TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabar baik untuk masyarakat Indonesia yang ingin bekerja di luar negeri. Saat ini terdapat total 353.487 lowongan kerja di berbagai negara dengan mengacu pada data Surat Izin Perekrutan Pekerja Migran Indonesia (SIP2MI) yang tercatat hingga 8 Desember 2025.
Data tersebut terungkap saat Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Mukhtaruddin menyampaikan sambutannya usai penandatanganan Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama antara Kementerian P2MI dengan 14 mitra kerja di kantor P2MI, Jakarta pada Senin (15/12/2025).
Dalam data tersebut ada 10 negara yang membutuhkan beserta rincian jumlah pekerja yang dibutuhkan.
Berikut ini 10 negara dan jumlah lowongannya berdasarkan data SIP2MI aktif untuk penempatan melalui skema P to P:
1. Taiwan: 201.227 lowongan
2. Malaysia: 23.896 lowongan
3. Hong Kong: 19.153 lowongan
4. Singapura: 13.115 lowongan
5. Turki: 10.369 lowongan
6. Bulgaria: 3.041 lowongan
7. Uni Emirat Arab: 2.490 lowongan
8. Brunei Darussalam: 2.016 lowongan
9. Polandia: 1.699 lowongan
10. Italia: 983 lowongan.
11. Lainnya: 7.876 lowongan.
Baca juga: Buruh Desak RUU PPRT Segera Disahkan, Sorot Perlindungan Pekerja Migran di Dalam dan Luar Negeri
Sementara itu, rincian sektor yang dibutuhkan dan jumlah lowongan yang masih tersisa adalah:
1. Kesehatan: 101.880 lowongan
2. Pekerja Domestik: 60.116 lowongan
3. Manufaktur: 72.943 lowongan
4. Perikanan, Peternakan, Perkebunan, Pertanian: 24.649 lowongan
5. Hospitality: 16.640 lowongan
6. Jasa lain: 4.580 lowongan
7. Konstruksi: 1.877 lowongan
8. ABK: 1.565 lowongan
9. Welder: 664 lowongan
10. Lainnya (transportasi, retail, administrasi dan keuangan, IT, dan oil dan gas): 951 lowongan
Namun demikian, berdasarkan data tersebut, hanya ada 19,13 persen lowongan yang telah dilamar atau sekitar 67.622 orang.
Baca juga: Santunan Pekerja Migran Korban Kebakaran Apartemen Hong Kong Rp20 Juta
Dalam sambutannya, Mukhtaruddin mengungkapkan tantangan yang dihadapi untuk meningkatkan potensi penyerapan pekerja migran di luar negeri.
Tantangan itu satu di antaranya adalah adanya ketidaksinambungan antara kompetensi yang dibutuhkan negara-negara tersebut dengan kompetensi yang dimiliki angkatan kerja di Indonesia.
Menurutnya, perlu ada vokasi atau pelatihan lagi misalnya terkait dengan penguasaan bahasa di negara tujuan.
"Bapak Presiden menekankan, lima bahasa ini harus wajib dikuasai oleh masyarakat kita. Inggris, Mandarin, Korea, Jepang, dan Arab," ucap dia dalam paparannya.
"Karena begitu kita menguasai bahasa ini, salah satunya saja, kita sudah bisa menjawab tantangan demand lowongan kerja yang cukup tinggi itu," imbuhnya.
Dalam menghadapi tantangan itu, kata dia, satu di antara strategi yang akan dijalankan adalah mendekati perguruan-perguruan tinggi maupun lembaga-lembaga pendidikan yang ada guna menyinambungkan antara kompetensi yang dibutuhkan dan kompetensi yang disiapkan.
Ia mengatakan saat ini tengah menjajaki kerja sama dengan perguruan tinggi maupun lembaga pendidikan yang ada. "Ini yang sedang saya jajaki," pungkasnya.