Laporan Wartawan TribunPriangan.com, Jaenal Abidin
TRIBUNPRIANGAN.COM, KOTA TASIKMALAYA - RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya memastikan dua pelajar yang menjalani perawatan tetap dilayani meskipun tidak bisa di cover BPJS.
Hal ini diungkapkan usai mendampingi Wawali Kota Tasikmalaya mengunjungi pasien di ruangan Melati, Selasa (16/12/2025).
"Jadi kita fokuskan ke tindakan dulu, kita tidak berfikir dulu ke soal pembiayaan atau segala macam yang penting ini penanganan pasien dulu. Untuk saat ini kedua korban masih dalam tahap observasi," kata Direktur Utama RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya dr. Budi Tirmadi dikonfirmasi TribunPriangan.com.
Bahkan ia menjelaskan, ada satu pasien yang sudah menjalani operasi di bagian tangan kiri patah. Sedangkan korban lain masih dilakukan observasi karena lukanya di bagian kepala.
"Ada yang pasca tindakan ada juga memang yang belum diobservasi karena ada luka di kepala. Kalau kita lihat korban itu ada luka memar di bagian wajah , meskipun kalau saya lihat secara kesadaran pasiennya masih setengah duduk. Tidak bisa melihat sepenuhnya itu karena memang masih bengkak," jelasnya.
Baca juga: Jenguk 2 Pelajar Korban Geng Motor, Wakil Wali Kota Tasikmalaya Minta Maaf
Budi menambahkan, secara pembiayaan memang kedua pelajar ini tidak bisa di cover BPJS. Tapi pihak rumah sakit melakukan tindakan utama terlebih dahulu dengan mengedepankan kemanusiaan.
"Ini bukan kasus kecelakaan lalu-lintas sehingga kita tidak bisa ke jasa raharja. Ini korban dari sebuah tindakan kekerasan sehingga tidak bisa klaim ke BPJS. Kami coba mekanisme yang lain, yang sudah baku itu adalah di Lembaga Perlindungan Saksi Korban (LPSK)," ungkap dr Budi.
Menurutnya langkah ini bisa menjadi alternatif karena pernah beberapa kali kejadian korban genk motor juga semua proses berjalan lancar tapi butuh waktu.
"Prosesnya lumayan lama tapi setelah kita tempuh alhamdulillah bisa diklaim," ucapnya.
Jika dikonversikan dan dibebankan untuk pembayaran tentu cukup besar biayanya mencapai puluhan juta, karena melalui serangkaian operasi.
"Kalau yang operasi bisa sampai segitu (20 juta) yang patah tulang di tangan. Yang satu lagi tidak operasi ya, hanya observasi saja. Kecuali dalam perjalanan ternyata ada benturan kesadaran kemudian ada indikasi harus dioperasi biasanya butuh biaya besar itu kan penanganan operasi," tambahnya.
Namun ia memastikan, kedua pasian ini secara kesadaran memang sadar cuma kondisinya memang masih perlu observasi.
"Jadi, sekali lagi untuk pembiayaan kita kesampingkan dulu, yang kita lakukan penanganan dulu," pungkasnya.(*)