan mental bagi siswanya.

Dana sebesar Rp13,3 miliar digelontorkan untuk memperbaiki infrastruktur pendidikan, mengirim tenda kelas, menyiapkan perangkat komunikasi untuk sekolah yang aksesnya terputus, serta memberikan santunan bagi guru dan siswa yang kehilangan rumah.

Langkah ini memastikan bahwa proses belajar dapat terus berjalan meski dalam kondisi darurat.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti turun langsung meninjau sekolah-sekolah di Padang Pariaman dan Agam, Sumatera Barat.

Ia berbincang dengan para guru yang masih berusaha menenangkan siswanya, mendengarkan cerita tentang ujian yang tertunda, serta melihat langsung anak-anak yang ikut kegiatan pemulihan psikososial di ruang kelas sementara.

Abdul Mu’ti meminta agar pembersihan sekolah dilakukan oleh tenaga profesional agar anak-anak bisa kembali belajar tanpa risiko keselamatan. Pemerintah juga memberikan fleksibilitas pelaksanaan ujian bagi siswa yang masih tinggal di pengungsian.

"Kami ingin memastikan tidak ada siswa yang tertinggal karena keadaan darurat," ujar Mendikdasmen, Sabtu(13/12/2025).

Sementara rehabilitasi sekolah berlangsung, jenjang perguruan tinggi menghadapi beban yang tak kalah berat.

Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) mencatat lebih dari enam ribu sivitas akademika terdampak dan puluhan kampus mengalami kerusakan layanan.

Beberapa kampus kehilangan laboratorium, arsip penelitian, bahkan ruang diskusi yang selama ini menjadi tempat mahasiswa bertukar gagasan.

Kemdiktisaintek menyiapkan langkah dua fase, mulai dari masa tanggap darurat hingga rencana rehabilitasi jangka menengah pada 2026.

Setidaknya tiga belas kampus ditetapkan sebagai pusat koordinasi akademik untuk memastikan proses akademik tidak terputus. Kampus-kampus di luar wilayah bencana bergerak menjadi jejaring pendukung.

Ada kampus yang membuka aula menjadi tempat tidur puluhan pengungsi, ada yang mengerahkan tim medis fakultas kesehatan untuk membantu penyintas, dan ada pula yang mengirim relawan mahasiswa untuk memetakan kebutuhan dasar masyarakat.

Para dosen mengajak mahasiswa mereka untuk turun langsung, menjadikan bencana sebagai ruang belajar kemanusiaan yang sulit diperoleh di kelas.

Di ranah riset dan pengabdian masyarakat, pemerintah membuka program bantuan hingga Rp500 juta per proposal. Kampus-kampus didorong menyusun intervensi berbasis ilmu, mulai dari penyelenggaraan pendidikan darurat, rekonstruksi ruang belajar, pemulihan psikologis penyintas, hingga penyusunan sistem mitigasi kebencanaan jangka panjang.

Banyak tim dari kampus membawa peralatan sendiri untuk memetakan risiko lahan, membuat sistem informasi sederhana bagi relawan, atau mengatur logistik bantuan agar distribusinya lebih tertata.

Peran kampus dalam pemulihan memberi warna baru pada proses rehabilitasi pendidikan. Kampus bukan hanya tempat mahasiswa kuliah, tetapi juga tempat solidaritas tumbuh melalui praktik nyata.

Keberadaan mereka memberi harapan tambahan bagi masyarakat yang sedang bangkit kembali dari kehilangan. Pemerintah menilai dinamika ini sebagai bentuk paling relevan dari konsep “Kampus Berdampak.”

Seluruh ikhtiar tersebut juga mendapatkan jaminan dari Presiden Prabowo Subianto, yang mengingatkan para menteri hingga kepala daerah agar tidak ada penyelewengan di semua entitas pemerintahan, terutama jika ada pihak yang memanfaatkan bencana di Sumatera untuk upaya memperkaya diri.

"Saya ingatkan tidak boleh ada penyelewengan, tidak boleh ada korupsi di semua entitas pemerintahan. Karena ini buktinya kita butuh setiap kemampuan kita. Kita butuh setiap uang kita untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan rakyat," kata Prabowo menegaskan.

Ikhtiar pemulihan pendidikan di Sumatera menyentuh seluruh jenjang, dari kelas yang berlumpur hingga kampus yang akses internetnya terputus. Semua bergerak dalam satu tujuan, yakni memastikan ekosistem belajar tetap hidup.

Aksi gotong royong ini menunjukkan bahwa pendidikan adalah ruang pemulihan yang paling manusiawi, tempat anak-anak kembali menemukan harapan, para guru mendapatkan kekuatan, dan kampus menemukan cara paling bermakna untuk hadir bagi masyarakat.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.