Kisah Satno Sekeluarga Tinggalkan Jawa Tengah, Transmigrasi Jadi Jalan Baru Menuju Poso
December 16, 2025 04:58 PM

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Satno Utomo beserta keluarganya menjadi satu di antara transmigrasi asal Jawa Tengah yang berangkat pada Selasa (16/12/2025).

Keberangkatan nereka berlangsung dari Kantor Disnakertrans Jateng.

Dari titik itulah, warga asal Magelang ini memulai perjalanan panjang menuju Poso, Sulawesi Tengah demi harapan hidup baru melalui program transmigrasi 2025.

Baca juga: 7,8 Juta Wisatawan Diprediksi Padati Jateng Selama Libur Nataru

Bagi Satno, keputusan berangkat bukan perkara nekat. 

Lahan di Jawa yang kian sempit membuatnya berpikir ulang soal masa depan. 

Selama ini dia bekerja ikut orang di kampung halaman dengan penghasilan yang tak selalu cukup menutup kebutuhan keluarga.

“Karena berkembangnya waktu, lahan di Jawa ini semakin berkurang. Jadi kami mencari lahan baru yang masih luas,” ujar Satno.

Di lokasi tujuan, Satno berencana kembali pada pekerjaan yang paling dia pahami, bertani dan berternak. 

Dia sadar betul, hidup di tanah baru tak otomatis mudah. 

Namun kesempatan memiliki lahan sendiri menjadi alasan kuat untuk meninggalkan zona nyaman yang sebenarnya tak lagi nyaman.

Keputusan itu mendapat dukungan penuh dari sang istri, Sukarti.

Sejak proses awal hingga tes medis, dia tak ragu berangkat bersama suaminya ke Negeri Seribu Megalit.

“Harapannya untuk merubah hidup,” kata Sukarti.

Satno dan keluarganya merupakan bagian dari program transmigrasi Pemprov Jateng 2025. 

Kepala Disnakertrans Jateng, Ahmad Aziz menjelaskan, tahun ini terdapat 19 keluarga atau 73 jiwa dari 17 kabupaten/kota yang mengikuti program tersebut.

“Untuk daerah tujuan ada empat lokasi. Salah satunya UPT Torire di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, yang diisi tiga KK dengan total 11 jiwa, berasal dari Kabupaten Magelang dan Batang,” jelas Ahmad Aziz.

Baca juga: Catatan Update Pemprov Jateng: 3 Tahun Pulihkan 75 Ribu Hektare Lahan Kritis

Selain Poso, transmigran juga diberangkatkan ke UPT Waled SP3 di Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara.

Kemudian UPT Taramanutua di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat serta UPT Lagading di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan.

Menurut Aziz, para peserta transmigrasi tidak dilepas tanpa persiapan. Pemerintah menyiapkan rumah tinggal, pekarangan, serta lahan usaha seluas satu hektare.

Mereka juga mendapatkan jatah hidup berupa bahan makanan selama satu tahun sambil menunggu lahan mulai produktif.

“Selain fasilitas tempat tinggal dan lahan, kami juga memberikan perbekalan serta pelatihan,” katanya.

“Ada pelatihan dasar hingga pelatihan di BLK, mulai dari pertanian, peternakan, pengolahan hasil pertanian, sampai keterampilan non pertanian,” sambungnya.

Pelatihan tersebut mencakup perbaikan alat rumah tangga, pertukangan, hingga kerajinan tangan bagi ibu-ibu. 

Seluruh materi disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter daerah tujuan.

“Pendampingan juga kami lakukan. Di lokasi transmigrasi ada kepala UPT yang mendampingi. Ini menjadi kewajiban pemerintah agar para transmigran bisa bertahan dan berkembang,” tambah Aziz. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.