SURYA.co.id - Isu dugaan ijazah palsu yang menyeret nama Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) kembali mencuat setelah pernyataannya soal adanya “orang besar” di balik polemik tersebut.
Pernyataan itu langsung memantik perhatian publik dan memunculkan beragam analisis dari kalangan pengamat hingga purnawirawan Polri.
Salah satu tanggapan datang dari mantan Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri, Susno Duadji.
Ia mengaku sangat optimistis Jokowi pada akhirnya akan membuka identitas pihak yang disebut sebagai aktor utama di balik isu yang telah bergulir selama empat tahun terakhir itu.
Keyakinan Susno bahkan disampaikannya dengan angka yang tidak biasa.
Ia menyebut tingkat kepastiannya mencapai 2.567 persen bahwa Jokowi akan mengungkap nama sosok tersebut ke publik.
Menurut Susno, keyakinan itu bukan bersumber dari analisis intelijen, melainkan dari pengalaman panjangnya di bidang reserse.
Ia menegaskan telah mengabdi selama 35 tahun di fungsi penyidikan kepolisian dan pernah menjabat sebagai Kabareskrim Polri pada periode Oktober 2008 hingga November 2009.
"Saya yakin Pak Jokowi sudah punya data tentang siapa orang gede, bahkan siapa yang asing tinggal dia buka," kata Susno dalam program Bola Liar Kompas TV, Jumat (12/12/2025).
Ia kembali menegaskan keyakinannya dengan nada yang sama kuatnya.
"Saya yakin Pak Jokowi akan buka (orang besar di balik ijazah palsu), seyakin-yakinnya 2.567 persen. Prediksi reserse itu," jelasnya.
Susno menilai, keterbukaan Jokowi menjadi kunci untuk meredam kegaduhan publik.
Jika tidak segera disampaikan, isu tersebut berpotensi terus berkembang liar dan memicu konflik baru di masyarakat.
"Kalau dia (Jokowi) buka, maka akan terang benderang, tetapi kalau tidak buka, maka ini akan menimbulkan suatu perpecahan atau kegaduhan baru lagi," kata Susno Duadji.
Ia berharap Jokowi segera mengambil langkah tegas agar isu tersebut tidak kembali menjadi beban politik bagi dirinya.
Susno menyebut, pengungkapan nama akan menghentikan spekulasi yang terus berulang di ruang publik.
"Mudah-mudahan waktu dekat, 'ah sudah cukup media ini menikmati ini, televisi menikmati ini, sudah cukup dan sebagainya, medsos sudah cukup juga' beliau buka orang besarnya adalah ini, yang gede dikatakan Pak Ridwan Hisjam tadi ini dia," kata Susno.
Menurutnya, langkah tersebut justru akan menjadi strategi politik yang sehat.
"Ini kan politik yang bagus. Kalau tidak begitu maka bola liar tadi akan balik ke Pak Jokowi. Sebagai prediksi reserse ya," lanjutnya.
Susno juga menepis anggapan bahwa pernyataan Jokowi soal “orang besar” merupakan upaya mengalihkan isu politik. Ia menilai Jokowi terlalu berpengalaman untuk menggunakan cara semacam itu.
"Enggak mungkin Pak Jokowi sebodoh itu. Pak Jokowi, Presiden Republik Indonesia 10 tahun, 280 juta rakyat sekian puluh ribu profesor dipimpinnya, enggak mungkin beliau akan bersembunyi di balik isu itu," tegasnya.
Sementara itu, Pengamat Politik Universitas Nasional, Selamat Ginting, melihat pernyataan Jokowi dari sudut pandang berbeda.
Ia menilai pernyataan tersebut sebagai penanda bahwa Jokowi mulai memasuki fase konfrontasi politik secara terbuka.
Menurut Selamat, narasi yang dibangun Jokowi menyerupai sinyal dimulainya pertarungan politik langsung, bukan sekadar respons personal atas tudingan yang diarahkan kepadanya.
Ia menjelaskan, isu ijazah seharusnya berada di ranah akademik.
Namun, dalam praktiknya, polemik tersebut telah bergeser menjadi arena politik yang sarat dengan strategi pencitraan, manuver kekuasaan, dan pembentukan opini publik.
Selamat menilai, tudingan Jokowi tentang adanya kekuatan besar di balik isu itu berpotensi menjadi alat untuk mengalihkan fokus publik sekaligus membangun tafsir politik terhadap para pengkritiknya.
"Karena apa? Ini adalah upaya mempertahankan legitimasi pribadi dari Jokowi sendiri," katanya dikutip dari tayangan Bola Liar Kompas TV pada Jumat (12/12/2025).
Ia menambahkan, meski pernyataan Jokowi belum disertai bukti konkret di ruang publik, pesan politik yang disampaikan dinilainya sangat kuat.
"Dan ini spekulatif. Sehingga menurut saya, memang lonceng perang sudah dibunyikan pada akhir tahun ini," katanya.
Selamat juga menyoroti potensi respons lanjutan dari aktor politik lain.
Ia memperkirakan dinamika politik akan semakin memanas, terutama dari partai-partai yang berada di luar Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
"Kita lihat pasti perlawanan sembunyi akan dilakukan oleh partai-partai di luar PSI, terhadap statement dari Presiden Jokowi," ujarnya.
Sebelumnya, Jokowi secara terbuka menyampaikan keyakinannya bahwa isu ijazah palsu yang telah bergulir selama sekitar empat tahun tidak berdiri sendiri, melainkan sarat agenda politik.
Jokowi mengungkapkan bahwa selama ini ia memilih tidak banyak bereaksi karena yakin sepenuhnya terhadap keaslian ijazah yang dimilikinya.
Ia juga menjelaskan alasan tidak menunjukkan dokumen tersebut ke publik.
"Yang kedua, saya dituduh ijazah saya palsu. Artinya, yang menuduh itu yang harus membuktikan. Dalam hukum acara, siapa yang menuduh itu yang harus membuktikan. Itu yang saya tunggu. Coba dibuktikannya seperti apa?" katanya dikutip dari wawancara eksklusif Kompas TV pada Selasa (9/12/2025).
Jokowi menilai, jalur pengadilan merupakan tempat paling tepat untuk menguji tudingan tersebut agar proses hukum berjalan secara adil dan terbuka.
"Karena yang membuat ijazah saya sudah menyampaikan asli, masih tidak dipercaya, gimana?" kata Jokowi sambil tersenyum.
Ia juga menyatakan adanya indikasi operasi politik yang sengaja menjaga isu ini tetap hidup dalam waktu lama. Menurutnya, terdapat kepentingan tertentu yang bertujuan menurunkan citra dan reputasi dirinya.
"Meskipun saya enggak merasa punya reputasi apa-apa," ujarnya sambil tersenyum.
Jokowi mempertanyakan motif di balik upaya merendahkan dan menyerang dirinya secara terus-menerus.
"Kenapa sih kita harus mengolok-olok, menjelek-jelekkan, merendahkan, menghina, menuduh-nuduh? Semua dilakukan untuk apa? Kalau hanya untuk main-main kan mesti ada kepentingan politiknya di situ," katanya.
Ia pun menegaskan keyakinannya bahwa ada figur berpengaruh di balik polemik ijazah palsu tersebut.
"Saya pastikan. Iya," katanya.
Saat ditanya siapa sosok yang dimaksud, Jokowi mengaku memilih tidak mengungkapkannya.
"Ya, saya kira gampang ditebak lah. Tapi (saya) tidak tidak berusaha sampaikan," jawabnya.
Di akhir pernyataannya, Jokowi mengajak publik untuk tidak terjebak dalam isu yang menurutnya bersifat remeh dan menguras energi bangsa, terutama di tengah tantangan global yang semakin kompleks.
"Misalnya tadi yang berkaitan dengan menghadapi masa-masa ekstrem, menghadapi masa-masa perubahan karena artificial intelligence, karena humanoid robot. Sehingga jangan malah kita energi besar kita pakai untuk urusan-urusan yang sebetulnya menurut saya ya urusan ringan," ujarnya.
(Tribunnews/Putra Dewangga)