Penulis: Viorent Kharis Efraim
- Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan
KITA bisa lihat bahwa kemiskinan menjadi pengaruh atas kelaparan di berbagai kawasan baik dalam suatu negara ataupun pada tingkat global. Isu ini menjadi pengaruh langsung bagi masyarakat karena terbatasnya akses untuk memenuhi kebutuhan primer, terutama pangan bergizi.
Pada konteks ekonomi, kemiskinan bukan sekedar pengaruh atas uang tetapi kemiskinan juga mempengaruhi akses terhadap pangan, sandang, pendidikan, pekerjaan layak, dan layanan publik. ketika Kemiskinan karena sistem yang kurang, risiko kelaparan akan meningkat dengan cepat sehingga akan sulit diperbaiki.
Kemiskinan menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat, terutama pada aspek kebutuhan pangan bergizi. yang bermula dari kurangnya akses pekerjaan sehingga pendapatan tidak merata dan sumber daya ekonomi yang sulit, membuat banyak kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah yang menjadi sasaran keterbatasan baik itu pangan, ekonomi, maupun kualitas hidup.
Situasi seperti ini dapat memulai masalah serius apabila kurangnya perhatian dan kebijakan dari pemerintah, karena secara umum kemiskinan melahirkan masalah yang saling berkaitan–mulai dari krisi pangan, penurunan kualitas hidup, dan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit.
Di Indonesia ketimpangan ekonomi sangat rentan terjadi, biasanya terjadi di daerah pemukiman dan kabupaten. Menurut (IPD, 2025) meskipun pulau jawa menjadi alokasi ekonomi yang sangat tinggi tetapi masih tercatat 52 kawasan masih tergolong rendah khususnya jawa bagian utara dan selatan.
Kondisi yang memiliki ketimpangan terhadap ekonomi yang tertuju kepada kemiskinan, biasanya rentan terhadap penyakit dan kekurangan gizi. Badan Pangan Nasional (BPN, 2023) sebesar 4,5 persen mengalami kerawanan atau ketidakadaan akses untuk mencapai makanan bergizi secara aman dan nyaman. Penyakit dan kekurangan gizi berasal dari ketidakadaan insentif dari pemerintah untuk mengelola permasalahan ekonomi yang terkhusus pada bagian bagian terpencil di pulau pulau besar.
Pada kawasan Nusa Tenggara Timur mereka memiliki ketertinggalan karena terpencil hal ini karena produksi lokal yang rendah, akses sumber daya yang minim dan ekonomi yang tidak berkembang sehingga kesusahan untuk mengkonsumsi pangan bergizi. Karena tidak adanya makanan yang bergizi tumbuhlah bibit-bibit penyakit pada lingkungannya seperti Malaria Infection yang sempat melonjak di tahun 2023 sampai 2024 yang mengacu pada faktor ekonomi berefek kemiskinan dan minim kesehatan. Karena situasi yang sangat tidak kondusif pada kawasan Nusa Tenggara Timur, kemiskinan tersebut menjadi pengaruh buruk bagi anak anak di Nusa Tenggara Timur.
Dikabarkan (OMBUDSMAN,2025) kurang lebih ada 145.268 anak Nusa Tenggara Timur tidak sekolah karena adanya kendala biaya dan jarak tempuh sekolah tersebut. Tidak lepas dari pendidikan, anak anak di Nusa Tenggara Timur juga tidak memiliki gizi yang seimbang sehingga terseret kepada banyak penyakit infeksi. penelitian di Nusa Tenggara Timur menunjukan bahwa anak anak usia 23-60 bulan memiliki kerentanan penyakit infeksi, terutama diare dan infeksi saluran pernapasan akut.untuk sekarang anak anak Nusa Tenggara Timur sangat menunggu insentif dari pemerintah untuk menindak situasi krisis di kawasan Nusa Tenggara Timur (Betan et a., 2022).
Anak anak Nusa Tenggara Timur minim akses Pendidikan
Anak anak Nusa Tenggara Timur masih sedang menghadapi masalah serius yang membuat mereka tidak bisa memperoleh hak belajar secara layak. berdasarkan (RRI, 2025) sebanyak 145 ribu anak di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak memiliki hak pendidikan dan menyebabkan jumlah angka yang sangat tinggi karena minimnya informasi yang dapat diperoleh masyarakat. pada titik ini, hambatan sudah bukan melalui informasi saja tetapi merembet kepada biaya yang semakin parah sehingga hal ini menjadi beban untuk keluarga yang berpenghasilan rendah. menurut saya, kondisi seperti bukan cuma sekedar biaya ataupun faktor jauhnya sekolah itu, tetapi bagaimana pemerintahan terlihat sangat lemah untuk memberikan akses pendidikan yang merata dan mumpuni masyarakat. jika pemerintahan terus menerus tidak melirik kondisi di Nusa Tenggara Timur. dengan cara, tidak memperbaiki sistem pendidikan, memperbaiki infrastruktur, dan juga menurunkan biaya pendidikan, maka tingkat anak yang tidak memiliki hak pendidikan akan melonjak lebih tinggi dan seterusnya akan membuat generasi yang hancur.
Akses pendidikan yang tidak dapat terpenuhi juga karena ada faktor lain seperti kondisi geografis dan kurangnya guru di kawasan mereka. berdasarkan (DINDIKBUD,2022) banyak anak yang belum bisa mendapatkan akses pendidikan.
Pertama Karena, akses lokasi yang sulit dijangkau dan fasilitas pendidikan yang tidak terjadi secara merata. karena itu, keluarga merasa tidak aman ketika anak anaknya berjalan dengan jauh dengan kondisi jalan yang tidak mereka ketahui. Kedua karena, Kekurangan tenaga pendidikan di kawasan Nusa Tenggara Timur yang membuat kualitas pendidikan menjadi susah di kawasannya. pada (KOMPAS,2024) Pejabat Gubernur Nusa Tenggara Timur mengatakan kurang lebih ada 122.000 guru di Nusa Tenggara Timur dan sekitar 18.000 belum memenuhi standar pendidikan formal.
Akses Pangan Bergizi dan Kartel ekonomi
Akses pangan bergizi juga menjadi kesulitan di Nusa Tenggara Timur karena adanya penguasa yang mengendalikan harga. sebagai gambaran, pada (LAOLAOPAPUA,2025) meyakini bahwa kontrol terhadap pasokan pangan membuat kenaikan harga yang signifikan dan banyaknya makanan bergizi yang sulit dijangkau oleh masyarakat terutama untuk keluarga yang berpenghasilan rendah.
Menurut saya, Hal seperti ini tidak hanya karena faktor masyarakat nya yang menjadi hambatan, tetapi sistem juga dapat mempengaruhi sehingga menyebabkan pasar pangan di Nusa Tenggara Timur menjadi simpang siur dan distribusi yang kurang adil dan netral. dalam kondisi seperti ini pemerintah harus pro-rakyat untuk memperbaiki keterbatasan karena untuk sekarang banyak keluarga yang harus memilih makanan yang murah dan tidak bergizi sehingga menyebabkan kekurangan gizi dan stunting.
Maka dari itu, Permasalahan ini harus dicari solusinya karena masalah ini bukan semata karena ketersedian ataupun produksinya, melainkan adanya kekuasaan yang besar dan mereka menentukan siapa yang dapat memperoleh pangan bergizi dan siapa yang tidak.
Resolusi
Upaya dalam mengatasi perihal kemiskinan dan krisis gizi yang memengaruhi tingkat kesejahteraan hidup yang dialami anak-anak di Nusa Tenggara Timur memerlukan pendekatan yang tidak hanya berfokus pada intervensi kesehatan, tetapi juga perlu adanya reformasi sistemik yang mencakup berbagai bidang seperti ekonomi, pendidikan, dan pembangunan infrastruktur yang memadai.
Pemerintah perlu memperkuat pemantauan gizi yang lebih spesifik dan sensitif seperti, penyediaan suplementasi dan peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak. Selain itu, pengentasan kemiskinan yang ekstrim juga menjadi prioritas utama karena kondisi sosial-ekonomi merupakan akar dari krisis gizi, putus sekolah, dan kerentanan terhadap berbagai penyakit.
Kelompok ekonomi terbawah di Nusa Tenggara Timur perlu menerima dukungan ekonomi yang lebih agresif melalui penyaluran bantuan seperti BANSOS , pangan bergizi yang bersubsidi, serta program pemberdayaan ekonomi yang relevan dengan potensi warga lokal. Reformasi tata kelola pangan juga penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup di Nusa Tenggara Timur.
Akses ekonomi, pendidikan, dan kesehatan memerlukan insentif yang lebih merata terhadap masyarakat yang ada di kawasan Nusa Tenggara Timur. Perihal Ekonomi pada kawasan Nusa Tenggara Timur, Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan pemerintahan pusat berkomitmen untuk terus memperkuat sinergi bersama untuk mencapai tingkat ekonomi yang tangguh dan mandiri.
Optimisme dan prospek perekonomian akan semakin kuat, dengan dukungan Gubernur Bank Indonesia, Perry warjiyo menyampaikan bahwa gambaran kedepannya yang akan semakin baik untuk perekonomian indonesia dengan mewaspadai perubahan ekonomi secara global. Dari insentif pemerintah, sudah diperkirakan bahwa laju inflasi di Nusa Tenggara Timur akan terus dijaga dan difokuskan, sehingga per 2025 tingkat ekonomi akan meningkat sebesar 5,43?n akan lebih tinggi sampai mencapai 5,61 % . Per 2026 akan diperkirakan tingkat laju inflasi pada kawasan Nusa Tenggara Timur akan terjaga pada angka 2,5 % .
Dalam bidang pendidikan, pemerintah harus melirik kawasan kawasan Nusa Tenggara Timur dengan infrastruktur yang terbatas dengan cara; Pertama, meningkatkan akses dengan membangun sekolah sekolah untuk daerah terpencil, tertinggal, dan terbelakang dan meningkatkan infrastruktur untuk mendukung akses masyarakat terhadap pendidikan, seperti jalan yang bagus dan transportasi yang layak. Kedua, Meningkatkan kualitas dan jaminan untuk tenaga pendidikan juga tidak bisa disepelekan, dengan cara menyediakan program ataupun lapangan untuk melatih para tenaga pendidikan agar menjadi lebih profesional. Ketiga, meningkatkan fasilitas dalam sekolah baik dalam kelas, laboratorium, perpustakaan, serta fasilitas teknologi sehingga anak anak bisa mengeksplor dunia digital dengan luas.
Kesimpulan
Kemiskinan menjadi hal paling utama atas kualitas anak di Nusa Tenggara Timur, terutama dalam pemenuhan gizi, akses pendidikan, dan akses kesehatan. Keterbatasan ekonomi membuat masyarakat Nusa Tenggara Timur kurang dapat membeli pangan yang bergizi, yang meningkatkan tingkat penyakit dan stunting kepada anak. Kondisi wilayah yang tergolong 3T, infrastruktur kurang merata, serta tenaga pendidikan yang kurang menyebabkan anak kehilangan hak pendidikan yang seharusnya.
Permasalahan ini tidak lepas dari tanggung jawab tata kelola kebijakan dan kurangnya intervensi pemerintah secara berkelanjutan terhadap permasalahan ini. Maka dari itu, diperlukan aksi penanggulangan kemiskinan dan krisis gizi anak yang mencakup ekonomi lokal, perbaikan infrastruktur pendidikan dan kesehatan, serta tata kelola pangan yang merata dan adil. Upaya ini dapat menjadi langkah yang bagus untuk memutuskan rantai kemiskinan dan dapat meningkatkan kualitas masyarakat di Nusa Tenggara Timur. (*)