TRIBUNJAMBI.COM – Sosok Dimas, adik kandung Faizah Soraya (42), membeberkan kronologi versi keluarga terkait kematian kakaknya yang hingga kini masih menyisakan banyak tanda tanya. Peristiwa tersebut menyeret dugaan bahwa korban tewas di tangan anaknya sendiri yang masih duduk di bangku kelas 6 SD dan berusia 12 tahun.
Menurut Dimas, ada sejumlah hal krusial yang dinilai janggal sejak awal kejadian, terutama terkait sikap Alham, suami korban, saat meminta pertolongan medis.
Dimas menyebut peristiwa berdarah itu diduga terjadi sekitar pukul 03.00 WIB. Namun hingga lebih dari satu jam kemudian, tidak ada upaya meminta bantuan warga sekitar.
“Yang masih didalami polisi itu justru dari jam 03.00 WIB sampai ambulans datang. Kenapa tidak ada panggil tetangga atau minta tolong ke siapa pun,” ujar Dimas saat diwawancarai TribunnewsBogor.com, Selasa (16/12/2025).
Ia mengungkapkan bahwa Alham baru menghubungi Rumah Sakit Columbia sekitar pukul 04.30 WIB. Pada saat itulah, menurut Dimas, informasi yang disampaikan Alham kepada pihak rumah sakit tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya.
“Yang disampaikan ke rumah sakit itu hanya pendarahan, bukan penikaman. Padahal kondisi kakak saya sudah berlumur darah,” ucapnya.
Baca juga: Gelagat Aneh Alham Suami Ibu yang Diduga Dibunuh Anaknya Masih SD, Keluarga Curiga Kebohongan di RS
Baca juga: Bejatnya Polisi Cabuli Anak Tiri yang Masih SD, Beraksi Saat Istri Pergi dari Rumah, Aipda SAT Mabuk
Keputusan Alham untuk menunggu ambulans dari rumah sakit yang jaraknya cukup jauh juga dinilai tidak masuk akal oleh keluarga.
“Rumah sakit dekat itu banyak. Tapi kenapa malah menunggu ambulans dari Colombia. Dari jam 3 pagi sampai ambulans datang, mereka di rumah ngapain saja? Kenapa enggak panggil tetangga atau minta tolong warga sekitar?” kata Dimas.
Ambulans akhirnya tiba di lokasi sekitar pukul 04.30 WIB. Berdasarkan keterangan sopir ambulans yang diterima keluarga, kondisi Faizah Soraya saat itu masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
“Korban masih mengap-mengap. Tapi ambulans menolak membawa karena dari awal dikonfirmasi hanya pendarahan, bukan akibat penyerangan atau penikaman,” ungkap Dimas.
Saat petugas medis tiba, posisi Faizah disebut dalam keadaan duduk bersandar ke lemari kamar.
“Setelah dinyatakan meninggal dunia, baru kemudian jasadnya diangkat ke atas tempat tidur,” lanjutnya.
Empat Kejanggalan Versi Keluarga
Dimas menyebut pihak keluarga mencatat sedikitnya empat kejanggalan besar dalam peristiwa kematian kakaknya.
Pertama, keluarga mempertanyakan kemungkinan korban tidak melawan atau berteriak jika benar diserang oleh anaknya sendiri.
“Saat kejadian penikaman, apakah korban tidak melawan dan tidak berteriak?” tulis Dimas.
Kedua, rentang waktu antara pukul 03.00 WIB hingga 04.30 WIB dinilai tidak wajar karena tidak ada upaya meminta bantuan warga sekitar, padahal korban masih hidup ketika ambulans tiba.
Ketiga, kondisi luka pada tubuh korban. Berdasarkan informasi yang diterima keluarga, Faizah Soraya mengalami lebih dari 20 luka tusukan.
“Tusukan itu ada di punggung, perut, tangan, kaki, sampai kepala,” kata Dimas.
Keempat, kondisi fisik anak yang diduga sebagai pelaku. Dimas menegaskan tidak ditemukan luka sama sekali pada tangan atau tubuh anak bungsu korban.
“Tidak ada luka di tangan Alica. Justru yang ada luka itu di tangan kakaknya,” ujarnya.
Polisi Masih Dalami, Belum Tetapkan Tersangka
Kasus kematian Faizah Soraya hingga kini belum menemui titik terang. Korban ditemukan tewas di kamar lantai satu rumahnya di Jalan Dwikora, Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal, Sumatera Utara, Rabu (10/12/2025).
Faizah diketahui memiliki dua orang anak perempuan. Anak sulungnya saat ini duduk di bangku SMA, sementara anak bungsunya masih kelas 6 SD.
Suaminya, Alham, diketahui tidur di kamar lantai dua rumah tersebut. Kepada tetangga dan kepala lingkungan setempat, Alham menyampaikan bahwa istrinya tewas akibat perbuatan anak bungsunya.
Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Jean Calvijn Simanjuntak, mengatakan penyidik masih terus menyempurnakan proses penyidikan dan penyelidikan.
Beberapa hari lalu, polisi telah menggelar pra-rekonstruksi kedua di lokasi kejadian.
“Ada 43 adegan yang kami lakukan dalam pra-rekonstruksi. Mudah-mudahan ini bisa menyempurnakan proses penyidikan dan penyelidikan lanjutan,” ujar Jean.
Selain itu, polisi juga melakukan penggeledahan dan mengamankan sejumlah barang yang diduga berkaitan dengan kematian korban.
“Ada beberapa barang yang kami bawa untuk didalami lebih lanjut. Saat ini tim masih melakukan penyelidikan dan penyidikan sambil menunggu hasil asesmen psikologi anak yang berhadapan dengan hukum,” katanya.
Meski demikian, hingga kini polisi belum mengumumkan siapa yang akan ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.
“Itu dulu ya, nanti akan kami sampaikan kembali,” tutup Jean singkat.
Kasus ini masih menjadi perhatian publik dan keluarga korban berharap penyelidikan dilakukan secara menyeluruh dan transparan agar fakta sebenarnya dapat terungkap.