SURYA.CO.ID - Sosok Chari Yulianto (44) jadi sorotan. Lurah Matras, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka dinobatkan sebagai lulusan terbaik Program Pascasarjana (S2) Magister Administrasi Publik di Institut Pahlawan 12.
Capaiannya sungguh fantastis, Chari mendalat predikat cumlaude dengan IPK sempurna 4,00.
Bagi Chari, prestasi akademik di usia 44 tahun ini merupakan hasil dari kedisiplinan dan pengorbanan waktu yang panjang.
Ia menepis anggapan bahwa usia menjadi penghalang untuk mengejar ilmu.
"Tidak ada batasan untuk belajar dan berprestasi. Di usia 44 tahun, saya ingin membuktikan bahwa siapa pun bisa meraih hasil terbaik, asal mau berproses," ungkap Chari usai wisuda di Dia Ballroom Soll Marina Hotel Bangka, Sabtu (13/12/2025).
Sebagai lurah dan mahasiswa S2 bukanlah perkara mudah.
Baca juga: Sosok Resbob YouTuber yang Jadi Tersangka Kasus Hina Suku Sunda, Ayah Kena Kasus Korupsi
Chari menerapkan jadwal yang ketat dan tegas.
Hari kerja (Senin hingga Jumat pagi/siang) didedikasikan sepenuhnya untuk pelayanan warga di Kelurahan Matras.
Sementara itu, kuliah menjadi prioritas penuh pada Jumat sore, Sabtu, dan Minggu.
Prinsipnya dalam menjalankan peran ganda sangatlah sederhana namun kuat.
"Kalau jam kerja, fokus bekerja. Kalau jam kuliah, tinggalkan pekerjaan dan fokus belajar," katanya.
Prinsip ini membuktikan bahwa kualitas pelayanan masyarakat tidak perlu dikorbankan demi pencapaian akademik.
Di balik pencapaian pribadinya, Chari menyimpan motivasi yang lebih mendalam.
Menurutnya pendidikannya merupakan bentuk tanggung jawab moral yang meluas, kepada diri sendiri, keluarga, hingga daerah dan bangsa.
"Ada tanggung jawab untuk daerah, untuk orang tua dan keluarga, dan pada akhirnya untuk bangsa Indonesia," tuturnya.
Ia juga berterima kasih atas dukungan dari Institut Pahlawan 12 Bangka, yang ia sebut sebagai 'kampus perjuangan, kampus kebangsaan, dan kampus kemanusiaan'.
Selain itu ia berterima kasih kepada peran pemerintah daerah yang memberikan ruang bagi aparatur sipil negara untuk melanjutkan studi di luar jam kerja dinas.
Perjalanan akademiknya penuh tantangan, terutama saat harus mengaitkan teori di kelas dengan praktik lapangan.
Namun, kesulitan justru memicu semangatnya.
"Di situlah proses berkembang. Ada tantangan, di situ pula muncul motivasi untuk menyelesaikan," ujarnya.
Chari juga memberikan pesan penting mengenai adaptasi teknologi, terutama bagi rekan-rekan sebayanya.
"Jangan mau kalah dengan anak muda. Jangan gaptek. Kita harus terus belajar," katanya tegas.
Chari Yulianto juga menyinggung latar belakang keluarganya yang sederhana.
Orang tuanya tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi.
Keterbatasan ekonomi dan kesempatan itu justru menjadi bahan bakar bagi mimpinya.
"Orang tua saya tidak punya kesempatan kuliah, tapi saya tidak pernah berhenti bermimpi," ucapnya lirih.
Mimpi tersebut kini terwujud, mengantarkannya ke podium sebagai lulusan terbaik.
Lurah Matras ini hari ini memberikan teladan nyata, pengabdian kepada warga tidak bertentangan dengan ambisi prestasi, dan semangat belajar tidak mengenal batas usia.