Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG -- Dedikasi dan pengabdian tanpa lelah yang dijalankan dr. Maya Alvionita mengantarkannya meraih penghargaan sebagai Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan Teladan Tingkat Provinsi Sumatera Selatan kategori Dokter.
Ia adalah dokter umum di Puskesmas Makarti Mulya, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan (Sumsel).
Wanita berusia 31 tahun ini merupakan lulusan Universitas Jenderal Soedirman tahun 2018.
Ia mulai mengabdi sebagai CPNS pada tahun 2020 dan hingga kini bertugas di Puskesmas Makarti Mulia, wilayah perbatasan antara Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung.
Sejak kecil, dr. Maya mengaku telah bercita-cita menjadi dokter karena keinginannya untuk merawat dan membantu sesama.
Cita-cita tersebut kini diwujudkannya melalui pengabdian di wilayah dengan tantangan geografis yang tidak mudah.
"Puskesmas Makarti Mulya membawahi tujuh desa, dua di antaranya tergolong daerah terpencil dengan akses yang cukup sulit, terutama saat musim hujan," kata Dokter Maya saat Pemberian Hadiah Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan Teladan Tingkat Provinsi Sumsel tahun 2025 di Auditorium Graha Bina Praja Pemprov Sumsel, Selasa (16/12/2025).
Baca juga: Direktur RSUD Prabumulih Dimutasi Jadi Dokter di Puskesmas, Sekda Singgung Soal Pelayanan Publik
Kondisi ini membuat pelayanan kesehatan tidak selalu mudah dijangkau masyarakat.
Untuk mengatasi hal tersebut, dr. Maya bersama tim puskesmas secara rutin melakukan pelayanan keliling dan posyandu dengan sistem jemput bola ke desa-desa.
“Terutama saat pandemi Covid-19, kami dituntut untuk mencapai target 90 persen cakupan vaksinasi. Kami turun langsung ke desa-desa terpencil,” ungkapnya.
Tantangan lain yang dihadapi adalah keterbatasan tenaga medis. dr. Maya merupakan satu-satunya dokter di puskesmas tersebut, sementara Puskesmas Makarti Mulya berstatus rawat inap dan melayani sekitar 17 ribu penduduk.
Kondisi ini menuntutnya untuk selalu siap siaga, termasuk di luar jam kerja.
“Kalau ada pasien rawat inap atau kondisi gawat darurat yang membutuhkan tindakan dokter, saya harus datang ke puskesmas meskipun di luar jam kerja,” jelasnya.
Meski berasal dari Jawa, dr. Maya memilih menetap dan mengabdi di Makarti Mulya setelah menikah dengan warga setempat.
Menurutnya, tantangan terbesar bukan hanya keterbatasan tenaga medis, tetapi juga luasnya wilayah pelayanan dan beragamnya karakter masyarakat.
Sebagian masyarakat, khususnya di daerah terpencil, masih memiliki kepercayaan yang rendah terhadap layanan kesehatan modern.
Edukasi kesehatan, seperti pentingnya ASI eksklusif, menjadi tantangan tersendiri karena faktor budaya dan kebiasaan yang telah mengakar.
Di wilayah Makarti Mulya sendiri terdapat jejaring layanan kesehatan berupa klinik dan praktik mandiri bidan serta dokter, yang turut membantu pelayanan kesehatan masyarakat.
"Harapannya dengan penghargaan yang diterima ini dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan," katanya.
Ia juga menyampaikan harapannya kepada pemerintah agar transformasi layanan kesehatan dibarengi dengan dukungan infrastruktur yang memadai.
“Tidak ada sistem kesehatan yang baik tanpa dukungan infrastruktur, sumber daya manusia kesehatan, ketersediaan obat, serta akses layanan yang memadai, terutama di daerah terpencil,” ujarnya.
Ia menambahkan, meski fasilitas Puskesmas Makarti Mulya sudah tergolong paripurna, akses jalan menuju beberapa desa masih menjadi kendala karena sebagian jalan rusak dan masih berupa tanah merah.
Dengan semangat pengabdian dan dedikasi tinggi, dr. Maya Alvionita menjadi contoh nyata tenaga kesehatan yang tetap berjuang memberikan pelayanan terbaik di tengah keterbatasan, sekaligus menjadi inspirasi bagi tenaga medis lainnya di Sumatera Selatan.
Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel