TRIBUN-MEDAN.com - Warga di Padukuhan Sonyo, Kalurahan Jatimulyo, Kapanewon Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kumpul uang secara kolektif untuk memperbaiki jalan.
Mereka merasa kesal dengan jalan yang cukup lama rusak selama ini.
Tak tanggung-tanggung, warga mengumpulkan uang Rp 45 juta untuk perbaikan jalan.
Dukuh Sonyo, Suranto, menyebut terdapat lima titik kerusakan serius di wilayah Gunung Kelir dan Sonyo yang menjadi prioritas warga.
Hingga kini, empat titik paling mendesak telah diperbaiki dengan panjang sekitar 150 meter.
Namun, perbaikan tersebut baru memungkinkan akses sepeda motor, sementara kendaraan roda empat belum bisa melintas karena jembatan masih terputus.
“Yang kami tangani lebih dulu titik-titik darurat. Empat titik sudah bisa dilewati motor, tetapi mobil belum karena jembatan masih putus,” kata Suranto, Selasa (16/12/2025).
Baca juga: Pemko Medan Batal Gelar Festival Akhir Tahun, Kepala Dinas Pariwisata: Konsepnya Kita Ubah
Baca juga: Sekda Siantar Turun Langsung Hadapi PO Bus, Minta agar Beraktivitas di Terminal selama Nataru
Perbaikan terakhir dilakukan pada Minggu (14/12/2025) dengan membuka separuh badan jalan agar akses warga tidak terputus sepenuhnya.
Langkah ini bersifat sementara untuk menjaga mobilitas warga.
Salah satu titik paling krusial adalah gorong-gorong yang sebelumnya diperbaiki secara darurat menggunakan batang kelapa (gelugu) pada pertengahan tahun.
Perbaikan tersebut hanya bertahan sekitar empat bulan sebelum kembali rusak akibat longsornya talut.
“Takutnya longsor lagi, sayapnya ambrol. Sekarang tinggal separuh yang terpasang,” kata Sunarto.
Perbaikan gorong-gorong hingga kini belum dilanjutkan karena warga masih menunggu kejelasan rencana penanganan dari pemerintah yang juga berencana memperbaiki titik tersebut.
Uang Terkumpul Rp 45 Juta
Seluruh kegiatan perbaikan dilakukan melalui donasi swadaya warga yang ditutup pada Minggu lalu, dengan total dana terkumpul sekitar Rp 45 juta.
Warga bergotong royong melakukan pengecoran rabat beton tanpa melibatkan kontraktor atau pekerja proyek.
Jika realisasi anggaran pemerintah dirasa terlalu lama, maka warga berencana melanjutkan perbaikan jembatan secara mandiri.
“Kalau terlalu lama, kami gunakan dana swadaya lebih dulu. Yang penting akses warga tetap berjalan,” kata Suranto.
Jalan yang diperbaiki merupakan bagian dari ruas Branti–Gondangan–Pendem yang mengalami kerusakan berat.
Ruas Branti–Gondangan memiliki panjang sekitar lima kilometer, dan Padukuhan Sonyo berada di jalur tersebut.
Perbaikan parsial yang dilakukan selama ini dinilai belum memberikan dampak signifikan bagi kondisi jalan secara keseluruhan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kulon Progo, Didik Wijanarto, sebelumnya menyampaikan keterbatasan anggaran pemeliharaan jalan untuk ruas jalan di wilayah Sonyo.
Anggaran rutin yang tersedia umumnya hanya cukup untuk pekerjaan ringan dan mampu menangani sekitar dua titik pekerjaan dalam satu tahun.
Pada 2025 tidak terdapat alokasi anggaran untuk ruas tersebut.
Pemerintah daerah baru merencanakan anggaran sekitar Rp 250 juta pada 2026, itu pun terbatas untuk perbaikan gorong-gorong dan talut, bukan peningkatan badan jalan secara menyeluruh.
“Untuk 2026 sudah diakomodasi, meski terbatas. Permintaan kalurahan berupa gorong-gorong dan talut,” kata Didik.
Peningkatan jalan secara signifikan masih bergantung pada bantuan pemerintah pusat, seperti Dana Alokasi Khusus (DAK) dan sumber pendanaan lainnya.
Didik juga menyoroti peran aktivitas tambang yang dinilai turut berkontribusi terhadap kerusakan jalan di ruas tersebut.
Ia menyebut perusahaan tambang idealnya ikut bertanggung jawab melalui program CSR atau mekanisme lain yang sesuai aturan.
Perbaikan swadaya warga mencerminkan inisiatif masyarakat dalam menjaga akses dasar.
Namun, kondisi ini sekaligus menunjukkan keterbatasan kapasitas anggaran daerah dalam menangani kerusakan infrastruktur secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Puncak kemarahan masyarakat Desa Ngadimulyo Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur akhirnya terwujud dalam kemandirian.
Warga Desa Ngadimulyo ternyata sudah sekitar 10 tahun mengalami kondisi yang sama.
Jalanan yang menjadi poin vital bagi keberlangsungan hidup masyarakat itu bak tidak mendapat tanggapan sama sekali dari pemerintah.
Puluhan tahun jalan rusak, masyarakat Desa Ngadimulyo Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, akhirnya memutuskan berlaku mandiri.
Swadaya mandiri dilakukan oleh warga dengan mengadakan iuran dan gotong royong perbaikan.
Iuran sukarela yang terkumpul dari masyarakat untuk perbaikan itu senilai Rp 10.450.000 Selasa (11/03/2025), seperti dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com, Rabu (12/3/2025).
Jalan yang mengalami kerusakan salama sekitar 10 tahun tersebut berada di lima rukun tetangga (RT) Dusun Tanjung, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kampak, Trenggalek.
"Sudah 10 tahun jalan rusak tidak pernah diperbaiki oleh pemerintah. Juga sudah kami ajukan beberapa kali namun tidak ada respons," kata salah satu warga Dusun Tanjung, Feri Ardianto (33) melalui sambungan telepon, Selasa (11/03/2025).
Karena tidak kunjung ada perhatian maupun upaya perbaikan dari Pemerintah Kabupaten Trenggalek melalui Pemerintah Desa Ngadimulyo, masyarakat di Lima RT, yakni RT 02, 03, 04, 05, dan RT 06 lingkungan rukun warga (RW) 01 berinisiatif untuk iuran sukarela guna perbaikan jalan.
"Awal perencanaan perbaikan jalan secara swadaya pada Sabtu (01/03/2025)," ucap Feri.
Rencana tersebut disambut baik oleh seluruh masyarakat di wilayah RW 01 Dusun Tanjung Kampak Trenggalek.
Setiap kepala keluarga atau rumah, memberi iuran sukarela kepada masing-masing kordinator RT, sebesar Rp 50.000.
Bahkan ada yang memberi iuran lebih. Bagi warga yang kurang mampu, tidak diwajibkan iuran sukarela tersebut.
"Kesepakatan iuran sukarela, dan mulai dikumpulkan pada Rabu (05/03/2025). Tapi sebagian besar mereka sukarela iuran Rp 50.000 per rumah. Ada juga yang lebih. Tapi untuk warga kurang mampu tidak harus iuran," ucap Feri.
Uang yang terkumpul itu dibelanjakan material berupa semen, pasir, serta kebutuhan lain guna perbaikan jalan.
"Setelah dana terkumpul semua, pada Jumat (07/03/2025) mulai belanja kebutuhan material berupa semen dan pasir, karena perbaikan menggunakan sistim pengecoran beton," ujar Feri.
Setelah bahan semua terkumpul di lokasi jalan yang hendak diperbaiki, warga gotong-royong saling bantu perbaiki jalan.
Mulai dari laki-laki maupun perempuan dewasa, orangtua, dan anak-anak turut membantu perbaikan jalan.
"Meski bulan puasa, semua semangat gotong royong saling bantu memperbaiki jalan. Mereka mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan," ucap Feri.
Proses pengerjaan jalan rusak sepanjang sekitar 1,5 kilometer itu membutuhkan waktu tiga hari.
Saat ini, jalan sudah jadi dan bisa dilewati masyarakat untuk berbagai aktivitas dengan nyaman dan aman.
"Respons masyarakat senang, setelah perbaikan kondisi jalan sedikit lebih baik," ujar Feri.
Jalan tersebut mengalami kerusakan cukup parah, sehingga menyulitkan warga untuk beraktivitas, terutama ketika musim hujan. Tidak jarang, dengan kondisi tersebut, sering kali terjadi kecelakaan.
"Sebelum diperbaiki jalan berbatu dan licin. Dan jalan tersebut merupakan penghubung antar Desa Ngadimulyo ke Desa Bogoran dan Desa Karangrejo. Juga jalan utama warga ke pasar maupun ke sekolah," ujar Feri.
Ia berharap agar pemerintah memberi perhatian terhadap kondisi jalan yang ada di kawasan pelosok.
Sebab, sebagian besar masyarakat di wilayah desa bergantung pada infrastruktur jalan guna melakukan berbagai aktivitas.
(*/tribun-medan.com)