TRIBUNNEWS SULTRA.COM, KENDARI – Sejumlah relawan yang tergabung dalam Ceria Education Care (CEC) melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Ghonsume, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.
Dalam kegiatan tersebut, para relawan membentuk Lembaga Lingkungan berbasis masyarakat serta melaksanakan program pendidikan melalui kelas bahasa Inggris gratis bagi anak-anak sekolah dasar.
Ceria Education Care merupakan komunitas pengabdian masyarakat yang dibentuk oleh Muhammar Yuyun Baharudin(Amar), seorang forest ecosystem specialist, bersama rekan-rekannya.
Komunitas ini lahir dari kegiatan pasca program Singapore–Indonesia Youth Leaders Exchange Program (SIYLEP) yang diikuti pendirinya, yang mewajibkan peserta menjalankan proyek pengembangan masyarakat.
CEC kemudian dikembangkan dengan fokus pada tiga sektor utama, yakni pendidikan, lingkungan, dan ekonomi, serta telah melaksanakan berbagai kegiatan pengabdian di sejumlah wilayah Sulawesi Tenggara, seperti Kolaka Timur, Konawe Utara, dan Kabupaten Muna.
Founder CEC, Muhammar Yuyun Baharudin, mengatakan Desa Ghonsume dipilih setelah melalui proses observasi dan pemetaan langsung di lapangan. Hasil kajian menunjukkan adanya persoalan lingkungan dan sosial yang saling berkaitan.
Baca juga: Foto Calon Kepala Desa Ghonsume di Muna Sultra Ditemukan Warga Terkubur Dalam Tanah Diduga Guna-guna
“Salah satu urgensi di wilayah tersebut adalah pembukaan lahan. Meski tidak dilakukan secara besar-besaran, pemanfaatan kawasan hutan oleh masyarakat tetap terjadi dan berdampak pada kondisi lingkungan,” ujar Amar saat diwawancarai dalam program Tribun Corner.
Selain persoalan lingkungan, CEC juga menemukan rendahnya keterlibatan pemuda desa serta minat belajar anak-anak yang masih perlu didorong melalui pendekatan pendidikan.
Sebagai bentuk pengabdian di sektor lingkungan, CEC memfasilitasi pembentukan lembaga lingkungan nonpemerintah yang dikelola langsung oleh masyarakat setempat. Lembaga tersebut telah memiliki legalitas dan difokuskan pada kegiatan rehabilitasi hutan, pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), serta pemanfaatan lingkungan secara lestari.
Amar menjelaskan, pendekatan yang dilakukan tidak hanya sebatas penanaman pohon, tetapi juga mencakup edukasi dan pendampingan masyarakat, agar pengelolaan lingkungan dapat memberikan nilai ekonomi tanpa merusak ekosistem.
Selain pengabdian di bidang lingkungan, CEC juga menjalankan program pendidikan melalui kelas bahasa Inggris gratis bagi anak-anak sekolah dasar.
Kegiatan ini melibatkan relawan mahasiswa, salah satunya Jelani Dwi Putri, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris IAIN Kendari.
“Kami mengajarkan dasar-dasar bahasa Inggris dengan metode yang menyenangkan, diselingi permainan dan ice breaking agar anak-anak tidak merasa terbebani,” kata Jelani, relawan CEC.
Menurutnya, pembelajaran bahasa Inggris sejak dini diharapkan dapat membuka wawasan serta membangun kepercayaan diri anak-anak di desa.
Amar menambahkan, pendekatan pendidikan menjadi pintu masuk untuk membangun hubungan emosional dengan masyarakat. Dengan keterlibatan aktif warga, program lingkungan yang dijalankan diharapkan dapat berkelanjutan.
Sebelumnya, CEC telah melaksanakan kegiatan pengabdian serupa di Kolaka Timur dan Konawe Utara. Ke depan, komunitas ini berencana menggelar CEC Camp 2026 yang melibatkan pemuda Sulawesi Tenggara dalam diskusi isu pendidikan, lingkungan, serta pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). (*)
(TribunnewsSultra.com)