Sosok Matilda Bee Britvan, Bocah 10 Tahun Korban Tewas Penembakan di Pantai Bondi
Tiara Shelavie December 15, 2025 01:38 PM

TRIBUNNEWS.COM - Salah satu korban tewas dalam insiden penembakan massal saat festival Yahudi di Pantai Bondi, Sydney, Australia, pada Minggu (14/12/2025) kemarin bernama Matilda Bee Britvan.

Dia merupakan korban tewas paling muda di antara 16 korban lainnya.

Dikutip dari Sydney Morning Herald, Matilda berusia 10 tahun saat dinyatakan meninggal dunia setelah ditembak oleh dua pelaku bernama Sajid Akram (50) dan Navee Akram (24).

Matilda meninggal dunia usai sempat dirawat di salah satu rumah sakit di Sydney.

Kematian Matilda pun dibenarkan oleh sekolahnya, Harmony Russian School of Sydney. Pihak sekolah pun menyatakan duka cita mendalam atas meninggalnya Matilda.

"Kenangannya akan tetap hidup di hati kami, dan kami menghormati hidupnya serta waktu yang dia habiskan sebagai bagian dari keluarga sekolah kami," tulisnya dalam sebuah postingan, dikutip pada Senin (15/12/2025).

Guru bahasa Matilda, Irina Goodhew mengatakan, siswanya itu merupakan sosok yang dikenal cerdas dan ceria.

Dia mengungkapkan, saat insiden mengerikan itu  terjadi, mendiang sedang merayakan Hanukkah.

"Saya mengenalnya sebagai anak yang cerdas, ceria, dan penuh semangat yang membawa keceriaan bagi semua orang di sekitarnya."

"Kemarin, saat merayakan Hanukkah, nyawa mudanya secara tragis diambil. Kenangannya akan selalu hidup di hati kita," ujarnya.

Kini, Irina turut menggalang dana di situs GoFundMe. Adapun dana yang terkumpul akan diberikan kepada ibu Matilda, Valentina Poltavchenko.

"Ibu Matilda, Valentina Poltavchenko, adalah penerima manfaat dari penggalangan dana ini. Semua donasi akan disalurkan langsung kepadanya untuk mendukung keluarga selama masa yang sangat sulit ini."

"Donasi ini diberikan sebagai penghormatan yang penuh kasih untuk Matilda Bee Britvan.

Hingga Senin siang pukul 11.40 WIB, uang yang terkumpul sebanyak 139.923 dolar AS atau setara dengan Rp2,3 miliar.

Sementara, jumlah total dana yang ditargetkan sebesar 150 ribu dolar AS atau setara dengan Rp2,5 miliar.

Adapun uang yang sudah terkumpul itu berasal dari sekitar 2.200 orang.

Selain Matilda, ada beberapa korban tewas lain yang telah diketahui identitasnya yaitu:

1. Dan Elkayam (warga kelahiran Prancis, pesepakbola lokal, usia akhir 20 tahun)
2. Eli Schlanger (asisten rabi dari Chabad of Bondi, usia 41 tahun)
3. Alex Kleytman (penyintas tragedi Holokaus)
4. Reuven Morrison (anggota Chabad of Bondi)
5. Peter Meagher (pensiunan polisi, pemain rugbi, dan fotografer, usia 60 tahunan)

Selain korban tewas, tercatat ada 42 korban luka yang kini dirawat di beberapa rumah sakit di Sydney.

Pelaku Penembakan Ayah dan Anak

Polisi menetapkan pelaku penembakan di Pantai Bondi merupakan ayah dan anak bernama Sajid Akram (50) dan Navee Akram (24).

Dikutip dari CNN, Sajid merupakan seorang imigran dan tiba di Australia pada tahun 1998.

Menteri Dalam Negeri Australia, Tony Burke, menyebut Sajid pertama kali tiba di Australia dengan visa pelajar dan telah beralih ke visa pasangan pada tahun 2001.

Berdasarkan riwayat perjalanannya, Sajid hanya melakukan perjalanan ke luar negeri sebanyak tiga kali.

Terpisah, Kepala Kepolisian New South Wales (NSW), Mal Lanyon, mengungkapkan Sajid juga memiliki lisensi terkait kepemilikan senjata api dan berburu.

“Ayah tersebut telah memiliki lisensi senjata api sejak 2015. Kami sedang menyelidiki latar belakang kedua orang tersebut. Pada tahap ini, kami tahu sangat sedikit tentang mereka,” kata Lanyon dalam konferensi pers, Senin.

PELAKU PENEMBAKAN MASSAL - Tampang dua pelaku penembakan massal di Pantai Bondi, Sydney, Australia pada Minggu (14/12/2025). Mereka bernama Sajid Akram (kiri) dan anaknya Navee Akram (kanan).
PELAKU PENEMBAKAN MASSAL - Tampang dua pelaku penembakan massal di Pantai Bondi, Sydney, Australia pada Minggu (14/12/2025). Mereka bernama Sajid Akram (kiri) dan anaknya Navee Akram (kanan). (Tangkapan layar dari Sky News)

Sajid pun masuk dalam salah satu korban tewas setelah ditembak oleh polisi di lokasi kejadian.

Sementara, anaknya, Navee merupakan pria 24 tahun dan lahir di Australia.

Perdana Menteri (PM) Australia, Anthony Albanese, mengatakan Navee sempat menjadi perhatian pihak berwenang pada tahun 2019 lalu.

Dia pernah diperiksa atas dugaan kekerasan yang melibatkan orang lain.

“Dia diperiksa berdasarkan keterlibatannya dengan orang lain, dan penilaian dibuat bahwa tidak ada indikasi ancaman yang sedang berlangsung atau ancaman bahwa dia akan melakukan kekerasan,” kata Albanese.

Kini, Navee dirawat di rumah sakit setelah menderita luka serius.

Masuk Penembakan Massal Terburuk di Australia dalam 30 Tahun Terakhir

Di sisi lain, penembakan massal di Pantai Bondi ini termasuk menjadi yang terburuk terkait insiden serupa dalam 30 tahun terakhir.

Selama tiga dekade terakhir, dikutip dari The Guardian, terjadi enam penembakan massal di Australia.

Peristiwa pertama terjadi di Port Arthur, Tasmania, pada 28 April 1996 di mana pelaku bernama Martin Bryant melakukan penembakan dan mengakibatkan 35 orang tewas dan 23 lainnya luka-luka.

Dari insiden ini, Pemerintah Australia langsung merubah aturan terkait kepemilikan senjata api.

Peristiwa serupa kembali terjadi pada 15 Desember 2014 lalu ketika seorang pemuka agama bernama Man Monis menyandera 18 orang di sebuah kafe di Sydney. Dia lantas membunuh dua sandera bernama Tori Johnson dan Katrina Dawson.

Selanjutnya, penembakan massal terjadi dalam sebuah keluarga di kota Osmington, Australia Barat pada 11 Mei 2018.

Di mana enam orang ditembak oleh anggota keluarganya sendiri bernama Peter Miles.

Adapun mereka adalah istrinya Katrina Miles, empat orang anaknya, serta ibu Katrina, Cynda.

Peter Miles pun turut ditemukan tewas dalam insiden tersebut setelah melakukan bunuh diri.

Setahun berselang, tepatnya pada 4 Juni 2019, seorang pria yang sedang dalam masa pembebasan bersyarat melakukan penembakan massal dan mengakibatkan empat orang tewas dan satu lainnya mengalami luka-luka.

Adapun insiden itu terjadi di Kota Darwin, Australia bagian Utara.

Penembakan kembali terjadi pada 12 Desember 2022 lalu ketika enam orang tewas usai ditembak oleh tiga orang kelompok ekstrimis Kristen bernama Gareth, Stacey, dan Nathaniel Train.

Insiden ini terjadi di sebuah pedesaan di Wieambilla, Queensland.

Enam orang tewas tersebut termasuk dua polisi yang terlibat baku tembak dengan para pelaku.

Seluruh pelaku pun akhirnya tewas setelah ditembak oleh polisi di lokasi kejadian.

Saat persidangan, keluarga Train menyebut para pelaku memiliki penyakit paranoid sehingga penembakan massal pun tak terelakan.

(Yohanes Liestyo Poerwoto)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.